Cantik Itu Relatif, Berikut Makna “Cantik†Dari Beberapa Suku di Indonesia
Tanggal: 5 Jul 2018 00:06 wib.
Cantik Itu Relatif, Berikut Makna “Cantik” Dari Beberapa Suku di Indonesia
Cantik itu relatif. Seseorang yang kita anggap cantik belum tentu dianggap cantik juga oleh orang lain, begitupun sebaliknya. Oleh sebab itu, setiap individu ataupun kelompok mempunyai caranya masing-masing untuk memaknai kecantikan. Berikut adalah cara yang dilakukan oleh berbagai suku di Indonesia untuk memaknai kecantikan.
Cantik bagi perempuan suku Mentawai (Sumatra) adalah memiliki gigi yang runcing. Tanpa menggunakan anestesi, mereka mengerik gigi dengan menggunakan pisau kecil dan kayu, atau besi. Praktik tersebut dilakukan turun-temurun untuk memperindah penampilan. Mereka juga percaya ketika fajar tiba, tubuh manusia akan terpisah dengan sukmanya dan dengan meruncingkan gigi, mereka dapat menjaga keseimbangan tubuh dan jiwa.
Simbol kecantikan perempuan suku Dayak kenyah (Kalimantan), adalah dengan memiliki daun telinga yang panjang. Daun telinga para perempuan ditindik dengan anting logam atau emas. Anting tersebut terus ditambah sekali setahun (sesuai jumlah umur) sehinga semakin lama lubang daun telinga pun makin besar dan melebar hingga membuat telinga memanjang, bahkan bisa mencapai garis bahu. Makin panjang lobang daun telinga makin cantik.
Sementara itu, tato dijadikan penanda kecantikan bagi perempuan-perempuan di suku Belu, Pulau Timor. Proses pembuatan membutuhkan biaya yang tidak sedikit sehingga tato pun menjadi tolak ukur strata individu, pekerjaan, dan kemampuan. Sebagai penanda kecantikan, perempuan suku Belu memasang tato karena memiliki daya tarik bagi lawan jenis dan merupakan kebanggaan tersendiri bagi mereka.
Lain lagi halnya dengan perempuan di Papua, mereka menilai kecantikan diri dari cara mereka mengepang rambut dengan anyaman khas leluhur masyarakat Papua. Cara mengepangnya tidak sembarangan, perlu keterampilan khusus yang bisa diajarkan ke beberapa generasi. Kondisi iklatannya juga harus kuat dan rapi.
Perempuan suku Batak Karo yang berkaki besar dianggap memancarkan kecantikan lebih kuat. Kecantikan perempuan di sini sangat erat berhubungan dengan konteks ekologi pedesaan, dengan penduduk bermata pencaharian sebagai petani dan kondisi tanah yang berbatu dan berbukit-bukit. Kaki besar melambangkan sosok perempuan yang kuat dan rajin bertani.