Sumber foto: Canva

Alasan Susah Mengingat Sesuatu Sekali Ingat Mudah Lupa

Tanggal: 15 Jul 2025 12:21 wib.
Pernahkah merasa baru saja mempelajari sesuatu, tapi tak lama kemudian sudah lupa? Atau kesulitan mengingat nama orang yang baru saja diperkenalkan? Fenomena susah mengingat sesuatu dan mudah lupa ini cukup umum terjadi. Otak kita memang luar biasa, tapi kapasitas memorinya tidak tak terbatas, dan proses mengingat itu sendiri cukup kompleks. Ada banyak faktor yang memengaruhi seberapa baik kita menyimpan dan mengambil kembali informasi, dan seringkali, masalahnya bukan pada kerusakan otak, melainkan pada cara kita memproses informasi di awal atau gaya hidup sehari-hari.

Kurangnya Perhatian dan Pengolahan Informasi yang Dangkal

Salah satu alasan paling mendasar kenapa kita susah mengingat adalah kurangnya perhatian saat pertama kali menerima informasi. Jika otak tidak benar-benar fokus dan mencatat sesuatu, informasi itu cenderung tidak akan masuk ke memori jangka panjang. Misalnya, saat seseorang memperkenalkan namanya di sebuah acara yang ramai, jika pikiran kita sibuk memikirkan hal lain atau terganggu, nama itu mungkin hanya terlewat begitu saja di telinga tanpa diproses secara mendalam. Informasi yang tidak mendapatkan "label" penting saat masuk, akan sulit ditemukan kembali.

Selain itu, cara informasi diolah juga berpengaruh. Jika kita hanya menghafal sesuatu tanpa berusaha memahami maknanya, menghubungkannya dengan pengetahuan yang sudah ada, atau mengaplikasikannya, proses mengingatnya akan dangkal. Ini seperti membaca buku tanpa benar-benar meresapi isinya. Informasi yang diolah secara superfisial cenderung lebih cepat hilang daripada informasi yang diproses dengan makna, emosi, atau asosiasi kuat. Otak lebih suka menyimpan hal-hal yang relevan dan memiliki hook atau kaitan.

Beban Kognitif Berlebihan dan Stres

Di tengah kesibukan modern, otak seringkali mengalami beban kognitif berlebihan. Terlalu banyak tugas, informasi yang masuk terus-menerus, dan multitasking yang konstan bisa membuat memori kesulitan berfungsi optimal. Otak seperti hard drive yang penuh, sulit menemukan ruang kosong untuk menyimpan data baru dengan efisien. Saat kita memaksakan diri untuk mengingat terlalu banyak hal secara bersamaan, kualitas ingatan seringkali menurun.

Stres kronis juga merupakan musuh besar memori. Hormon kortisol, yang dilepaskan saat stres, dapat merusak sel-sel otak di area yang berhubungan dengan memori, seperti hipokampus. Seseorang yang sedang stres berat mungkin mengalami kesulitan konsentrasi, yang pada gilirannya menghambat proses pencatatan memori. Stres juga dapat mengganggu pola tidur, yang padahal tidur adalah waktu penting bagi otak untuk mengonsolidasikan ingatan.

Kurang Tidur dan Gizi yang Tidak Seimbang

Tidur yang tidak cukup atau berkualitas buruk adalah pemicu utama masalah memori. Saat tidur, terutama dalam fase tidur deep sleep dan REM, otak melakukan "pembersihan" dan "pengarsipan" informasi. Ingatan-ingatan jangka pendek diubah menjadi ingatan jangka panjang. Jika tidur kurang, proses ini tidak berjalan optimal, menyebabkan kita mudah lupa apa yang baru dipelajari. Rasa lelah juga membuat konsentrasi menurun, yang tentu saja mengganggu kemampuan untuk menerima informasi baru.

Selain itu, gizi yang tidak seimbang juga berperan. Otak membutuhkan nutrisi spesifik untuk berfungsi dengan baik. Kekurangan vitamin B12, asam lemak omega-3, antioksidan, atau nutrisi penting lainnya dapat memengaruhi kesehatan sel-sel otak dan konektivitas saraf, yang pada akhirnya memengaruhi kemampuan memori. Asupan makanan olahan tinggi gula dan lemak jenuh juga dapat memicu peradangan yang merugikan kesehatan otak.

Gaya Hidup Pasif dan Kurangnya Stimulasi Mental

Otak itu seperti otot, perlu dilatih agar tetap kuat. Gaya hidup yang kurang aktif secara fisik dan minim stimulasi mental bisa membuat kemampuan kognitif, termasuk memori, menurun. Rutinitas yang monoton, jarang belajar hal baru, atau kurangnya interaksi sosial dapat mengurangi konektivitas saraf di otak. Olahraga teratur diketahui dapat meningkatkan aliran darah ke otak, yang penting untuk kesehatan kognitif. Demikian pula, tantangan mental seperti belajar bahasa baru, bermain alat musik, atau memecahkan teka-teki, dapat menjaga otak tetap tajam.

Ketergantungan berlebihan pada teknologi untuk mengingat segalanya (misalnya, selalu mencatat di ponsel, tidak pernah mencoba mengingat nomor telepon) juga bisa menjadi pisau bermata dua. Meskipun praktis, hal ini dapat mengurangi "latihan" yang dibutuhkan otak untuk fungsi memori.

Mengatasi masalah mudah lupa tidak selalu berarti ada masalah serius pada otak. Seringkali, itu adalah panggilan untuk meninjau kembali gaya hidup dan cara kita berinteraksi dengan informasi. 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved