Sumber foto: Canva

Alergi Susu Sapi: Reaksi Tubuh yang Tidak Terduga

Tanggal: 15 Jul 2025 12:36 wib.
Susu sapi adalah salah satu minuman paling umum di dunia, sumber nutrisi penting bagi banyak orang. Namun, bagi sebagian individu, terutama bayi dan anak-anak, susu sapi bisa menjadi pemicu reaksi alergi yang serius. Alergi susu sapi bukan sekadar masalah pencernaan biasa seperti intoleransi laktosa; ini adalah respons sistem kekebalan tubuh yang keliru mengidentifikasi protein dalam susu sapi sebagai ancaman. Kondisi ini bisa memunculkan gejala beragam, dari yang ringan hingga mengancam jiwa, sehingga pemahaman yang tepat tentang alergi ini sangat krusial bagi mereka yang mengalaminya dan keluarganya.

Perbedaan Mendasar dengan Intoleransi Laktosa

Penting untuk membedakan alergi susu sapi dengan intoleransi laktosa. Keduanya memang melibatkan masalah dengan produk susu, tapi penyebab dan mekanismenya sangat berbeda. Intoleransi laktosa terjadi ketika tubuh kekurangan enzim laktase, yang tugasnya memecah laktosa (gula alami dalam susu). Gejalanya biasanya terbatas pada masalah pencernaan seperti kembung, diare, atau gas setelah mengonsumsi susu.

Sebaliknya, alergi susu sapi adalah respons imunologis. Sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap protein dalam susu sapi, seperti kasein dan whey. Ketika tubuh mendeteksi protein ini, ia melepaskan histamin dan zat kimia lain yang memicu berbagai gejala di seluruh tubuh. Ini berarti, bahkan sejumlah kecil protein susu sapi pun bisa memicu reaksi, dan gejalanya bisa lebih parah daripada sekadar gangguan pencernaan.

Gejala yang Bervariasi: Dari Kulit Hingga Pernapasan

Gejala alergi susu sapi bisa muncul dengan cepat (reaksi cepat atau IgE-mediated) atau lambat (reaksi tertunda atau non-IgE-mediated), dan bisa memengaruhi berbagai sistem tubuh:


Kulit: Reaksi pada kulit sering terlihat berupa gatal-gatal, ruam merah, eksim, atau biduran. Ini adalah salah satu gejala yang paling umum dan seringkali menjadi indikasi awal alergi pada bayi.
Pencernaan: Gangguan pencernaan bisa meliputi muntah, diare (bisa berdarah), sembelit, kolik yang parah, atau sakit perut. Gejala-gejala ini terkadang sulit dibedakan dengan masalah pencernaan umum, sehingga perlu observasi lebih lanjut.
Pernapasan: Beberapa individu bisa mengalami gejala pernapasan seperti sesak napas, batuk, mengi (napas berbunyi), atau hidung tersumbat dan berair.
Anafilaksis: Ini adalah reaksi alergi yang paling serius dan mengancam jiwa. Gejalanya muncul cepat dan meliputi kesulitan bernapas parah, pembengkakan pada wajah, bibir, atau tenggorokan, penurunan tekanan darah mendadak, hingga kehilangan kesadaran. Anafilaksis membutuhkan penanganan medis darurat segera.


Melihat variasi gejala ini, diagnosis yang akurat oleh profesional medis menjadi sangat penting.

Diagnosis dan Penanganan: Jalan Keluar dari Pemicu

Mendiagnosis alergi susu sapi melibatkan beberapa metode. Dokter biasanya akan memulai dengan mengumpulkan riwayat kesehatan lengkap dan melakukan pemeriksaan fisik. Tes alergi kulit (skin prick test) sering digunakan untuk mendeteksi alergi IgE-mediated. Dalam tes ini, sedikit ekstrak protein susu sapi ditempatkan di kulit, dan reaksi seperti kemerahan atau bentol akan diamati. Tes darah juga dapat dilakukan untuk mengukur kadar antibodi IgE spesifik terhadap protein susu sapi. Untuk alergi non-IgE-mediated yang gejalanya tertunda, eliminasi diet mungkin menjadi metode diagnosis utama, di mana susu sapi dihilangkan dari diet untuk beberapa waktu, lalu diperkenalkan kembali di bawah pengawasan dokter untuk melihat apakah gejalanya muncul kembali.

Penanganan utama alergi susu sapi adalah menghindari produk susu sapi secara total. Ini berarti tidak hanya susu cair, tetapi juga produk olahan seperti keju, yogurt, mentega, es krim, dan makanan yang mengandung bahan turunan susu (misalnya kasein, whey protein, laktosa dalam bahan tambahan makanan). Bagi bayi yang alergi susu sapi dan tidak mendapatkan ASI, dokter biasanya akan merekomendasikan susu formula hidrolisat ekstensif (proteinnya sudah dipecah sangat kecil) atau susu formula asam amino (bebas protein susu sapi).

Bagi anak yang lebih besar atau orang dewasa, membaca label makanan dengan cermat menjadi keharusan. Edukasi tentang sumber-sumber tersembunyi protein susu sapi sangat penting untuk mencegah paparan tidak sengaja.

Mengelola Alergi dan Prospek Kesembuhan

Hidup dengan alergi susu sapi memang menantang, tetapi bisa dikelola dengan baik. Orang tua yang memiliki anak dengan alergi ini perlu belajar tentang alternatif nutrisi yang aman untuk memastikan si kecil tetap mendapatkan asupan kizi yang cukup, seperti kalsium dan vitamin D dari sumber non-susu. Banyak produk pengganti susu yang tersedia di pasaran, seperti susu almond, susu kedelai, susu oat, atau susu beras, meskipun penggunaannya pada bayi harus dengan rekomendasi dokter.

Kabar baiknya, banyak anak dengan alergi susu sapi akan sembuh seiring bertambahnya usia. Sekitar 80% anak-anak dengan alergi susu sapi dapat mentoleransi susu pada usia 5-16 tahun. Namun, ini tidak selalu terjadi, dan sebagian kecil akan tetap alergi hingga dewasa. Oleh karena itu, re-challenge atau tes ulang untuk melihat apakah alergi sudah hilang harus selalu dilakukan di bawah pengawasan ketat tenaga medis.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved