Sumber foto: Canva

Charging Ponsel atau Laptop, Benarkah Jangan Sampai 100 Persen?

Tanggal: 17 Jul 2025 10:22 wib.
Baterai adalah jantung perangkat elektronik kita, entah itu ponsel atau laptop. Umur pakainya sering jadi perhatian, dan banyak mitos atau saran beredar soal cara pengisian daya yang benar. Salah satu yang paling sering kita dengar adalah anjuran untuk tidak mengisi daya sampai penuh 100 persen. Pertanyaannya, benarkah begitu? Dan apa alasannya? Untuk memahami ini, kita perlu sedikit mengerti cara kerja baterai modern dan bagaimana kebiasaan charging kita memengaruhinya.

Memahami Baterai Lithium-ion: Sensitif pada "Stres"

Hampir semua ponsel dan laptop masa kini memakai baterai jenis Lithium-ion (Li-ion). Baterai ini jauh lebih baik dibanding jenis baterai lama karena ringan, punya kapasitas besar, dan tidak mengalami memory effect (kondisi baterai seolah "lupa" kapasitas penuhnya jika sering diisi sebelum habis total). Namun, Li-ion punya satu kelemahan: mereka sensitif terhadap "stres" tertentu yang bisa mempercepat penuaan kimiawi internalnya.

Stres utama yang dimaksud adalah tegangan tinggi dan panas berlebih. Saat baterai terisi penuh 100 persen, tegangan di dalamnya berada pada puncaknya. Kondisi ini, jika dipertahankan terus-menerus, bisa menimbulkan tekanan pada sel-sel baterai. Ibaratnya, seperti membiarkan otot tegang terus-menerus. Memang tidak langsung rusak, tapi lama-kelamaan bisa mengurangi kapasitas total baterai. Sama halnya dengan suhu. Pengisian daya yang memicu panas berlebih, apalagi sambil dipakai berat atau di tempat yang panas, juga sangat tidak disukai baterai Li-ion.

Mitos dan Fakta Pengisian Daya Penuh

Jadi, apakah mengisi daya sampai 100 persen itu dilarang keras? Tidak juga. Produsen perangkat sudah mendesain sistem pengisian daya agar aman. Ketika mencapai 100 persen, pengisian daya akan otomatis berhenti atau beralih ke mode trickle charge (pengisian daya sangat pelan) untuk menjaga level penuh. Ini mencegah overcharging yang berbahaya.

Namun, anjuran untuk tidak selalu mengisi penuh 100 persen (atau setidaknya tidak membiarkannya plugged-in di 100% terlalu lama) muncul dari pemahaman bahwa menjaga baterai di rentang tegangan menengah bisa memperpanjang umurnya. Rentang ideal yang sering disarankan adalah menjaga level daya antara 20% hingga 80%. Kenapa rentang ini?

Menghindari Tegangan Puncak: Berada di 100% terlalu lama membuat baterai terus-menerus pada tegangan tertinggi, yang meningkatkan stres kimiawi.

Menghindari Tegangan Terendah: Membiarkan baterai benar-benar habis hingga 0% juga buruk. Ini bisa menyebabkan deep discharge yang merusak struktur kimia baterai dan bahkan membuatnya sulit untuk diisi ulang.

Beberapa produsen laptop kini bahkan menyertakan fitur "Battery Health Management" atau "Smart Charging" yang memungkinkan pengguna mengatur batas pengisian daya, misalnya hanya sampai 80% atau 90%, untuk memperpanjang umur baterai. Fitur ini dirancang khusus untuk mengurangi stres pada baterai akibat tegangan tinggi saat penuh.

Praktik Terbaik untuk Memperpanjang Umur Baterai

Mengisi daya hingga 100% sesekali atau ketika memang butuh daya penuh untuk bepergian itu tidak masalah. Yang perlu dihindari adalah menjadikannya kebiasaan rutin untuk selalu membiarkan perangkat plugged-in pada 100% dalam waktu lama, terutama jika perangkat tersebut sering digunakan dalam kondisi terisi penuh.

Beberapa praktik yang bisa membantu memperpanjang umur baterai Li-ion adalah:

Hindari Pengosongan Total: Jangan biarkan baterai sering-sering habis sampai 0%. Segera isi daya jika sudah di bawah 20%.

Jangan Terlalu Sering Penuh Total: Jika bisa, cabut charger saat daya mencapai sekitar 80-90%. Ini bisa jadi agak merepotkan, tapi efektif.

Jaga Suhu Tetap Dingin: Hindari mengisi daya di bawah bantal, di bawah terik matahari langsung, atau saat perangkat terasa sangat panas. Lepaskan casing jika perlu.

Gunakan Charger Original atau Berkualitas: Charger yang tidak sesuai standar bisa merusak baterai karena output tegangan atau arus yang tidak stabil.

Jangan Gunakan Perangkat Saat Pengisian Daya Intensif: Bermain game berat atau menjalankan aplikasi yang menguras daya sambil charging bisa menghasilkan panas berlebih, yang tidak baik untuk baterai.

Jadi, anjuran untuk tidak selalu mengisi daya sampai 100 persen itu memang punya dasar ilmiah, yaitu untuk mengurangi "stres" pada baterai Li-ion akibat tegangan tinggi dan panas. Tujuannya bukan untuk membuat perangkat tidak bisa dipakai, melainkan untuk memperpanjang umur pakai baterai secara keseluruhan.

Kita tidak perlu obsesif soal angka persentase, tapi pemahaman ini bisa membantu kita mengadopsi kebiasaan charging yang lebih sehat. Menjaga baterai di rentang menengah (misalnya 20-80%) dan menghindari panas berlebih adalah cara efektif untuk memastikan baterai perangkat kita tetap prima lebih lama.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved