Apakah Masturbasi Bisa Memengaruhi Kesuburan?
Tanggal: 25 Agu 2025 21:29 wib.
Masturbasi adalah topik yang sering kali dibahas dengan berbagai mitos dan pertanyaan, salah satunya adalah tentang dampaknya terhadap kesuburan. Banyak orang bertanya-tanya, apakah kebiasaan ini bisa memengaruhi kemampuan seseorang untuk memiliki anak? Jawabannya sebenarnya cukup lugas dan didukung oleh ilmu pengetahuan. Namun, untuk memahaminya secara menyeluruh, kita perlu memisahkan antara fakta ilmiah dan mitos yang beredar di masyarakat.
Mitos dan Fakta Seputar Sperma
Pertama, mari kita luruskan dulu beberapa kesalahpahaman tentang sperma. Ada mitos yang mengatakan bahwa semakin sering ejakulasi, stok sperma akan habis atau kualitasnya menurun drastis. Ini adalah anggapan yang keliru. Tubuh, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki kemampuan luar biasa untuk terus meregenerasi sel. Pada laki-laki, testis secara terus-menerus memproduksi sperma. Proses produksi sperma (spermatogenesis) ini berlangsung sekitar 72 hingga 74 hari. Artinya, setiap hari, jutaan sperma baru diproduksi, siap untuk dilepaskan.
Faktanya, penelitian justru menunjukkan hal sebaliknya. Ejakulasi yang teratur, termasuk melalui masturbasi, justru bisa menjaga kesehatan sperma. Ejakulasi membantu membersihkan saluran reproduksi dari sperma yang sudah tua atau rusak, memberikan ruang bagi sperma yang baru dan lebih sehat. Sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Fertility and Sterility menemukan bahwa frekuensi ejakulasi yang teratur tidak hanya tidak merusak, tetapi juga bisa meningkatkan motilitas (kemampuan bergerak) sperma, yang sangat penting untuk mencapai sel telur.
Masturbasi dan Kuantitas Sperma
Lalu, bagaimana dengan kuantitas? Apakah sering masturbasi akan membuat jumlah sperma sedikit saat dibutuhkan untuk konsepsi? Memang benar bahwa setelah ejakulasi, jumlah sperma dalam satu kali ejakulasi berikutnya bisa sedikit lebih rendah. Namun, efek ini sangat sementara. Dalam waktu singkat, produksi sperma akan kembali ke level normal.
Jika seseorang memiliki tujuan untuk meningkatkan jumlah sperma untuk konsepsi, misalnya untuk program hamil, dokter biasanya menyarankan untuk menahan ejakulasi selama dua hingga tiga hari sebelum berhubungan. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan volume sperma maksimal. Namun, penahanan yang terlalu lama juga tidak disarankan karena bisa mengakibatkan sperma yang sudah tua menumpuk, yang justru bisa memengaruhi kualitasnya. Jadi, keseimbangan adalah kuncinya.
Aspek Psikologis dan Stres
Masalah kesuburan seringkali tidak hanya melibatkan aspek fisik, tapi juga psikologis. Stres adalah salah satu faktor utama yang bisa memengaruhi kesuburan pada kedua jenis kelamin. Seseorang yang merasa tertekan atau cemas berlebihan karena masalah kesuburan bisa mengalami gangguan hormonal yang berdampak negatif pada produksi sperma pada laki-laki atau ovulasi pada perempuan.
Masturbasi, dalam konteks ini, bisa berfungsi sebagai pelepas stres yang sehat. Aktivitas ini melepaskan endorfin, hormon yang menimbulkan perasaan senang dan rileks. Bagi sebagian orang, masturbasi bisa menjadi cara untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan, yang secara tidak langsung bisa membantu menciptakan kondisi fisik dan mental yang lebih baik untuk konsepsi. Tentu saja, ini hanya berlaku jika masturbasi dilakukan dalam batas wajar dan tidak menjadi kecanduan yang mengganggu kehidupan sehari-hari.
Kapan Harus Khawatir?
Meskipun masturbasi tidak secara langsung menyebabkan ketidaksuburan, ada beberapa kondisi yang perlu diperhatikan. Jika seseorang mengalami masalah kesuburan, seperti kesulitan hamil setelah satu tahun mencoba (untuk pasangan di bawah 35 tahun) atau enam bulan mencoba (untuk pasangan di atas 35 tahun), masturbasi bukanlah penyebabnya. Masalahnya kemungkinan besar berasal dari faktor lain, seperti:
Masalah pada Sperma: Jumlah sperma yang rendah, motilitas yang buruk, atau morfologi (bentuk) sperma yang tidak normal.
Masalah Hormonal: Ketidakseimbangan hormon pada laki-laki atau perempuan.
Kondisi Medis: Adanya penyakit seperti varikokel pada laki-laki atau PCOS pada perempuan.
Gaya Hidup: Merokok, konsumsi alkohol berlebihan, gizi yang buruk, atau paparan zat kimia tertentu.
Dalam kasus seperti ini, berkonsultasi dengan dokter ahli andrologi atau ginekologi sangat penting untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan penanganan yang sesuai. Dokter akan melakukan pemeriksaan dan tes yang relevan untuk mencari tahu akar masalahnya.