Apa Dampak yang Terjadi Ketika Botol Plastik Dilarang Beredar?
Tanggal: 8 Jun 2024 04:12 wib.
Botol plastik air mineral memang tidak dapat digunakan berulang kali. Selain potensial membahayakan kesehatan, penggunaan botol plastik yang sulit diurai di lingkungan akan meningkatkan jumlah limbah sampah.
Mengutip dari Glamour, penghilangan botol plastik memang terlihat seperti ide yang sempurna dalam upaya mengurangi limbah plastik. Namun, apakah ini benar-benar merupakan ide yang sempurna?
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Public Health, hasilnya justru menunjukkan hal yang berlawanan.
Studi ini mengamati dampak larangan penjualan botol air di University of Vermont. Botol air sekali pakai tidak lagi disediakan di dekat mesin otomatis keran air gratis. Sebagai gantinya, orang-orang diminta untuk membawa sendiri tempat minum yang dapat digunakan berulang-ulang dan mengisinya di keran air, dengan tujuan untuk mengurangi sampah botol plastik yang biasa digunakan sekali pakai.
Dampak yang muncul dari pelarangan ini adalah peningkatan konsumsi minuman manis. Sebanyak 25 orang tercatat mengonsumsi lebih banyak minuman manis dibandingkan ketika mereka masih membeli air mineral botolan. Ketika dipaksa memilih antara membeli air mineral botolan atau minuman manis, ternyata mereka lebih cenderung memilih minuman bergula, kafein, dan berkalori secara signifikan.
Dalam teori, memang mengurangi ketersediaan botol plastik adalah ide yang baik. Namun menurut para peneliti, permasalahannya terletak pada ketidaknyamanan akses air minum dari keran secara gratis ketika tidak ada gelas atau botol plastik yang disediakan.
Peneliti juga menambahkan bahwa ketika kondisi semacam ini terjadi, orang cenderung memilih minuman yang kurang sehat daripada air mineral.
Penulis penelitian mendorong pendapat bahwa daripada memaksakan larangan penggunaan botol plastik sekali pakai, pemerintah seharusnya lebih memperhatikan upaya untuk membuat sistem daur ulang menjadi lebih mudah dan terjangkau.
Studi lebih lanjut yang dilakukan oleh Universitas Vermont menunjukkan bahwa penggunaan botol air plastik sekali pakai pada awalnya menurun secara signifikan setelah adanya larangan. Namun, setelah beberapa bulan, konsumsi minuman manis justru meningkat, menandakan dampak yang tidak diinginkan dari kebijakan tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa larangan botol plastik sekali pakai memang dapat membawa dampak yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, perlu adanya solusi lain yang lebih efektif dalam mengurangi penggunaan botol plastik sekali pakai tanpa menimbulkan dampak negatif seperti peningkatan konsumsi minuman tidak sehat.
Selain itu, pemerintah perlu menjalankan program edukasi tentang dampak negatif penggunaan botol plastik sekali pakai serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengurangan sampah plastik. Selain membuat sistem daur ulang lebih mudah, penggunaan teknologi ramah lingkungan dalam pengemasan air mineral juga bisa menjadi solusi untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan botol plastik sekali pakai.
Pola konsumsi yang makin meningkat perlu diwaspadai, terutama terhadap minuman tidak sehat yang berpotensi memberikan dampak negatif bagi kesehatan. Oleh karena itu, kebijakan mengenai pengurangan penggunaan botol plastik sekali pakai juga harus disertai dengan edukasi dan solusi alternatif yang lebih baik. Dengan demikian, upaya untuk mengurangi dampak lingkungan dari penggunaan botol plastik sekali pakai dapat dilakukan tanpa menimbulkan dampak negatif pada pola konsumsi masyarakat.