Sumber foto: Canva

Apakah Orang Sekarang Sudah Jarang yang Menonton TV?

Tanggal: 13 Jul 2025 08:43 wib.
 televisi adalah raja hiburan di hampir setiap rumah. Berbagai acara mulai dari berita, sinetron, hingga siaran olahraga menjadi santapan wajib keluarga. Namun, di tengah gempuran teknologi digital, pertanyaan besar muncul: apakah kebiasaan menonton TV sudah memudar? Realitasnya, hubungan masyarakat dengan layar kaca memang telah berevolusi, namun tidak sepenuhnya menghilang. Pergeseran ini lebih mengarah pada perubahan cara menonton dan pilihan konten, bukan berarti televisi telah kehilangan relevansinya sepenuhnya.

Pergeseran Dominasi Layar: Dari TV ke Genggaman Tangan

Fenomena "penurunan" penonton TV konvensional tidak bisa dipisahkan dari menjamurnya perangkat pintar dan internet berkecepatan tinggi. Kini, ponsel, tablet, dan laptop telah menjadi gerbang utama menuju dunia hiburan dan informasi. Kita bisa mengakses film, serial, video, berita, dan bahkan program siaran langsung kapan saja dan di mana saja. Kebebasan memilih konten sesuai keinginan dan waktu luang menjadi daya tarik utama yang tidak bisa ditawarkan TV tradisional.

Generasi muda, khususnya Gen Z dan milenial, tumbuh besar dengan akses internet yang melimpah. Mereka terbiasa dengan platform streaming seperti Netflix, YouTube, TikTok, dan berbagai media sosial yang menawarkan konten personalisasi dan interaktif. Bagi mereka, duduk di depan televisi pada jadwal yang telah ditentukan stasiun siaran mungkin terasa kaku dan tidak efisien. Ini bukan berarti tidak menonton video, melainkan beralih dari "nonton TV" menjadi "nonton konten" di perangkat yang lebih fleksibel.

Bangkitnya Konten Sesuai Permintaan dan Personalisasi

Salah satu alasan terbesar di balik pergeseran ini adalah model konten sesuai permintaan (on-demand content) dan personalisasi. TV tradisional beroperasi dengan jadwal siaran tetap, memaksa penonton menyesuaikan diri. Sebaliknya, layanan streaming memungkinkan kita menonton film atau serial favorit kapan pun keinginan muncul, bahkan maraton puluhan episode dalam semalam. Algoritma cerdas pada platform ini juga menyajikan rekomendasi konten yang disesuaikan dengan preferensi penonton, menciptakan pengalaman yang sangat personal dan adiktif.

Kenyamanan ini sangat dominan. Tidak perlu lagi menunggu jam tayang tertentu atau terganggu iklan yang berlarut-larut. Kebebasan untuk menjeda, memutar ulang, atau melewati bagian yang tidak diminati memberikan kontrol penuh kepada penonton, sebuah kemewahan yang tidak tersedia pada TV linear. Ini mengubah pengalaman menonton dari pasif menjadi lebih aktif dan sesuai keinginan individu.

TV Masih Ada, Namun Fungsinya Bergeser

Meskipun terjadi pergeseran masif, tidak berarti televisi benar-benar ditinggalkan. TV masih memiliki tempat di banyak rumah, namun fungsinya telah berevolusi. Bagi sebagian besar keluarga, televisi kini seringkali berperan sebagai smart screen yang terhubung ke internet. Konsol game, perangkat streaming seperti Google Chromecast atau Apple TV, dan sound system seringkali dihubungkan ke TV. Ini menjadikan TV sebagai pusat hiburan rumah tangga yang lebih besar dan immersive untuk menonton konten streaming atau bermain game, bukan lagi sekadar menerima siaran analog atau digital konvensional.

Selain itu, siaran langsung acara besar seperti pertandingan olahraga, berita terkini, atau acara penghargaan masih menarik banyak penonton ke layar TV. Sensasi menonton secara langsung bersama jutaan orang lain menciptakan pengalaman komunal yang sulit digantikan oleh streaming individual. Bagi generasi yang lebih tua, TV konvensional juga tetap menjadi kebiasaan yang nyaman dan sumber informasi utama. Jadi, bukan TV-nya yang ditinggalkan, melainkan cara kita berinteraksi dengannya dan jenis konten yang dikonsumsi melalui perangkat tersebut yang berubah.

Tantangan dan Adaptasi Industri Penyiaran

Industri penyiaran televisi tradisional tentu merasakan dampak dari pergeseran ini. Mereka dituntut untuk beradaptasi dengan cepat agar tetap relevan. Banyak stasiun TV kini mengembangkan platform streaming sendiri atau menyediakan layanan catch-up TV yang memungkinkan penonton menonton acara yang terlewat. Mereka juga berinvestasi pada produksi konten premium yang menarik dan unik untuk bersaing dengan raksasa streaming.

Beberapa stasiun TV juga mencoba menjembatani kesenjangan dengan mengintegrasikan interaktivitas atau elemen media sosial ke dalam siaran mereka, menciptakan pengalaman yang lebih dinamis. Ini adalah bukti bahwa industri ini tidak menyerah, melainkan mencari cara baru untuk tetap terhubung dengan audiens yang terus berkembang dan menuntut lebih banyak. Masa depan TV mungkin bukan lagi hanya tentang siaran linear, tetapi tentang ekosistem konten yang lebih luas dan terintegrasi.

Pertanyaan apakah orang sudah jarang menonton TV tidak bisa dijawab dengan sederhana "ya" atau "tidak". Jawabannya lebih kompleks: kebiasaan menonton TV konvensional memang menurun, tetapi konsumsi konten video secara keseluruhan justru meningkat pesat. Masyarakat kini memiliki lebih banyak pilihan dan kontrol atas apa yang mereka tonton dan bagaimana mereka menontonnya. Televisi sebagai perangkat tetap relevan, namun peran dan cara penggunaannya telah beradaptasi mengikuti perkembangan zaman digital.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved