Sumber foto: iStock

Brain Rot: Ancaman Nyata bagi Generasi Z Akibat Kecanduan Konten Digital

Tanggal: 30 Mar 2025 02:03 wib.
Fenomena yang dikenal dengan sebutan 'Brain Rot' belakangan ini menjadi topik hangat di kalangan Generasi Z. Istilah ini secara informal digunakan untuk menggambarkan penurunan kemampuan kognitif yang terjadi akibat konsumsi berlebihan konten digital. Meskipun bukan merupakan kondisi medis resmi, 'Brain Rot' berfungsi sebagai metafora yang mencerminkan kemunduran mental yang dialami oleh banyak orang di era modern ini, terutama mereka yang terlalu bergantung pada teknologi.Perkembangan teknologi saat ini telah menciptakan beragam platform media sosial yang menarik perhatian, seperti TikTok, Instagram, dan YouTube. Setiap platform ini memanfaatkan algoritma yang canggih untuk menarik dan mempertahankan minat pengguna, sehingga menyebabkan mereka menghabiskan waktu yang lebih lama di dalamnya tanpa disadari. Fenomena ini tidak hanya terbatas di Indonesia, tetapi juga menjadi perhatian global. Menurut Senior Research Fellow dari Toronto Metropolitan University, Masoud Kianpour, adiksi internet atau yang sering disebut dengan 'candu digital' dapat berasal dari berbagai aktivitas, termasuk berbelanja daring, bermain game, judi online, hingga konsumsi pornografi.Pada masa pandemi COVID-19, perilaku ini semakin meningkat. Pandemi memaksa masyarakat untuk mengisolasi diri, sehingga menggeser banyak aktivitas ke platform digital. Media sosial yang awalnya dianggap sebagai alat pemberdayaan individu dan penghubung antar-komunitas kini menjadi arena yang dipenuhi disinformasi. Kianpour menegaskan, meskipun media sosial memiliki banyak manfaat, mereka juga memberikan tantangan besar terhadap hubungan kita dengan fakta dan rasa percaya yang merupakan fondasi dari demokrasi yang sehat.Salah satu dampak mencolok dari perhatian yang berlebihan terhadap media sosial adalah pembentukan “ruang gema” (echo chambers) yang memperkuat pandangan yang ekstrem. Hal tersebut menciptakan pola komunikasi yang buruk, di mana pengguna hanya terpapar pada informasi yang sesuai dengan pandangan mereka. Masoud Kianpour mencatat bahwa rata-rata anak muda di Amerika Serikat menghabiskan lebih dari lima jam per hari di depan layar dan menerima sekitar 237 notifikasi, atau setidaknya satu notifikasi setiap empat menit.Di Indonesia, berdasarkan survei We Are Social dalam tahun 2024, masyarakat menghabiskan waktu rata-rata 7 jam 38 menit setiap hari untuk mengakses internet. Menariknya, 58,9% dari waktu tersebut digunakan hanya untuk mengisi waktu luang. Fenomena ini menunjukkan bahwa akses terhadap informasi dan hiburan digital telah menjadi bagian dominan dari kehidupan sehari-hari. Gen Z, yang mencakup mereka yang lahir antara 1997 hingga 2012, menjadi kelompok yang paling banyak mengakses internet, dengan kebiasaan "doom scrolling" yang merupakan kecenderungan untuk menjelajahi konten secara terus-menerus tanpa henti. Kebiasaan ini, meskipun terlihat sepele, dapat mengikat mereka dalam pengaruh informasi dan hiburan digital yang berkembang pesat.Dalam konteks kesehatan mental, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia juga menunjukkan keprihatinan terhadap kebiasaan penggunaan media sosial yang berlebihan. Pertanyaan yang muncul kini adalah, apakah benar aktivitas ini dapat merusak otak hingga ke tingkat yang disebut “membusuk”? Terdapat anggapan bahwa scrolling media sosial terus-menerus bisa berdampak negatif yang serius terhadap kesehatan mental.Istilah 'Brain Rot' mencapai puncaknya pada tahun 2024, bahkan terpilih sebagai Oxford Word of the Year. Menurut Oxford University Press, istilah ini mendefinisikan kemerosotan intelektual seseorang yang disebabkan oleh consumsi berlebihan konten digital berkualitas rendah, terutama di media sosial. Data menunjukkan bahwa penggunaannya meningkat hingga 230% antara tahun 2023 dan 2024, menandakan keprihatinan yang semakin meluas terhadap efek negatif dari konsumsi konten daring.Presiden Oxford Languages, Casper Grathwohl, menyatakan bahwa istilah 'Brain Rot' mencerminkan keresahan masyarakat akan dampak media sosial terhadap kesehatan mental. Ia mengamati bahwa generasi muda semakin menyadari dampak negatif dari media sosial yang mereka gunakan, bahkan dengan nada bercanda. Menarik untuk dicatat bahwa istilah ini tampaknya diadopsi secara luas oleh Generasi Z dan Gen Alpha, kelompok yang paling aktif dalam menciptakan dan mengonsumsi konten digital yang dimaksudkan.Melihat seluruh fenomena ini, semakin jelas bahwa dampak dari 'Brain Rot' tidak hanya terbatas pada kesehatan mental individu, tetapi juga dapat mempengaruhi interaksi sosial serta dinamika sosial dalam masyarakat. Masyarakat diharapkan untuk lebih bijak dalam menggunakan teknologi dan konten yang tersedia untuk memastikan bahwa mereka tidak menjadi korban dari efek negatif yang bisa mengganggu kualitas hidup.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved