Dampak Baik dan Buruk Tayangan Televisi pada Anak Menurut Psikolog
Tanggal: 26 Agu 2025 19:32 wib.
Televisi masih menjadi salah satu sumber hiburan utama bagi banyak keluarga di Indonesia. Namun, di balik layar yang menyala, tayangan televisi ternyata bisa membawa dua sisi bagi tumbuh kembang anak: kebaikan sekaligus potensi risiko. Hal ini disampaikan oleh dua Psikolog Klinis Anak dan Remaja dari Universitas Indonesia, Vera Itabiliana Hadiwidjojo dan Ratih Zulhaqqi.Vera menjelaskan bahwa televisi bisa memberi manfaat positif apabila kontennya sesuai usia anak dan ditonton dengan pendampingan orang tua. Tayangan edukatif, misalnya, mampu memperkaya kosakata anak, menambah pengetahuan baru, sekaligus menanamkan nilai moral dan sosial. Tidak sedikit anak yang belajar mengenal angka, huruf, bahkan bahasa asing dari acara televisi yang ramah anak.Namun, Vera juga menegaskan bahwa sisi sebaliknya tak bisa diabaikan. Tayangan dengan muatan kekerasan, bahasa kasar, atau konten dewasa berisiko ditiru anak. “Anak bisa meniru perilaku yang tidak tepat, menjadi kurang peka, dan mengembangkan kebiasaan pasif seperti kurang bergerak atau berinteraksi sosial. Selain itu, terlalu banyak menonton TV juga bisa mengganggu konsentrasi, tidur, hingga perkembangan fisik karena aktivitas motorik berkurang,” ujarnya.Senada dengan itu, Ratih Zulhaqqi menambahkan bahwa televisi dapat memengaruhi hampir seluruh aspek perkembangan anak—kognitif, emosional, sosial, hingga fisik. Tayangan yang positif bisa menumbuhkan kreativitas dan kemampuan sosial, sementara tayangan negatif justru dapat memicu kecemasan, kemarahan, bahkan perilaku antisosial. “Ada perkembangan emosi yang terpengaruh, anak belajar meniru ekspresi emosi dari apa yang mereka lihat. Misalnya, tayangan dengan konflik agresif bisa meningkatkan risiko anak jadi mudah marah atau mudah cemas,” kata Ratih.Karena itu, keduanya menekankan pentingnya peran orang tua dalam menyaring tayangan sekaligus mendampingi anak saat menonton. Pilihan konten sebaiknya edukatif, berbahasa santun, serta memiliki visual yang ramah anak. Durasi menonton juga perlu dibatasi sesuai usia, agar televisi dapat benar-benar menjadi media belajar yang bermanfaat, bukan ancaman bagi perkembangan buah hati.