Sumber foto: pinterest

Beda Emotional Eating dan Lapar Beneran

Tanggal: 21 Jul 2024 22:22 wib.
Emotional eating dan lapar beneran adalah dua kondisi yang sering kali dapat disalahartikan satu sama lain. Perbedaan mendasar antara keduanya adalah pada asal mula rasa lapar dan cara menanggapi keinginan makan. Mengetahui perbedaan ini dapat membantu seseorang dalam mengelola pola makan dan keseimbangan emosi.

Pertama-tama, mari kita bahas mengenai lapar beneran. Lapar beneran adalah kondisi fisiologis di mana tubuh merasa lapar karena kurangnya asupan makanan. Ketika seseorang merasakan lapar beneran, biasanya disertai dengan gejala-gejala seperti perut yang keroncongan, pusing, atau kelemahan fisik. Ini dapat diatasi dengan mengonsumsi makanan yang memberikan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh. Rasa lapar beneran ini adalah sesuatu yang alamiah dan perlu ditanggapi dengan memberi tubuh asupan makanan yang seimbang.

Di sisi lain, emotional eating adalah kebiasaan makan sebagai respons terhadap perasaan atau emosi tertentu, bukan karena kebutuhan fisik. Kondisi ini sering kali terjadi saat seseorang merasa stres, sedih, marah, atau bahkan bahagia. Pada emotional eating, seseorang merasa ingin makan walaupun tubuh sebenarnya tidak membutuhkan asupan makanan. Ini dapat menjadi masalah ketika kebiasaan ini terjadi secara berulang dan berpotensi menyebabkan pola makan yang tidak sehat.

Perbedaan mendasar antara lapar beneran dan emotional eating terletak pada asal mula keinginan makan. Lapar beneran datang dari kebutuhan fisiologis tubuh akan nutrisi, sementara emotional eating berasal dari kondisi emosional seseorang. Seseorang yang mengalami emotional eating cenderung mencari makanan tertentu untuk mengisi kekosongan emosionalnya, bukan untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya.

Bagi yang sering mengalami emotional eating, penting untuk mengidentifikasi pemicu-pemicu emosional yang memicu kebiasaan ini. Dengan mengenali emosi yang mendorong keinginan makan, seseorang dapat mencari alternatif penanganan emosi yang lebih sehat, seperti olahraga, meditasi, atau berbicara dengan seseorang yang dipercayai. Selain itu, menciptakan pola makan yang seimbang dan teratur juga dapat membantu mengurangi kecenderungan untuk melakukan emotional eating.

Dalam mengelola emotional eating, penting untuk mengembangkan kesadaran diri terhadap pola makan dan emosi yang terlibat. Kesadaran diri ini dapat membantu seseorang untuk mengenali kapan mereka benar-benar lapar dan kapan keinginan untuk makan hanyalah respons terhadap emosi. Dengan demikian, seseorang dapat belajar untuk menanggapi keinginan makan dengan cara yang lebih seimbang dan sehat.

Meskipun keduanya dapat membuat seseorang merasa ingin makan, beda antara emotional eating dan lapar beneran sangat penting untuk diketahui guna menjaga keseimbangan antara pola makan dan emosi. Dengan memahami perbedaan ini, seseorang dapat mengelola pola makan dengan lebih bijak dan mengurangi risiko terjadinya komplikasi kesehatan akibat pengelolaan emosi yang tidak sehat.

Dengan memahami perbedaan mendasar antara emotional eating dan lapar beneran, seseorang dapat lebih cerdas dalam menanggapi keinginan makan mereka. Mengetahui kapan tubuh benar-benar butuh makanan dan kapan keinginan makan hanya berasal dari emosi dapat membantu seseorang untuk menciptakan pola makan yang lebih seimbang dan sehat.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved