Sumber foto: Canva

Apa Itu Potensi Binge Eating? Memahami Pola Makan yang Melampaui Batasan

Tanggal: 25 Agu 2025 22:59 wib.
Makan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia, tetapi bagi sebagian orang, hubungan dengan makanan bisa menjadi rumit. Di antara berbagai jenis gangguan makan, binge eating adalah salah satu yang paling umum dan sering disalahpahami. Potensi binge eating bukan sekadar "makan banyak" atau "kalap" karena lapar, melainkan sebuah kondisi serius yang melibatkan episode makan dalam jumlah sangat besar dalam waktu singkat, seringkali disertai perasaan kehilangan kendali dan rasa bersalah yang mendalam setelahnya.

Memahami apa itu potensi binge eating sangat penting karena dampaknya tidak hanya pada kesehatan fisik, tetapi juga mental dan emosional. Ini adalah pola perilaku yang bisa memengaruhi siapa saja, tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau latar belakang.

Perbedaan Binge Eating dengan Makan Berlebihan Biasa

Pada dasarnya, setiap orang pernah mengalami makan berlebihan, misalnya saat sedang pesta atau merayakan sesuatu. Namun, binge eating punya ciri-ciri spesifik yang membedakannya:

Jumlah Makanan yang Sangat Banyak: Episode binge eating melibatkan konsumsi makanan yang jauh lebih besar dari yang biasa dimakan orang lain dalam situasi yang sama dan dalam waktu yang relatif singkat (misalnya, dua jam).

Perasaan Kehilangan Kontrol: Ini adalah inti dari binge eating. Seseorang merasa tidak bisa menghentikan makan, bahkan ketika sudah kenyang. Ada perasaan seperti "terjebak" atau "terpaksa" untuk terus makan, meskipun secara rasional tahu itu tidak benar.

Makan dengan Cepat dan Terburu-buru: Seringkali, makanan dimakan tanpa dinikmati, seolah-olah sedang dalam perlombaan.

Makan Saat Tidak Lapar: Episode makan ini sering dipicu oleh emosi, bukan oleh rasa lapar fisik. Seseorang mungkin makan untuk mengatasi stres, kesedihan, kecemasan, atau rasa bosan.

Perasaan Malu dan Bersalah: Setelah episode binge eating selesai, akan muncul perasaan malu, bersalah, jijik pada diri sendiri, atau depresi. Perasaan negatif ini kemudian bisa memicu episode binge berikutnya, menciptakan siklus yang sulit diputus.

Seseorang dengan potensi binge eating tidak menggunakan perilaku kompensasi seperti muntah atau olahraga berlebihan, yang membedakannya dari bulimia nervosa. Gangguan ini lebih fokus pada perilaku makan itu sendiri dan perasaan yang menyertainya.

Penyebab dan Faktor Risiko Potensi Binge Eating

Tidak ada satu penyebab tunggal dari binge eating. Kondisi ini biasanya merupakan interaksi kompleks antara faktor psikologis, biologis, dan lingkungan.

Faktor Emosional dan Psikologis: Banyak orang menggunakan makan sebagai mekanisme koping untuk mengatasi emosi negatif. Stres, depresi, kecemasan, atau trauma masa lalu bisa memicu episode binge eating. Seseorang mungkin merasa makanan memberikan kenyamanan sementara dari masalah yang dihadapi.

Faktor Biologis: Beberapa penelitian menunjukkan adanya keterkaitan genetik dan hormonal. Ketidakseimbangan zat kimia otak, seperti dopamin, yang terkait dengan perasaan senang, bisa berperan dalam pola makan ini.

Faktor Lingkungan dan Sosial: Lingkungan tempat tinggal atau pergaulan bisa jadi pemicu. Diet yang terlalu ketat atau restriktif bisa meningkatkan risiko binge eating. Ketika seseorang terlalu membatasi makanan tertentu, ada kecenderungan untuk "membalas dendam" dan makan berlebihan saat larangan tersebut dilanggar. Selain itu, tekanan sosial terkait berat badan atau bentuk tubuh juga bisa berkontribusi.

Dampak Potensi Binge Eating pada Kesehatan

Pola makan binge eating punya konsekuensi serius bagi kesehatan, baik fisik maupun mental:

Masalah Fisik: Pola makan ini bisa menyebabkan penambahan berat badan yang signifikan dan meningkatkan risiko obesitas, diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan penyakit jantung. Mengonsumsi makanan dalam jumlah besar sekaligus juga bisa menyebabkan masalah pencernaan seperti kembung, sakit perut, atau heartburn.

Masalah Mental dan Emosional: Siklus binge eating bisa memperburuk kondisi kesehatan mental yang mendasarinya. Rasa malu dan bersalah setelah makan berlebihan dapat memicu depresi dan kecemasan. Orang yang mengalami ini sering merasa malu dengan kebiasaan makannya dan cenderung menyembunyikannya, yang bisa mengarah pada isolasi sosial dan hubungan yang terganggu.

Cara Mengatasi dan Mencegah Binge Eating

Mengatasi potensi binge eating membutuhkan pendekatan yang holistik. Ini bukan sekadar tentang mengendalikan makan, tapi juga tentang mengelola emosi dan memperbaiki hubungan dengan makanan.

Cari Bantuan Profesional: Ini adalah langkah paling penting. Terapis atau psikolog yang ahli dalam gangguan makan bisa membantu mengidentifikasi akar masalah emosional dan mengajarkan mekanisme koping yang sehat. Dietisien juga bisa membantu membuat rencana makan yang sehat dan berkelanjutan tanpa rasa pembatasan yang ekstrem.

Kelola Stres dan Emosi: Temukan cara yang sehat untuk mengatasi stres, seperti meditasi, yoga, menulis jurnal, atau berolahraga. Belajar mengenali pemicu emosional dan mencari alternatif selain makan.

Jangan Terlalu Ketat dalam Diet: Hindari diet restriktif yang bisa memicu keinginan untuk binge eating. Fokus pada pola makan yang seimbang dan nutrisi yang cukup, tanpa melabeli makanan sebagai "baik" atau "buruk".

Membangun Kesadaran (Mindful Eating): Berlatih makan dengan sadar, di mana kita fokus pada rasa, tekstur, dan aroma makanan, serta mendengarkan sinyal lapar dan kenyang dari tubuh. Ini bisa membantu mengembalikan kendali atas proses makan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved