Cantik Nggak Harus Putih: Sudah Saatnya Ubah Cara Pandang
Tanggal: 10 Mei 2025 06:38 wib.
Tampang.com | Sudah terlalu lama standar kecantikan yang sempit dan tidak realistis mendominasi persepsi kita tentang apa itu cantik. Narasi yang seringkali digaungkan, baik secara tersirat maupun tersurat, adalah bahwa kulit putih adalah puncak dari keindahan. Akibatnya, jutaan orang di seluruh dunia yang memiliki warna kulit lain merasa terpinggirkan, tidak terlihat, atau bahkan merasa perlu mengubah diri agar sesuai dengan standar yang bias ini. Namun, kini saatnya kita bersama-sama mengubah cara pandang ini. Kecantikan itu jauh lebih kaya, beragam, dan inklusif daripada sekadar warna kulit.
Bias kecantikan terhadap kulit putih (beauty bias) memiliki akar sejarah dan sosial yang kompleks. Warisan kolonialisme, pengaruh media massa, dan kurangnya representasi yang beragam dalam industri kecantikan telah berkontribusi pada pemeliharaan standar yang sempit ini. Iklan produk kecantikan, film, majalah, dan bahkan boneka anak-anak seringkali menampilkan sosok-sosok berkulit putih sebagai representasi ideal. Hal ini secara tidak langsung menanamkan gagasan bahwa warna kulit yang lebih terang lebih menarik atau lebih diinginkan.
Dampak dari bias kecantikan ini sangatlah nyata. Individu dengan warna kulit yang lebih gelap seringkali menghadapi diskriminasi dan kurangnya representasi dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari dunia kerja hingga media. Mereka mungkin merasa tidak percaya diri dengan penampilan alami mereka dan terdorong untuk menggunakan produk pemutih kulit yang berpotensi berbahaya demi memenuhi standar yang tidak realistis. Ini bukan hanya masalah preferensi estetika, tetapi juga masalah keadilan dan kesetaraan.
Untungnya, angin perubahan kini mulai berhembus. Semakin banyak suara yang lantang menuntut representasi yang lebih beragam dalam industri kecantikan dan media. Gerakan body positivity dan skin inclusivity mendorong kita untuk merayakan keindahan dalam segala bentuk dan warna kulit. Para influencer dan tokoh masyarakat dengan warna kulit yang beragam mulai mendapatkan platform yang lebih luas, menunjukkan bahwa kecantikan tidak memiliki batasan warna.
Selain itu, semakin banyak pula brand kecantikan yang menyadari pentingnya shade range yang inklusif untuk produk makeup dan skincare. Mereka mulai menghadirkan pilihan warna yang sesuai untuk berbagai skin tone, dari yang paling terang hingga yang paling gelap. Ini bukan hanya langkah bisnis yang cerdas, tetapi juga merupakan bentuk dukungan terhadap keberagaman dan penerimaan diri.
Penting bagi kita semua untuk ikut ambil bagian dalam mengubah cara pandang ini. Kita perlu mengedukasi diri sendiri dan orang lain tentang bahaya bias kecantikan dan pentingnya representasi yang beragam. Kita perlu mendukung media dan brand yang menampilkan keindahan dalam segala warnanya. Lebih dari itu, kita perlu menanamkan pada diri sendiri dan generasi muda bahwa kecantikan sejati terpancar dari dalam, dari rasa percaya diri, kebaikan hati, dan penerimaan diri apa adanya.
Warna kulit adalah bagian tak terpisahkan dari identitas kita. Merayakannya, bukan berusaha mengubahnya, adalah langkah penting menuju masyarakat yang lebih inklusif dan adil. Kecantikan itu ada dalam setiap rona kulit, dalam setiap tekstur, dan dalam setiap keunikan yang kita miliki. Sudah saatnya kita membebaskan diri dari belenggu standar kecantikan yang sempit dan merayakan keindahan yang sesungguhnya: keindahan keberagaman. Cantik itu bukan tentang menjadi putih, tapi tentang menjadi diri sendiri dengan bangga.