Deteksi Dini dan Vaksinasi Hepatitis B Efektif Cegah Penularan hingga 95 Persen
Tanggal: 29 Jul 2025 10:13 wib.
Penyakit Hepatitis B, yang disebabkan oleh infeksi virus dan menyerang organ hati, dapat dicegah secara efektif melalui deteksi dini serta vaksinasi yang tepat. Dokter spesialis penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD, FRSPH, FINASIM, menyatakan bahwa upaya pencegahan dengan vaksin Hepatitis B mampu menurunkan risiko penularan hingga lebih dari 95 persen. Dalam keterangannya pada Senin, ia menegaskan bahwa vaksin ini menjadi langkah proteksi paling efisien dan mampu memberikan perlindungan dalam jangka panjang, bahkan puluhan tahun lamanya.Hepatitis B merupakan penyakit yang bisa bersifat akut maupun kronis. Dalam jangka panjang, infeksi kronis dapat menyebabkan kerusakan hati serius seperti sirosis hingga kanker hati. Penularannya pun bisa terjadi melalui berbagai cara, seperti kontak dengan darah atau cairan tubuh, hubungan seksual tanpa pengaman, penggunaan jarum suntik bersama, hingga pemakaian alat pribadi seperti pisau cukur atau alat kuku yang tidak steril.Merujuk data dari World Health Organization (WHO), lebih dari dua miliar orang di dunia telah terinfeksi Hepatitis B, menjadikannya salah satu isu kesehatan global yang serius. Di Indonesia sendiri, penyakit ini menyumbang sekitar 60 ribu kematian setiap tahunnya. Oleh sebab itu, dr. Dirga menekankan pentingnya deteksi dini yang bisa dilakukan melalui pemeriksaan darah (HBsAg dan Anti-HBs), terutama pada kelompok berisiko tinggi seperti tenaga medis, pengguna alat tajam bersama, dan individu dengan riwayat transfusi darah.Vaksinasi dewasa untuk Hepatitis B diberikan dalam tiga tahap, yaitu pada bulan ke-0, ke-1, dan ke-6. Ketidaklengkapan dosis dapat berdampak pada penurunan efektivitas perlindungan. Untuk itu, dr. Dirga mengingatkan masyarakat agar mencatat dengan baik riwayat vaksinasinya dan memastikan seluruh dosis terpenuhi tanpa penundaan.Penularan virus ini juga dapat terjadi sejak usia dini, bahkan sejak bayi baru lahir, melalui transmisi vertikal dari ibu ke anak. Dokter spesialis anak, dr. Melia Yunita, M.Sc, Sp.A, menjelaskan bahwa infeksi Hepatitis B yang terjadi pada bayi memiliki potensi tinggi untuk berkembang menjadi kondisi kronis. Ia mengungkapkan bahwa sekitar 4,2 persen balita di Indonesia telah terinfeksi Hepatitis B, dan ironisnya, sekitar 70 persen dari mereka tidak menunjukkan gejala.Melia menekankan pentingnya pemberian vaksin dan imunoglobulin maksimal 12 jam setelah bayi dilahirkan dari ibu yang terinfeksi, guna mencegah infeksi kronik yang dapat berujung pada sirosis atau kanker hati di kemudian hari. Ia menambahkan bahwa anak-anak menerima vaksin hepatitis B sebanyak lima kali, dimulai sejak lahir, dilanjutkan pada bulan kedua, ketiga, keempat, dan kemudian booster pada bulan ke-18.Ia juga mengingatkan bahwa vaksin Hepatitis B merupakan bagian dari imunisasi dasar yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), sehingga sebaiknya tidak dilewatkan oleh orang tua, meskipun anak tampak sehat secara fisik.