5 Cara Mengatasi Tantrum Anak karena Tidak Diberi Gadget
Tanggal: 27 Jan 2025 15:32 wib.
Tampang.com | Pemanfaatan gadget saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, termasuk bagi anak balita. Banyak orang tua mengandalkan penggunaan gadget sebagai sarana hiburan dan penenang bagi anak. Namun, kebiasaan ini dapat menyebabkan anak terlalu bergantung pada gadget dan sulit menerima saat penggunaannya dibatasi. Dampak negatif yang sering terjadi adalah munculnya tantrum atau ledakan emosi, seperti teriakan, tangisan, bahkan perilaku agresif. Bagaimana cara mengatasi tantrum pada anak akibat larangan penggunaan gadget? Berikut adalah panduan praktis untuk mengelola situasi tersebut.
1. Tetapkan Batasan Sejak Awal
Orang tua perlu menetapkan aturan terkait kapan dan berapa lama penggunaan gadget diperbolehkan, misalnya tidak ada gadget sebelum tidur. Selain itu, tentukan juga konten yang boleh diakses oleh anak, dan untuk hal ini, orang tua dapat memanfaatkan fitur-fitur yang disediakan dalam aplikasi serta jenis aplikasi yang diizinkan di gadget. Pembatasan terkait penggunaan gadget sangat penting untuk mengontrol jenis konten yang dapat diakses oleh anak.
Komunikasikan aturan ini dengan cara yang sederhana dan konsisten agar anak memahami bahwa ada waktu tertentu untuk menggunakan gadget. Orang tua dapat mengatakan pada anak, "Kita hanya boleh menggunakan gadget selama 30 menit setelah makan siang, ya." Dengan memperkenalkan aturan ini secara konsisten, tantrum akibat larangan penggunaan gadget dapat diminimalkan.
Tidak hanya itu, pendekatan teknologi dalam kehidupan sehari-hari orang tua juga perlu disesuaikan dengan kondisi anak dan lingkungan sekitar. Sebagai contoh, jika anak memiliki kesulitan untuk menerima larangan, orang tua dapat memberikan pengertian lebih. Selain itu, orang tua juga dapat memanfaatkan waktu bersama untuk memperkuat hubungan serta memberikan pemahaman yang lebih dalam terkait penggunaan gadget.
2. Alihkan Perhatian dengan Aktivitas Menarik
Tantrum sering terjadi ketika anak tidak mengetahui aktivitas apa yang bisa dilakukan selain bermain gadget. Untuk mengatasi hal ini, sediakan alternatif aktivitas yang menarik. Orang tua dapat mengajak anak untuk melakukan kegiatan seperti menggambar, membaca buku, bercerita, bermain puzzle, atau beraktivitas di luar rumah.
Pastikan aktivitas ini sesuai dengan minat anak sehingga anak merasa terlibat dan tidak merasa kehilangan ketika harus melepaskan gadget. Contohnya, jika anak memiliki minat dalam bermain peran, sediakanlah mainan seperti boneka atau kostum yang dapat memicu imajinasi anak.
Menurut studi yang dilakukan oleh para ahli pendidikan anak, pengajuan alternatif kegiatan yang menarik dapat membantu memfasilitasi anak untuk melepas ketergantungannya pada gadget. Selain itu, melalui penerapan pendekatan komunikatif yang tepat dengan mengajak anak untuk terlibat dalam aktivitas yang disukainya, dapat membantu cara positif untuk menghadapi tantrum akibat larangan penggunaan gadget.
3. Tetap Tenang saat Menghadapi Tantrum
Seringkali, orang tua merasa kesal atau marah ketika anak mulai tantrum karena tidak diperbolehkan menggunakan gadget. Oleh karena itu, cobalah untuk tetap tenang. Jangan terpancing emosi atau langsung mengalah dengan memberikan gadget kepada anak. Biarkan anak mengekspresikan emosinya dan tunjukkan ketenangan serta pemahaman pada anak.
Misalnya, orang tua dapat mengatakan, "Mama tahu Kakak kesal karena tidak bisa main gadget sekarang, tapi kita sudah bersepakat untuk hanya dapat menggunakan gadget setelah makan siang." Dengan pendekatan ini, anak dapat merasa didengar namun tetap memahami bahwa aturan harus dihormati.
Deteksi dini dan penerapan pola komunikasi yang baik mampu memberikan dampak positif dalam mengelola tantrum anak ketika tidak diberi gadget. Selain itu, melalui pendekatan yang konsisten dan kesabaran yang dimiliki orang tua, dapat membantu anak untuk belajar mengelola emosinya dengan lebih baik.
4. Gunakan Reward untuk Penguatan Positif
Salah satu strategi efektif ketika anak berhasil mentaati aturan tanpa tantrum adalah dengan memberikan reward. Misalnya, jika anak mampu mengendalikan emosinya saat penggunaan gadget selesai, berikan pujian atau hadiah kecil, seperti stiker atau mainan kesukaannya.
Penguatan positif ini membantu anak belajar bahwa perilaku baik akan dihargai, sehingga anak lebih termotivasi untuk mengontrol emosinya di masa depan. Dengan memberikan penguatan positif secara konsisten, anak dapat belajar untuk mengelola emosinya dengan lebih baik.
Tidak hanya itu, seperti yang diungkapkan oleh psikolog anak, penguatan positif juga dapat membantu membentuk kepuasan terhadap pencapaian anak. Melalui proses penguatan positif, anak akan belajar untuk menerima aturan dan belajar mengontrol emosinya ketika berhadapan dengan situasi yang mengakibatkan ketidakterimaannya.
5. Jadi Contoh yang Baik
Anak-anak seringkali meniru perilaku orang tua. Jika orang tua sering menggunakan gadget, anak akan merasa sulit memahami mengapa anak tidak diperbolehkan menggunakan gadget. Cobalah untuk mengurangi penggunaan gadget saat bersama anak dan lebih banyak berinteraksi secara langsung dengan mereka.
Sebagai contoh, luangkan waktu bersama anak dengan bermain atau melakukan kegiatan bersama. Hal ini akan menciptakan hubungan yang lebih erat dan membantu anak memahami bahwa ada banyak kesenangan yang bisa diperoleh selain dari gadget.
Seringkali, peran orang tua memiliki dampak yang kuat dalam membentuk kebiasaan dan pola pikir anak. Melalui pendekatan yang baik yang ditunjukkan oleh orang tua dalam mengelola penggunaan gadget, anak dapat belajar untuk menggunakan gadget secara bijak serta memahami bahwa ada banyak hal yang bisa dilakukan selain bermain gadget.
Mengatasi tantrum anak karena larangan menggunakan gadget memang membutuhkan kesabaran dan konsistensi. Dengan menetapkan batasan yang jelas, menyediakan alternatif aktivitas yang menarik, dan memberikan penguatan positif, anak akan lebih mudah beradaptasi tanpa terlalu bergantung pada gadget. Ingat, peran orang tua sangat penting untuk membentuk kebiasaan yang sehat dan mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.