Gangguan Irama Jantung Bisa Tingkatkan Risiko Stroke, Begini Penjelasannya
Tanggal: 23 Agu 2025 21:05 wib.
Gangguan irama jantung atau aritmia bukan sekadar detak yang terasa tidak teratur. Kondisi ini ternyata bisa memicu risiko stroke yang serius jika tidak ditangani dengan baik. Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari RS Eka Hospital BSD, dr. Daniel Tanubudi, Sp.JP, FIHA, menjelaskan bahwa aritmia berpotensi menyebabkan terbentuknya bekuan darah yang kemudian dapat menyumbat pembuluh darah di otak.
Saat jantung berdetak normal, aliran darah pun berjalan lancar. Namun, ketika ritme jantung kacau terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur aliran darah menjadi terganggu. Bekuan darah yang terbentuk di rongga jantung bisa “terlepas” dan terbawa menuju otak. Begitu menyumbat pembuluh darah, risiko stroke iskemik pun meningkat. Dokter Daniel menggambarkan situasi ini layaknya pipa air yang tiba-tiba tersumbat bola besar di dalamnya.
Selain stroke, aritmia yang terjadi berulang juga dapat mengubah bentuk maupun ukuran jantung, menyebabkan keluhan seperti cepat lelah, pusing, hingga pingsan. Pada kasus tertentu, jantung yang terus-menerus berdetak terlalu cepat bisa menyerang siapa saja, termasuk usia muda, karena dipengaruhi gaya hidup yang kurang sehat. Sebaliknya, irama jantung yang terlalu lambat lebih sering dialami orang lanjut usia.
Faktor pemicu aritmia cukup beragam. Detak jantung yang terlalu cepat bisa muncul akibat stres, kelelahan fisik maupun emosional, bahkan masalah kesehatan seperti asam lambung (GERD). Sementara untuk detak yang terlalu lambat, umumnya tidak dipicu kondisi eksternal, melainkan terjadi secara terus-menerus seiring bertambahnya usia.
Karena itu, menjaga ritme jantung tetap stabil sangat penting. Menjalani pola hidup sehat, mengelola stres, cukup tidur, serta rutin memeriksakan kesehatan jantung bisa membantu menurunkan risiko komplikasi serius seperti stroke. Aritmia mungkin terdengar sepele, tapi dampaknya bisa besar jika diabaikan.