Sumber foto: google

Dokter Gizi Mengungkap Bahaya Senyawa Bromat Dalam Air Minum dalam Kemasan

Tanggal: 29 Jun 2024 14:08 wib.
Dokter gizi dari Universitas Kristen Indonesia (UKI) baru-baru ini mengungkapkan bahwa senyawa bromat yang terdapat dalam air minum dalam kemasan (AMDK) memiliki bahaya yang lebih tinggi daripada senyawa Bisphenol A (BPA).

Menurut Dr. dr. Louisa Ariantje Langi, MA., MSi. dari UKI, senyawa bromat memiliki potensi bahaya yang lebih besar karena terdapat langsung dalam air minum botolan yang dikonsumsi oleh masyarakat. Sedangkan BPA biasanya terdapat dalam bahan pembuatan wadah kemasan makanan atau minuman.

Louisa menjelaskan bahwa konsumsi bromat dalam jumlah yang melebihi batas yang diizinkan dapat berdampak buruk bagi kesehatan seseorang. Gangguan kesehatan yang umum terjadi akibat konsumsi bromat antara lain adalah masalah pencernaan seperti mual, muntah, sakit perut, dan diare. Namun, gangguan yang lebih serius juga dapat terjadi, seperti gangguan ginjal, gangguan sistem syaraf, gangguan pendengaran, dan bahkan risiko kanker.

Dokter Louisa juga menekankan pentingnya etika dan keamanan pangan dalam industri minuman kemasan. Dia berharap bahwa produsen AMDK dapat lebih transparan dalam mencantumkan kandungan bromat dalam produk-produk mereka dan berharap Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dapat mengeluarkan regulasi yang mewajibkan pemberian informasi kandungan bromat pada label AMDK. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat mengenai keberadaan senyawa berbahaya dalam air minum botolan yang mereka konsumsi.

Dr. Rizka Maria, seorang peneliti dari Pusat Riset Sumberdaya Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menambahkan bahwa penelitian menunjukkan bahwa bromat dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf pusat.

Gejala seperti kehilangan refleks, kelelahan berlebihan, gangguan darah seperti anemia, mual, muntah, nyeri perut, diare, muntah darah, dan pembengkakan paru-paru dapat muncul akibat akumulasi bromat dalam tubuh. Rizka juga menyoroti adanya potensi karsinogenik akibat paparan bromat, yang mungkin baru terasa atau terlihat setelah 10 hingga 20 tahun konsumsi, tergantung pada kadar bromat dalam tubuh dan kondisi kesehatan individu.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved