Catat! 10 Jurusan Kuliah Ini Punya Tingkat Pengangguran Tertinggi
Tanggal: 22 Des 2024 17:27 wib.
Meraih gelar sarjana sering dianggap dapat membantu meningkatkan karier. Namun, hal ini bisa sulit tercapai jika jurusan yang dipilih tidak sesuai dengan minat dan rencana karir. Kenyataannya, tidak semua lulusan perguruan tinggi, baik dari program vokasi, sarjana (S1), maupun pascasarjana, berhasil masuk ke dunia kerja. Banyak lulusan yang menganggur karena terbatasnya lapangan pekerjaan, tingginya persaingan, serta ketidaksesuaian antara pendidikan yang dimiliki dengan kebutuhan pasar.
Menurut data yang dikumpulkan, beberapa jurusan kuliah memiliki tingkat pengangguran yang lebih tinggi daripada yang lainnya. Hal ini menjadi sorotan penting bagi para calon mahasiswa yang hendak memilih jurusan kuliah. Berikut ini adalah daftar 10 jurusan kuliah dengan tingkat pengangguran tertinggi berdasarkan data terkini.
1. Pengajaran Pendidikan Jasmani
Jurusan ini memiliki tingkat pengangguran tertinggi, mencapai 56,4 persen. Jurusan ini, yang fokus pada pengajaran dan ilmu olahraga, menghadapi keterbatasan lapangan kerja serta kebutuhan tenaga pengajar yang bisa berubah-ubah, membuat banyak lulusannya kesulitan mendapatkan pekerjaan.
2. Layanan Manusia atau HR
Jurusan ini memiliki angka pengangguran yang tinggi, sebesar 55,6 persen. Meskipun HR memainkan peran krusial dalam perekrutan dan manajemen karyawan, banyak lulusan bersaing ketat dalam industri ini. Di samping itu, kebutuhan akan pengalaman khusus sering kali menjadi penghalang bagi lulusan baru.
3. Ilustrasi
Dengan tingkat pengangguran mencapai 54,7 persen, jurusan ini menjadi pilihan yang cukup berisiko. Bidang ini sangat kompetitif, dan tren digitalisasi serta outsourcing desain grafis membuat banyak lulusan sulit mendapatkan pekerjaan tetap.
4. Peradilan Pidana
Jurusan ini juga memiliki angka pengangguran yang cukup tinggi, yakni 53 persen. Bidang ini bertujuan mempersiapkan lulusan untuk bekerja dalam sistem peradilan, namun lapangan kerja cenderung stabil dan terbatas, sehingga menciptakan persaingan ketat.
5. Manajemen Proyek
Pengangguran di jurusan ini tercatat sebesar 52,8 persen. Walaupun keterampilan manajemen proyek dibutuhkan di banyak industri, perusahaan umumnya mencari tenaga kerja dengan pengalaman, sehingga lulusan baru kesulitan bersaing.
6. Produksi Radio, Televisi, dan Film
Jurusan ini memiliki tingkat pengangguran sebesar 52,6 persen. Industri hiburan ini sangat dinamis dan sulit diprediksi, serta bergantung pada jaringan dan pengalaman, yang membuat lulusan kesulitan menemukan pekerjaan tetap.
7. Bidang Seni Studio
Program Bidang Seni Studio juga menghadapi tantangan besar, dengan tingkat pengangguran mencapai 52 persen. Jurusan ini meliputi seni visual, tetapi ketidakpastian pendapatan serta minimnya pekerjaan tetap membuat lulusan kesulitan mendapatkan pekerjaan yang stabil.
8. Administrasi Layanan Kesehatan
Dengan tingkat pengangguran 51,8 persen, jurusan ini menjadi pilihan lain dengan risiko pengangguran tinggi. Meski sektor kesehatan terus berkembang, lulusan di bidang administrasi kesehatan bersaing ketat dengan mereka yang memiliki latar belakang medis atau sertifikasi khusus.
9. Pendidikan
Jurusan selanjutnya yaitu pendidikan yang memiliki tingkat pengangguran 51,8 persen. Jurusan ini sangat bergantung pada kebijakan pemerintah dan, di beberapa daerah, kesempatan kerja untuk pengajar mengalami penurunan, sehingga lulusan harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan pekerjaan.
10. Pengembangan Manusia dan Keluarga
Terakhir, jurusan Pengembangan Manusia dan Keluarga dengan tingkat pengangguran 51,5 persen. Fokusnya pada perilaku manusia dalam konteks keluarga dan masyarakat, namun peluang kerja dalam bidang ini seringkali tidak sebanding dengan jumlah lulusan yang ada.
Data ini penting untuk dipertimbangkan bagi para calon mahasiswa, terutama bagi mereka yang berencana melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana atau pascasarjana. Memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan peluang karier dapat membantu mengurangi risiko menganggur setelah lulus.
Selain itu, pendekatan yang lebih proaktif dalam mencari pengalaman praktik, magang, atau keikutsertaan dalam proyek-proyek terkait jurusan dapat membuat lulusan lebih kompetitif di pasar kerja. Dengan demikian, para calon mahasiswa diharapkan dapat melakukan penelitian mendalam sebelum memutuskan jurusan yang akan ditekuni.