Bahaya Thrifting: Waspadai Dampak Buruknya Terhadap Kesehatan Anda!
Tanggal: 14 Nov 2024 18:35 wib.
Tren membeli baju bekas atau yang kerap disebut dengan istilah 'thrifting' semakin marak dilakukan oleh kalangan muda dalam beberapa tahun terakhir. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga mendunia dan telah menciptakan banyak toko online yang menjual pakaian bekas. Aktivitas thrifting dinilai oleh sebagian orang sebagai alternatif belanja pakaian yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan daripada membeli barang baru.
Namun, di balik kemudahan dan keuntungan yang ditawarkan oleh thrifting, terdapat bahaya besar yang mengintai. Sebuah laporan dari ScienceAlert mengungkapkan bahwa ada banyak penyakit menular yang dapat tersebar melalui baju bekas.
Hal ini dikarenakan kulit manusia secara alamiah memiliki lapisan jutaan bakteri, jamur, dan virus yang secara kolektif disebut sebagai 'skin microbiome'. Artinya, setiap kali seseorang mengenakan pakaian, maka pakaian tersebut akan memiliki kontak dengan microbiome tersebut.
Beberapa mikroba yang biasa menempel pada kulit manusia antara lain bakteri Staphylococcus yang dapat menyebabkan infeksi staph, Streptococcus yang merupakan penyebab radang tenggorokan, jamur seperti Candida yang dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan, dan virus seperti Human Papillomavirus yang dapat menyebabkan penyakit menular seksual.
Infeksi staph, misalnya, dapat menyerang beberapa bagian tubuh seperti kulit, aliran darah, tulang, jantung, dan paru-paru, sedangkan streptococcus dapat menyebabkan radang tenggorokan dengan gejala amandel yang bengkak dan bercak putih.
Selain itu, ada juga thrush yang merupakan infeksi jamur pada mulut, kulit, atau vagina, dan HPV yang menyebabkan infeksi pada kulit dan selaput lendir. Setiap individu memiliki skin microbiome yang unik, dan apa yang dianggap normal bagi seseorang dapat menjadi bahaya bagi orang lain.
Pakaian bekas juga merupakan sarana penyebaran berbagai bakteri yang ada di kulit manusia. Oleh karena itu, jika pakaian bekas tidak dibersihkan secara maksimal sebelum dijual kembali, maka skin microbiome dari pemilik sebelumnya dapat menimbulkan bahaya bagi pembeli.
Sebuah survei yang dilakukan pada pakaian bekas di Pakistan mengungkapkan adanya bakteri Bacillus Subtilis dan Staphylococcus Aureus pada sebagian besar sampel yang diambil. Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi pada kulit dan darah, serta dapat menimbulkan dermatitis dan kudis pada kulit.
Untuk mengurangi risiko penularan penyakit melalui pakaian bekas, para pelaku thrifting perlu memperhatikan beberapa hal. Penting untuk membersihkan pakaian bekas secara menyeluruh sebelum digunakan. Diungkapkan bahwa mikroba memerlukan air untuk tumbuh, sehingga area kulit yang cenderung lembab seperti ketiak, kaki, dan area kelamin menjadi paling rentan terhadap bakteri.
Selain mencuci dengan deterjen anti bakteri, disarankan untuk mencuci pakaian bekas dengan suhu sekitar 60 derajat Celcius, bukan air dingin. Selain itu, merendam pakaian terlebih dahulu selama 2-3 jam juga dapat membunuh berbagai patogen yang menempel pada pakaian bekas. Setelah proses perendaman, pakaian dapat dimasukkan ke mesin cuci.
Selain itu, pakaian bekas juga harus dicuci secara terpisah dengan pakaian reguler yang sudah ada di lemari, sehingga tidak terjadi kontaminasi. Menyetrika atau menggunakan uap pada suhu sekitar 60 derajat Celcius juga efektif untuk membunuh sisa-sisa bakteri, virus, dan telur parasit yang masih tersisa.
Dalam aktivitas thrifting, penting untuk selalu waspada terhadap dampak buruk yang dapat ditimbulkan bagi kesehatan. Membersihkan pakaian bekas secara menyeluruh sebelum digunakan adalah langkah yang penting untuk mengurangi risiko penularan penyakit dari baju bekas. Selain itu, perilaku bersih dan menjaga kebersihan pribadi juga perlu ditingkatkan agar terhindar dari risiko infeksi yang mungkin ditimbulkan melalui pakaian bekas.