Sumber foto: iStock

Bukan Bangkrut! Ini Alasan Supermarket Korea GS The Fresh Tutup di Indonesia, Sementara Minimarket K-Pop Justru Makin Ramai

Tanggal: 28 Jun 2025 09:19 wib.
Supermarket asal Korea Selatan, GS The Fresh, resmi menghentikan seluruh operasionalnya di Indonesia. Penutupan gerai-gerai GS ini menimbulkan banyak tanda tanya, apalagi sebelumnya cukup dikenal di kalangan pecinta produk Korea. Namun, menurut pengakuan sejumlah pihak, tutupnya GS Fresh bukan disebabkan oleh kebangkrutan, melainkan oleh sejumlah faktor strategis yang lebih kompleks.

Ketika tim CNBC Indonesia melakukan peninjauan langsung ke salah satu gerai GS Fresh di kawasan Mampang, Jakarta Selatan, mereka menemukan bahwa bangunan tersebut sudah tidak aktif. Logo hijau khas dengan tulisan Korea "GS " masih terpasang, tetapi aktivitas di dalam toko telah berhenti sepenuhnya.

Penutupan ini kemudian dikonfirmasi oleh Budihardjo Iduansjah, Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo). Dalam pernyataannya pada Mei 2025, Budihardjo menegaskan bahwa tutupnya GS Fresh bukanlah karena kebangkrutan, melainkan karena sedang ada proses pengalihan kepemilikan atau takeover.


“Namanya pengusaha, kalau mau menutup usaha, tentu akan dicari dulu siapa yang bisa membeli. Artinya akan ada investor baru yang masuk,” jelas Budihardjo.


Selain itu, kantor pusat GS di Korea disebut mengambil keputusan untuk tidak melanjutkan ekspansi di Indonesia, dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti lesunya daya beli masyarakat serta perubahan gaya hidup konsumen yang kini lebih condong ke arah convenience dan digital.

Supermarket Korea Lainnya Masih Bertahan

Meski GS The Fresh telah meninggalkan pasar Indonesia, tidak semua supermarket Korea mengalami nasib serupa. Contohnya adalah Mu Gung Hwa, supermarket Korea yang tetap beroperasi dan memiliki pelanggan setia. Meskipun skala operasionalnya lebih kecil dan pengunjung tidak terlalu ramai, Mu Gung Hwa tetap dicari karena keaslian produk Korea yang mereka tawarkan, mulai dari bahan masakan, makanan ringan, hingga makanan siap santap khas Negeri Ginseng seperti bibimbap dan sundubu jjigae.

Selain itu, Lotte Mart, yang juga berasal dari Korea Selatan, masih menunjukkan performa yang cukup kuat di Indonesia. Di sejumlah gerai seperti yang berada di Green Pramuka Square, pengunjung tetap ramai, terutama saat akhir pekan. Lotte Mart dianggap lebih mampu menyesuaikan dengan pasar lokal dengan menyediakan produk yang lebih variatif dan harga yang kompetitif.

Minimarket Korea Modern Justru Makin Populer

Menariknya, di saat GS mundur dari pasar Indonesia, konsep minimarket bergaya Korea justru menunjukkan pertumbuhan signifikan. Salah satu yang paling menonjol adalah K3Mart—sebuah minimarket berkonsep lifestyle Korea yang ternyata merupakan produk lokal Indonesia. K3Mart menyasar pasar anak muda, khususnya generasi milenial dan Gen Z, dengan mengusung suasana toko ala Korea yang cerah dan instagramable.

Saat ini, K3Mart telah memiliki lebih dari 30 gerai yang tersebar di berbagai kota besar, termasuk cabang baru di Summarecon Bekasi dan Palmerah, Jakarta Barat. Toko-toko K3Mart juga hadir di pusat perbelanjaan ternama seperti Kota Kasablanka dan Senayan Park, serta menyasar area kampus dan pemukiman dengan konsep mandiri.

Di K3Mart, pengunjung bisa menikmati pengalaman belanja sekaligus mencicipi makanan jalanan Korea seperti tteokbokki, odeng, gimbap, hingga rice bowl dengan harga terjangkau mulai dari Rp25.000. Salah satu keunggulan K3Mart adalah sertifikasi halal dari MUI, yang membuat produk-produknya bisa menjangkau lebih luas, termasuk konsumen muslim yang makin banyak.

Saingan Baru: K-Stop dan Gaya Hidup Korea

Selain K3Mart, ada juga K-Stop, minimarket bertema Korea yang hadir di kawasan Blok M. Walau masih dalam skala kecil, konsep K-Stop menarik perhatian karena menawarkan pengalaman self-service ala convenience store Korea. Pengunjung bisa memasak mi instan (ramyeon) sendiri menggunakan kompor listrik yang tersedia di toko.

Format seperti ini mengingatkan kita pada convenience store populer di Korea Selatan seperti GS25, CU, 7-Eleven, Emart24, hingga Ministop. Ciri khas utamanya adalah kombinasi antara tempat belanja dan area makan cepat saji. Konsumen bisa membeli makanan siap santap, memanaskannya di microwave, mengambil es batu, atau sekadar bersantai di area makan.

Konsep inilah yang mulai diadaptasi oleh pelaku usaha di Indonesia, dengan menekankan pada pengalaman berbelanja yang menyenangkan, cepat, dan sesuai dengan gaya hidup urban.

Apa yang Bisa Dipelajari dari Tutupnya GS The Fresh?

Penutupan GS The Fresh memberikan pelajaran penting bagi bisnis ritel luar negeri yang ingin bertahan di pasar Indonesia. Adaptasi terhadap kebiasaan konsumen lokal, fleksibilitas dalam menghadapi dinamika pasar, serta kepekaan terhadap perubahan selera dan gaya hidup sangatlah krusial.

Berbeda dari supermarket besar yang mungkin terasa terlalu ‘serius’ atau konvensional, minimarket dengan pendekatan lifestyle dan sentuhan budaya pop Korea justru sukses menarik perhatian pasar muda. K3Mart dan K-Stop adalah dua contoh nyata bahwa konsumen Indonesia, khususnya generasi muda, mencari pengalaman yang tidak hanya fungsional tapi juga menyenangkan dan relatable.

Meskipun GS The Fresh menutup seluruh operasinya di Indonesia, bukan berarti konsumen kehilangan akses terhadap produk dan budaya Korea. Malah, era baru minimarket bergaya Korea sedang berkembang pesat di kota-kota besar, menawarkan pengalaman belanja sekaligus wisata kuliner yang lebih personal dan kekinian.

Dengan strategi yang tepat dan pemahaman mendalam terhadap pasar lokal, konsep retail bergaya Korea masih memiliki peluang besar untuk tumbuh dan berinovasi di Indonesia.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved