Benarkah Tas Mewah Buatan China? Fakta Mengejutkan di Balik Label "Made in" yang Jarang Diketahui Konsumen
Tanggal: 18 Apr 2025 18:17 wib.
Belakangan ini, media sosial diramaikan oleh sebuah klaim yang cukup mengejutkan: sebagian besar tas mewah ternama dunia ternyata dibuat di China. Klaim ini mencuat lewat sebuah video TikTok dari akun senbags2, yang menyebutkan bahwa hingga 80 persen tas-tas branded diproduksi di Negeri Tirai Bambu. Video tersebut langsung viral dan telah ditonton lebih dari 10 juta kali hingga kini.
Pernyataan dalam video tersebut bahkan menuding bahwa tas-tas dari merek terkenal hanya dikirim dari pabrik China dalam kondisi hampir jadi, lalu cukup dikemas ulang dan diberi logo merek tertentu untuk dijual sebagai produk premium. Tentu saja, hal ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan netizen dan pencinta fashion.
Nama-nama besar seperti Hermès, Louis Vuitton, Gucci, Dior, Michael Kors, Prada, Coach, Armani, hingga Apple dan Nike turut disebut-sebut dalam klaim tersebut. Namun hingga artikel ini ditulis, belum ada konfirmasi atau klarifikasi resmi dari pihak merek-merek tersebut mengenai tudingan tersebut.
Lantas, benarkah tas mewah asli diproduksi di China?
Sebelum terburu-buru mempercayai informasi viral, penting untuk memahami bagaimana proses pelabelan dan produksi diatur secara hukum di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa. Produk yang mendapatkan label “Made in USA” misalnya, tidak sembarangan bisa mengklaim asal negara.
Berdasarkan aturan dari Federal Trade Commission (FTC) di Amerika, produk yang dilabeli "Made in USA" harus memenuhi standar "all or almost all". Artinya, hampir seluruh bagian penting, proses manufaktur, serta tenaga kerja yang digunakan harus berasal dari Amerika Serikat. Perakitan akhir juga harus dilakukan di dalam negeri, dan tidak boleh mengalami perubahan signifikan di luar negeri.
Hal yang sama juga berlaku di Uni Eropa. Berdasarkan peraturan UE nomor 952/2013, pelabelan asal produk harus mencerminkan tempat terjadinya perubahan substansial terakhir dalam proses produksi. Bahkan negara-negara seperti Prancis dan Italia memberlakukan aturan yang lebih ketat demi menjaga integritas merek-merek mewah mereka.
Contoh Nyata dari Hermès dan Produk Fashion Prancis
Hermès, sebagai salah satu merek tas paling eksklusif di dunia, adalah contoh nyata dari produsen yang sangat menjaga kualitas dan asal produk mereka. Merek ini secara konsisten memproduksi tas-tas ikoniknya di Prancis. Mereka memiliki fasilitas produksi di berbagai daerah di Prancis, seperti Pantin, Lyon, Ardennes, hingga Normandy.
Bukan hanya proses perakitan, Hermès juga memastikan seluruh tahapan penting dalam pembuatan tas—mulai dari desain, pemilihan bahan baku, pemotongan kulit, perakitan, hingga finishing—semuanya dilakukan oleh tenaga ahli di Prancis. Bahkan, banyak dari produk mereka yang memiliki sertifikat Origine France Garantie (OFG), yang menjamin bahwa lebih dari 50 persen nilai produk berasal dari kegiatan produksi di Prancis.
Pelabelan “Made in Italy” dan “Made in France” Bukan Sekadar Gimmick
Di Italia, sebuah produk hanya boleh diberi label "Made in Italy" jika perubahan substansial terakhir dilakukan di negara tersebut. Ini mencakup proses utama dalam pembuatan barang seperti pengolahan bahan, perakitan, dan penyelesaian produk. Jadi, meskipun bahan bakunya berasal dari luar negeri, selama proses penting tersebut terjadi di Italia, maka pelabelan tersebut sah digunakan.
Prancis menerapkan prinsip serupa. Untuk mendapatkan label “Made in France”, proses manufaktur utama terakhir harus berlangsung di Prancis. Merek-merek fashion ternama dari Prancis bahkan seringkali melangkah lebih jauh. Mereka tidak hanya mengandalkan satu atau dua tahapan di Prancis, tetapi benar-benar mengutamakan keseluruhan proses agar tetap terjaga keasliannya.
Mengapa Banyak Produk Diproduksi di China?
Perlu dicatat bahwa banyak merek global memang memiliki pabrik di China. Namun, ini bukan berarti semua produk mewah mereka dibuat di sana. China dikenal sebagai pusat manufaktur dunia karena efisiensi biaya dan tenaga kerja. Tapi, untuk merek mewah, menjaga brand value dan kualitas adalah prioritas utama, sehingga mereka cenderung mempertahankan proses produksi di negara asal mereka demi kepercayaan konsumen.
Yang sering terjadi, produksi di China umumnya mencakup lini produk entry level, accessories, atau lini sekunder dari suatu merek, bukan koleksi eksklusifnya. Hal ini dilakukan bukan untuk menipu konsumen, melainkan bagian dari strategi pasar agar produk bisa menjangkau kelas menengah ke bawah.
Jangan Langsung Percaya Konten Viral
Fenomena viral seperti ini memang menarik, tapi sebaiknya ditanggapi dengan kritis. Proses pelabelan produk internasional diatur dengan sangat ketat, terlebih untuk industri fashion mewah yang sangat menjaga citra dan kepercayaan konsumennya. Jadi, meskipun ada kemungkinan sebagian kecil proses produksi dilakukan di luar negara asal, produk-produk high-end tetap menjunjung tinggi kualitas dan asal-usulnya.
Sebagai konsumen, penting untuk tidak langsung menelan mentah-mentah klaim di media sosial, apalagi jika tidak disertai bukti kuat atau konfirmasi resmi dari merek terkait. Mengecek label, memahami aturan pelabelan internasional, dan membaca informasi dari sumber terpercaya adalah cara terbaik agar tidak mudah terjebak informasi keliru.