Sumber foto: Google

Deflasi Jelang Ramadhan dan Lebaran, Anomali atau Indikasi Lemahnya Daya Beli?

Tanggal: 30 Mar 2025 12:35 wib.
Tampang.com | Menjelang Ramadhan dan Lebaran 2025, Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,48 persen secara bulanan dan 0,09 persen secara tahunan. Fenomena ini dinilai sebagai sebuah anomali oleh Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), mengingat biasanya periode ini diwarnai dengan inflasi akibat lonjakan permintaan.

Deflasi yang Tidak Biasa di Periode Ramadhan

Menurut Kepala Pusat Pangan, Energi, dan Pembangunan Berkelanjutan INDEF, Abra Talattov, deflasi menjelang Lebaran bukanlah hal yang umum terjadi. Biasanya, permintaan terhadap berbagai bahan pangan meningkat, yang menyebabkan kenaikan harga.


"Fenomena deflasi yang terjadi menjelang Lebaran 2025 merupakan suatu anomali yang cukup mencolok," ujar Abra dalam laporan bulanan INDEF.


Namun, pada tahun ini, sejumlah komoditas utama seperti beras, tomat, cabai merah, dan daging ayam ras justru mengalami penurunan harga yang signifikan, memberikan andil besar terhadap deflasi pangan.

Melimpahnya Pasokan Jadi Penyebab Utama

Salah satu faktor utama di balik deflasi ini adalah melimpahnya pasokan pangan, terutama akibat panen raya padi yang berlangsung pada awal tahun. Berdasarkan data, produksi beras selama Januari-April 2025 diperkirakan mencapai 13,95 juta ton, tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.

Selain itu, kebijakan pemerintah seperti:



Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) oleh Bulog


Distribusi beras gratis kepada keluarga prasejahtera



… turut menekan harga beras di tingkat konsumen.

Karena beras memiliki bobot besar dalam perhitungan inflasi, penurunan harganya berkontribusi besar terhadap tren deflasi. Ditambah dengan melimpahnya pasokan cabai merah dan daging ayam, harga pangan menjadi semakin tertekan.

Dampak Deflasi: Meningkatkan Daya Beli atau Sinyal Buruk?

Turunnya harga beras memberikan dampak dua sisi terhadap ekonomi rumah tangga:



Dampak Positif



Masyarakat berpenghasilan rendah bisa mengurangi pengeluaran untuk pangan.


Memberikan ruang bagi mereka untuk mengalokasikan uang ke kebutuhan lain selama Ramadhan dan Lebaran.




Dampak Negatif



Bisa menjadi indikasi melemahnya daya beli masyarakat secara keseluruhan.


Biasanya, menjelang Ramadhan terjadi lonjakan permintaan konsumsi, tetapi tahun ini pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya.


Pendapatan sebagian masyarakat menurun, termasuk kelas menengah, sehingga mereka lebih berhati-hati dalam belanja meskipun harga pangan turun.






"Manfaat deflasi beras bagi konsumen cenderung terbatas pada kelompok yang masih memiliki daya beli. Bagi mereka yang pendapatannya tergerus, rendahnya harga belum tentu mendorong peningkatan konsumsi secara signifikan," jelas Abra.


Kesimpulan

Meskipun deflasi bisa memberikan keuntungan dalam bentuk harga pangan yang lebih murah, hal ini juga bisa menjadi sinyal bahwa konsumsi rumah tangga masih lemah. Jika daya beli masyarakat tidak segera pulih, ekonomi bisa mengalami perlambatan lebih lanjut, terutama di sektor konsumsi yang menjadi pilar utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Pemerintah dan pelaku ekonomi perlu mencermati tren ini untuk memastikan bahwa deflasi yang terjadi bukanlah pertanda resesi, melainkan hanya dampak dari siklus panen raya yang bersifat sementara.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved