Sumber foto: Canva

Apa Itu Doomscrolling dan Dampaknya bagi Kesehatan Mental?

Tanggal: 28 Agu 2025 14:04 wib.
Arus informasi yang tak pernah berhenti, banyak dari kita menemukan diri terjebak dalam siklus aneh: terus-menerus mengonsumsi berita negatif. Perilaku ini dikenal dengan istilah doomscrolling. Fenomena ini muncul dan meluas seiring dengan meningkatnya ketergantungan pada media sosial dan portal berita. Doomscrolling adalah kebiasaan menggeser layar gawai secara tak henti untuk mencari dan membaca berita-berita buruk, seperti bencana alam, konflik, penyakit, atau krisis lainnya. Meskipun awalnya mungkin bertujuan untuk tetap terinformasi, kebiasaan ini perlahan-lahan bisa menguras energi mental dan membawa dampak serius pada kesehatan jiwa.

Psikologi di Balik Ketagihan Berita Buruk

Fenomena doomscrolling tidak terjadi tanpa alasan. Ada beberapa faktor psikologis yang mendasarinya. Salah satunya adalah bias negatif, sebuah kecenderungan alami otak manusia untuk lebih memperhatikan dan mengingat informasi negatif dibandingkan informasi positif. Secara evolusioner, bias ini membantu nenek moyang kita untuk waspada terhadap ancaman dan bertahan hidup. Di era digital, bias ini dimanfaatkan oleh algoritma media sosial yang tahu bahwa konten negatif, dramatis, atau kontroversial sering kali mendapat lebih banyak engagement.

Selain itu, ada juga dorongan psikologis yang disebut "urge to understand" atau dorongan untuk memahami. Saat terjadi krisis atau peristiwa buruk, kita merasa perlu mengumpulkan semua informasi yang tersedia untuk memahami apa yang sedang terjadi dan merasa seolah-olah kita memiliki kontrol. Namun, dalam lingkungan digital yang penuh dengan berita tanpa henti, dorongan ini berubah menjadi siklus tanpa akhir yang tidak pernah benar-benar memberikan rasa puas. Semakin banyak informasi yang didapat, semakin banyak pertanyaan yang muncul, dan semakin dalam kita terperosok ke dalam lubang informasi negatif.

Dampak Buruk pada Kesehatan Mental dan Fisik

Doomscrolling bukan sekadar kebiasaan buruk, tapi juga bisa menjadi penyebab utama dari berbagai masalah kesehatan mental. Dampak yang paling jelas adalah meningkatnya tingkat stres dan kecemasan. Otak yang terus-menerus dibombardir dengan berita buruk akan berada dalam mode "siaga tinggi". Ini memicu pelepasan hormon stres seperti kortisol, yang jika terjadi secara kronis bisa merusak kesehatan fisik dan mental. Seseorang bisa menjadi lebih mudah panik, cemas, dan merasa pesimis tentang masa depan.

Kebiasaan ini juga terkait erat dengan gangguan tidur. Paparan cahaya biru dari layar gawai, ditambah dengan pikiran yang dipenuhi berita negatif, bisa membuat seseorang sulit tidur nyenyak. Kualitas tidur yang buruk pada gilirannya akan memengaruhi konsentrasi, mood, dan produktivitas di siang hari. Selain itu, doomscrolling bisa memicu atau memperburuk kondisi seperti depresi. Perasaan tidak berdaya, putus asa, dan pesimis yang diakibatkan oleh konsumsi berita negatif terus-menerus bisa menjadi pemicu depresi klinis.

Di sisi lain, ada juga dampak fisik yang tidak langsung, seperti sakit kepala, ketegangan otot, dan kelelahan kronis akibat kurangnya istirahat dan stres yang berkepanjangan.

Cara Menghentikan Siklus Doomscrolling

Menghentikan kebiasaan doomscrolling butuh kesadaran dan disiplin diri. Langkah pertama adalah mengakui bahwa kebiasaan ini merugikan. Begitu menyadari dampaknya, seseorang bisa mulai mengambil langkah-langkah konkret.


Batasi Waktu Layar: Tentukan waktu spesifik untuk membaca berita, misalnya hanya di pagi hari atau sore hari. Hindari membuka media sosial atau berita sebelum tidur atau saat bangun tidur. Gunakan fitur pengingat waktu layar di gawai.
Filter Informasi: Pilih sumber berita yang kredibel dan seimbang. Hindari terjebak pada kanal-kanal yang hanya menyajikan berita sensasional atau negatif. Ikuti akun-akun yang juga membagikan konten inspiratif, edukatif, atau positif.
Carilah Aktivitas Pengalihan: Ketika dorongan untuk doomscrolling muncul, alihkan perhatian dengan melakukan hal lain yang lebih bermanfaat. Bacalah buku, dengarkan musik, berolahraga, atau lakukan hobi yang disukai.
Latihan Mindfulness: Latih kesadaran diri untuk mengenali emosi saat melihat berita negatif. Jika merasa cemas atau sedih, ambil napas dalam-dalam, tinggalkan gawai, dan fokus pada saat ini.
Membicarakan Perasaan: Jika perasaan cemas atau stres terus memburuk, bicarakan dengan orang terdekat atau profesional kesehatan mental. Dukungan sosial bisa menjadi benteng pertahanan yang kuat.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved