Sumber foto: Canva

Apa Itu Hedonic Treadmill dalam Kehidupan Sehari-Hari?

Tanggal: 28 Agu 2025 14:05 wib.
Hidup seolah-olah adalah perlombaan tanpa akhir. Kita bekerja keras untuk mendapatkan promosi, membeli mobil baru, atau liburan ke tempat impian. Saat tujuan itu tercapai, kita merasa bahagia, puas, dan euforia. Namun, perasaan itu seringkali tidak bertahan lama. Setelah beberapa saat, euforia itu memudar, dan kita kembali ke tingkat kebahagiaan semula, bahkan mulai mencari hal baru untuk dikejar. Siklus tanpa henti inilah yang dikenal sebagai hedonic treadmill.

Memahami Konsep Hedonic Treadmill

Secara sederhana, hedonic treadmill atau adaptasi hedonis adalah teori psikologi yang menjelaskan kecenderungan manusia untuk kembali ke tingkat kebahagiaan dasar mereka, terlepas dari peristiwa positif atau negatif yang terjadi dalam hidup. Istilah "treadmill" digunakan untuk menggambarkan bahwa kita terus berlari, mengejar kebahagiaan, tetapi pada akhirnya kita tetap berada di tempat yang sama.

Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Philip Brickman dan Donald T. Campbell pada tahun 1971. Mereka mengamati bagaimana orang-orang yang mengalami perubahan drastis dalam hidup, seperti memenangkan lotre atau menjadi lumpuh, pada akhirnya akan beradaptasi dan kembali ke level kebahagiaan yang hampir sama seperti sebelum peristiwa itu terjadi. Kesenangan dari kekayaan atau penderitaan dari tragedi akan memudar seiring waktu, dan kita akan kembali menyesuaikan diri.

Peran Adaptasi dalam Kehidupan

Adaptasi adalah mekanisme bertahan hidup yang penting bagi manusia. Bayangkan jika kita terus-us menerus merasakan euforia setiap kali mendapatkan sesuatu yang baik atau terus-menerus terpuruk dalam kesedihan. Hidup akan sangat melelahkan. Adaptasi memungkinkan kita untuk menyeimbangkan emosi dan menghadapi perubahan. Namun, dalam konteks hedonisme, adaptasi ini justru bisa menjadi pedang bermata dua.

Saat membeli ponsel baru, kebahagiaan itu datang dari perasaan novelty dan kepuasan instan. Otak kita merilis dopamin, zat kimia yang membuat kita merasa senang. Tetapi seiring waktu, ponsel itu menjadi barang biasa. Sensasi novelty hilang, dan otak berhenti melepaskan dopamin dalam jumlah yang sama. Kita pun mulai mencari stimulan baru, entah itu gadget yang lebih canggih, pengalaman baru, atau pencapaian lain untuk mengulang kembali rasa euforia itu.

Contoh Nyata dalam Kehidupan Sehari-Hari

Fenomena hedonic treadmill bisa kita lihat di berbagai aspek kehidupan:


Gaya Hidup Materialistis: Kita membeli barang-barang baru seperti pakaian, tas, atau gadget. Kegembiraan awal sangat besar, tetapi beberapa bulan kemudian, barang-barang itu terasa biasa dan kita sudah melirik model terbaru.
Karier dan Pencapaian: Mendapatkan promosi atau kenaikan gaji adalah momen membahagiakan. Namun, setelah beberapa saat, kita akan terbiasa dengan gaji baru dan mulai menginginkan promosi atau posisi yang lebih tinggi. Kepuasan dari pencapaian itu tidak bertahan lama.
Hubungan: Pada awal sebuah hubungan, semuanya terasa indah dan euforia. Setelah beberapa tahun, perasaan itu bisa berubah menjadi rutinitas. Pasangan harus bekerja keras untuk terus menemukan cara baru untuk menjaga hubungan tetap menarik dan menyenangkan.
Liburan: Merencanakan dan pergi liburan ke tempat eksotis sangat menyenangkan. Tapi begitu kembali ke rutinitas, euforia itu cepat hilang dan kita sudah memikirkan liburan berikutnya.
Mengapa Sulit Lepas dari Siklus Ini?
Siklus ini sulit dihindari karena dipengaruhi oleh beberapa faktor:
Ekspektasi yang Meningkat: Saat kita mencapai satu tujuan, standar kebahagiaan kita akan naik. Hal yang dulu membuat kita bahagia tidak lagi terasa cukup.
Perbandingan Sosial: Kita cenderung membandingkan diri dengan orang lain. Melihat orang lain memiliki sesuatu yang lebih baik dari kita bisa memicu perasaan kurang puas, meskipun kita sudah punya banyak hal.
Peran Dopamin: Otak kita menyukai sensasi baru dan hadiah instan. Industri digital dan pemasaran sangat pandai memanfaatkan mekanisme ini untuk membuat kita terus merasa butuh akan hal baru.


Cara Melawan Hedonic Treadmill

Meskipun kita tidak bisa sepenuhnya lepas dari kecenderungan ini, ada beberapa cara untuk "melawan" atau setidaknya memperlambat laju treadmill ini:


Praktikkan Rasa Syukur (Gratitude): Alih-alih terus-menerus mencari hal baru, fokuslah pada apa yang sudah dimiliki. Mencatat hal-hal yang disyukuri setiap hari bisa membantu kita menghargai apa yang ada dan menemukan kebahagiaan dari hal-hal sederhana.
Investasi pada Pengalaman, Bukan Barang: Pengalaman, seperti belajar keterampilan baru, menghabiskan waktu dengan orang terkasih, atau melakukan kegiatan amal, cenderung memberikan kebahagiaan yang lebih bertahan lama daripada membeli barang. Pengalaman menciptakan kenangan yang tak ternilai.
Tentukan Tujuan yang Berarti: Alih-alih mengejar pencapaian material semata, fokus pada tujuan yang punya makna lebih dalam, seperti pengembangan diri, memberikan dampak positif bagi orang lain, atau pertumbuhan spiritual. Kepuasan dari tujuan semacam ini cenderung lebih mendalam.
Latih Kesenangan Sederhana: Belajar untuk menemukan kebahagiaan dari hal-hal kecil seperti secangkir kopi di pagi hari, matahari terbit, atau obrolan santai dengan teman.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved