Apa Bahaya 'Preeklamsia' yang Menyebabkan 70.000 Ibu Hamil Meninggal Setiap Tahun?
Tanggal: 12 Nov 2024 10:39 wib.
Preeklamsia, sebuah kondisi yang serius dan berbahaya, telah menjadi penyebab lebih dari 70.000 kematian ibu setiap tahunnya di seluruh dunia. Hal ini juga menyebabkan jumlah kematian janin yang mencapai 500.000 anak setiap tahunnya. Meskipun demikian, hingga saat ini penyebab pasti dari kondisi ini belum diketahui oleh para ilmuwan. Penyakit yang menyebabkan tekanan darah tinggi dan kerusakan organ ini dapat terjadi kapan pun selama kehamilan tanpa adanya peringatan. Banyak perempuan mengalami preeklamsia baik pada awal kehamilan maupun pada tahap akhir kehamilan.
Pada bulan April 2023, muncul kisah tragis yang menimpa Tori Bowie, mantan juara dunia lari 100 meter dan peraih medali emas estafet di Olimpiade Rio 2016, yang meninggal dunia karena komplikasi yang terkait dengan preeklamsia. Kejadian ini menambah daftar panjang dari korban preeklamsia yang tidak terduga dan seringkali berakhir tragis.
Allyson Felix, seorang atlet atletik asal Amerika Serikat, juga membagikan pengalaman pribadinya tentang preeklamsia. Saat usia kehamilannya mencapai 32 minggu, Felix harus segera menjalani operasi caesar darurat karena preeklamsia berat yang dideritanya. Meskipun putrinya, Camryn, berhasil bertahan dan berkembang menjadi anak yang sehat, Felix sadar bahwa tidak semua kasus preeklamsia memiliki akhir yang bahagia.
Salah satu fakta mengejutkan tentang preeklamsia adalah bahwa kondisi ini dapat terjadi pada perempuan hamil tanpa adanya gejala yang jelas. Beberapa dari mereka bahkan mengalami preeklamsia setelah melahirkan. Para ilmuwan belum sepenuhnya memahami mengapa perempuan tertentu lebih rentan terhadap preeklamsia daripada yang lain. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa adanya gangguan autoimun, usia di atas 40 tahun, dan kelebihan berat badan sebagai faktor risiko yang dapat memicu preeklamsia.
Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa perempuan dengan kulit berwarna hitam memiliki risiko hingga 60% lebih tinggi untuk mengalami preeklamsia dibandingkan dengan perempuan berkulit putih. Namun, faktor penyebab pasti dari kesenjangan ini masih menjadi misteri yang perlu dipecahkan oleh para ilmuwan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tim ilmuwan di Universitas Cambridge yang disebut Poppy, terungkap bahwa selama kehamilan, jantung seorang perempuan harus memompa darah ekstra untuk bayi dan plasenta. Hal ini meningkatkan tekanan pada tubuh ibu, dan secara bertahap dapat menyebabkan hipertensi yang kemudian berkembang menjadi preeklamsia.
Menariknya, preeklamsia juga memicu duduk terlalu lama dan kurang gerak, yang kemudian dapat berujung pada stroke pada ibu hamil. Hal ini menandakan bahwa preeklamsia bukan hanya menjadi ancaman terhadap kehidupan ibu, tetapi juga dapat berdampak serius pada janin yang dikandungnya.
Selain dari segi medis, faktor psikologis dan lingkungan juga memainkan peran dalam perkembangan preeklamsia. Misalnya, akses yang kurang baik terhadap nutrisi yang sehat dan jaminan kesehatan dapat meningkatkan risiko preeklamsia, terutama pada perempuan berkulit hitam yang sering mengalaminya dengan tingkat keparahan yang lebih tinggi.
Terkait dengan hal ini, tersiar kabar bahwa kebijakan cuti melahirkan yang hanya diberikan selama enam bulan bagi ibu pekerja di Indonesia dapat menjadi bumerang bagi kesehatan ibu tersebut. Panas ekstrem juga dapat memberikan dampak negatif terhadap kehamilan dan kesehatan janin, sehingga diperlukan perhatian lebih terhadap kondisi lingkungan sekitar ibu hamil.
Dengan jumlah kematian akibat preeklamsia yang terus meningkat setiap tahunnya, menjadi sangat penting bagi para ilmuwan dan pihak terkait untuk terus melakukan penelitian dan meningkatkan kesadaran akan bahaya preeklamsia. Dibutuhkan upaya bersama dari semua pihak untuk mencegah dan mengatasi kondisi ini untuk menjaga keselamatan ibu dan janin selama masa kehamilan. Menyebarkan informasi dan pengetahuan tentang preeklamsia kepada masyarakat juga perlu ditingkatkan guna memberikan pemahaman yang lebih baik dan membantu mengurangi angka kematian yang disebabkan oleh kondisi tersebut.