Sumber foto: Canva

Asal Mula Istilah "Work From Anywhere"

Tanggal: 1 Sep 2025 13:47 wib.
Cara kita bekerja telah mengalami pergeseran besar. Kantor fisik tidak lagi menjadi satu-satunya tempat untuk menyelesaikan pekerjaan. Konsep Work From Anywhere (WFA) telah menjadi istilah yang familiar, menawarkan fleksibilitas untuk bekerja dari rumah, kafe, atau bahkan negara lain. Meskipun istilah ini sangat populer selama pandemi COVID-19, akarnya jauh lebih dalam dari itu, berawal dari evolusi teknologi, perubahan budaya kerja, dan pencarian keseimbangan hidup-kerja yang lebih baik.

Benih Awal Konsep "Kerja Jarak Jauh"

Sebelum WFA menjadi tren global, konsep kerja jarak jauh atau telecommuting sudah muncul sejak puluhan tahun lalu. Istilah telecommuting pertama kali dicetuskan oleh fisikawan Jack Nilles pada tahun 1973. Saat krisis minyak melanda Amerika Serikat, Nilles mengusulkan ide agar para pekerja dapat bekerja dari rumah menggunakan teknologi komputer dan telepon untuk mengurangi konsumsi bahan bakar dan kemacetan. Meskipun saat itu teknologi masih sangat terbatas, ide ini menanamkan benih bahwa pekerjaan tidak harus terikat pada lokasi fisik.

Sepanjang tahun 1980-an dan 1990-an, beberapa perusahaan mulai bereksperimen dengan kerja jarak jauh, meskipun penerapannya masih sangat terbatas dan hanya untuk pekerjaan tertentu. Komputer pribadi dan internet dial-up mulai mempermudah kolaborasi, tetapi keterbatasan kecepatan dan akses masih menjadi kendala besar.

Munculnya "Digital Nomad" dan Perluasan Ide Fleksibilitas

Memasuki era 2000-an, dengan berkembangnya internet berkecepatan tinggi, Wi-Fi, dan perangkat portabel seperti laptop dan ponsel pintar, gagasan bekerja di luar kantor mulai mendapatkan momentum baru. Istilah "Digital Nomad" mulai populer, menggambarkan sekelompok pekerja yang sepenuhnya mobile, menggabungkan pekerjaan dengan gaya hidup nomaden, sering berpindah-pindah tempat, dan bekerja dari mana saja di seluruh dunia.

Fenomena Digital Nomad ini bukan hanya tentang bekerja dari rumah, melainkan tentang bekerja dari mana saja. Ini memperluas ide kerja jarak jauh yang awalnya hanya berfokus pada efisiensi, menjadi sebuah filosofi tentang kebebasan dan gaya hidup. Pekerja mulai menyadari bahwa dengan koneksi internet yang stabil, mereka bisa mengerjakan tugas dari kafe di Bali, coworking space di Lisbon, atau bahkan di pegunungan.

Meskipun WFA dan Digital Nomad memiliki kesamaan, istilah WFA lebih fokus pada kebijakan perusahaan yang memberikan fleksibilitas lokasi kepada karyawannya, sementara Digital Nomad adalah gaya hidup yang dipilih secara individu. Namun, pergerakan Digital Nomad ini secara tidak langsung membantu mempopulerkan ide bahwa pekerjaan produktif tidak harus dilakukan di kantor.

Pandemi COVID-19 sebagai Akselerator Utama

Jika evolusi teknologi dan gaya hidup Digital Nomad menanamkan benih WFA, maka pandemi COVID-19 berfungsi sebagai katalis dan akselerator utama yang membuat konsep ini meledak secara global. Saat lockdown diterapkan, perusahaan di seluruh dunia dipaksa untuk mengadopsi kerja jarak jauh dalam skala besar dan serentak. Ini adalah eksperimen kerja jarak jauh terbesar dalam sejarah.

Pada awalnya, banyak perusahaan yang skeptis, khawatir produktivitas akan menurun. Namun, mereka terkejut. Sebagian besar perusahaan melaporkan bahwa produktivitas tetap terjaga atau bahkan meningkat. Teknologi kolaborasi seperti Zoom, Slack, Google Meet, dan Microsoft Teams menjadi alat vital yang menghubungkan tim. Selama masa ini, WFA tidak lagi dianggap sebagai "privilese", melainkan kebutuhan mendesak.

Pasca-pandemi, banyak perusahaan yang sadar bahwa mereka tidak perlu kembali ke model kantor 100%. Mereka mulai menawarkan kebijakan kerja hibrida (gabungan kantor dan jarak jauh) atau bahkan WFA penuh. Istilah WFA pun menjadi lebih menonjol daripada telecommuting atau remote work karena secara spesifik menekankan kebebasan lokasi, bukan sekadar menghindari perjalanan ke kantor. WFA kini menjadi salah satu faktor penentu bagi banyak pencari kerja, menunjukkan bahwa karyawan menghargai fleksibilitas ini sebagai bagian dari kompensasi mereka.

Evolusi Istilah: Dari Kebutuhan Hingga Strategi Bisnis

Dari sudut pandang perusahaan, adopsi WFA bukan hanya respons terhadap pandemi, tetapi juga strategi bisnis yang cerdas. WFA memungkinkan perusahaan untuk merekrut talenta terbaik dari seluruh dunia tanpa terikat oleh batasan geografis. Perusahaan tidak lagi harus bersaing memperebutkan karyawan di kota yang sama, melainkan di pasar tenaga kerja global. Ini membuka peluang untuk keragaman tim yang lebih besar dan potensi inovasi yang lebih baik.

Selain itu, WFA juga membantu perusahaan mengurangi biaya operasional, seperti sewa kantor dan tagihan listrik. Penghematan ini dapat dialokasikan kembali untuk investasi lain atau untuk menaikkan gaji karyawan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved