Sumber foto: Canva

Apa Itu Kortisol dan Hubungannya dengan Stres?

Tanggal: 28 Agu 2025 14:41 wib.
Stres adalah bagian tak terhindarkan dari kehidupan. Dari deadline pekerjaan yang menumpuk hingga kemacetan di jalan, tubuh kita secara otomatis merespons berbagai tekanan ini. Di balik respons tersebut, ada satu pemain utama yang punya peran krusial, yaitu kortisol. Sering disebut sebagai "hormon stres," kortisol sebenarnya punya fungsi yang jauh lebih kompleks dan vital bagi kelangsungan hidup. Namun, ketika kadarnya tidak terkendali, hormon ini bisa menjadi bumerang yang merugikan kesehatan fisik dan mental. Memahami apa itu kortisol dan bagaimana ia bekerja adalah kunci untuk mengelola stres dengan lebih bijaksana.

Kortisol: Hormon yang Lebih dari Sekadar Stres

Kortisol adalah hormon steroid yang diproduksi oleh kelenjar adrenal, yang letaknya di atas ginjal. Produksinya diatur oleh hipotalamus dan kelenjar pituitari di otak dalam sebuah sistem yang disebut HPA axis (Hipotalamus-Pituitari-Adrenal). Pada dasarnya, kortisol adalah bagian dari sistem respons "lawan atau lari" (fight or flight). Ketika tubuh menghadapi situasi yang dianggap berbahaya atau menekan, kortisol akan dilepaskan untuk mempersiapkan tubuh menghadapi ancaman tersebut.

Fungsi kortisol sangat beragam dan vital. Hormon ini membantu tubuh kita mengatur metabolisme dengan cara mengubah protein, lemak, dan karbohidrat menjadi energi. Kortisol juga punya peran dalam mengendalikan tekanan darah, mengurangi peradangan, dan mengatur siklus tidur-bangun. Di pagi hari, kadar kortisol biasanya berada di puncaknya, membantu kita merasa terjaga dan berenergi untuk memulai aktivitas. Seiring berjalannya hari, kadarnya akan menurun, mempersiapkan kita untuk tidur di malam hari.

Dengan kata lain, kortisol adalah hormon yang sangat diperlukan. Ia tidak jahat. Masalah baru muncul ketika kortisol dilepaskan secara berlebihan dan dalam jangka waktu yang panjang.

Stres Kronis dan Dampak Kortisol Berlebihan

Respons kortisol yang efektif sangat bermanfaat untuk situasi stres jangka pendek, misalnya saat menghadapi presentasi penting. Namun, dalam kehidupan modern, stres seringkali bersifat kronis. Keterpaparan terhadap tekanan terus-menerus, seperti pekerjaan yang tidak habis-habis, masalah finansial, atau hubungan yang rumit, membuat tubuh terus-menerus memproduksi kortisol. Inilah yang berbahaya.

Kadar kortisol yang terus-menerus tinggi bisa memberikan dampak negatif yang luas pada berbagai sistem tubuh:


Sistem Kekebalan Tubuh: Awalnya, kortisol punya efek anti-peradangan. Tapi dalam kadar tinggi yang kronis, hormon ini bisa menekan sistem kekebalan tubuh, membuat kita lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit.
Metabolisme dan Berat Badan: Kortisol yang tinggi bisa meningkatkan nafsu makan, terutama untuk makanan tinggi gula dan lemak. Selain itu, ia juga mendorong penimbunan lemak di area perut. Inilah mengapa banyak orang yang mengalami stres kronis seringkali mengalami kenaikan berat badan.
Kesehatan Jantung: Kortisol berlebihan bisa meningkatkan tekanan darah dan detak jantung, yang dalam jangka panjang bisa meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.
Kesehatan Otak: Stres kronis dan kadar kortisol tinggi terbukti bisa merusak sel-sel otak, terutama di area hippocampus yang punya peran dalam memori dan pembelajaran. Ini bisa menjelaskan mengapa orang yang stres seringkali sulit fokus, pelupa, atau mengalami brain fog.
Kesehatan Mental: Kortisol berlebihan juga punya kaitan erat dengan gangguan mental seperti depresi dan kecemasan. Hormon ini bisa mengganggu neurotransmitter, zat kimia otak yang mengatur suasana hati.


Mengelola Stres dan Mengendalikan Kortisol

Meskipun kortisol adalah hormon alami, kita punya kontrol atas bagaimana tubuh kita merespons stres. Mengelola stres adalah cara paling efektif untuk menjaga kadar kortisol tetap seimbang.


Tidur Cukup dan Berkualitas: Kurang tidur adalah salah satu pemicu terbesar peningkatan kortisol. Pastikan mendapatkan tidur 7-9 jam setiap malam untuk memberikan kesempatan tubuh dan otak beristirahat dan mengatur ulang hormon.
Olahraga Teratur: Aktivitas fisik adalah cara ampuh untuk melepaskan ketegangan. Olahraga membantu mengurangi kortisol dan melepaskan endorfin, hormon kebahagiaan yang bisa memperbaiki suasana hati. Cukup 30 menit per hari, seperti jalan kaki, yoga, atau bersepeda, sudah sangat membantu.
Teknik Relaksasi: Latihan pernapasan dalam, meditasi, atau yoga dapat mengaktifkan sistem saraf parasimpatik yang berfungsi menenangkan tubuh, membalikkan efek "lawan atau lari" dan menurunkan kadar kortisol.
Pola Makan Sehat: Hindari makanan olahan, gula berlebihan, dan kafein yang bisa memicu respons stres. Sebaliknya, konsumsi makanan kaya nutrisi seperti buah, sayur, protein, dan lemak sehat bisa membantu menyeimbangkan hormon dan mengurangi peradangan.
Batasan dan Waktu Luang: Belajar untuk mengatakan tidak dan menetapkan batasan yang sehat dalam pekerjaan dan kehidupan pribadi sangat penting. Luangkan waktu untuk hobi, bersosialisasi dengan teman, atau sekadar melakukan hal-hal yang disukai.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved