48% dari Karyawan Singapura (Persentase Tertinggi di Asia Pasifik) Merasa Gajinya Terlalu Rendah
Tanggal: 27 Jun 2024 19:22 wib.
Menurut laporan People At Work 2024, Singapura memiliki persentase tertinggi di Asia Pasifik dalam hal responden yang merasa bahwa gaji mereka terlalu rendah.
Industri Seni dan Budaya menjadi yang paling merasa gajinya terlalu rendah dengan persentase 67%, diikuti oleh Jasa Profesional (55%) dan Arsitektur, Rekayasa, dan Bangunan (50%). Para pengusaha diimbau untuk memanajemen ekspektasi karyawan dengan hati-hati.
ADP VP Yvonne Teo menyoroti ketidakpuasan yang signifikan terhadap gaji, yang bisa menyebabkan karyawan menjadi tidak bersemangat dan berpotensi tingginya turnover. Responden survei juga mengindikasikan bahwa mereka akan menghargai kompensasi alternatif seperti bonus, waktu libur tambahan, atau voucher jika kenaikan gaji tidak memungkinkan.
Menurut data terbaru, mayoritas karyawan Singapura merasa gajinya terlalu rendah. Hal ini menjadi perhatian serius bagi pengusaha dan pemerintah untuk mempertimbangkan langkah-langkah yang tepat dalam mengatasi masalah ini. Pasalnya, tingkat ketidakpuasan terhadap gaji secara langsung dapat mempengaruhi produktivitas karyawan serta memicu perubahan tenaga kerja yang tidak diinginkan.
Dalam laporan People At Work 2024 yang baru saja dirilis, sebanyak 48% karyawan di Singapura menyatakan bahwa mereka merasa gajinya tidak sebanding dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Persentase ini merupakan yang tertinggi di wilayah Asia Pasifik, menandakan adanya ketidakpuasan yang cukup signifikan di kalangan tenaga kerja Singapura terkait dengan besaran gaji yang diterima.
Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa ketidakpuasan terbesar berasal dari sektor Seni dan Budaya, di mana 67% responden merasa bahwa gaji yang mereka terima tidak memadai. Hal ini diikuti oleh sektor Jasa Profesional dengan persentase 55% dan sektor Arsitektur, Rekayasa, dan Bangunan sebesar 50%. Data ini memberikan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dihadapi oleh karyawan di berbagai sektor industri di Singapura.
Dalam menghadapi situasi ini, para pengusaha di Singapura dipanggil untuk memperhatikan manajemen ekspektasi karyawan dengan lebih cermat. ADP VP Yvonne Teo menekankan bahwa ketidakpuasan yang signifikan terhadap gaji dapat berpotensi mengakibatkan karyawan menjadi tidak bersemangat dan tingginya tingkat pergantian tenaga kerja. Oleh karena itu, adalah sangat penting bagi perusahaan untuk memperhatikan isu ini dengan serius dan mencari solusi yang tepat guna memenuhi harapan karyawan terkait dengan kompensasi yang mereka terima.
Tidak hanya itu, survei juga menunjukkan bahwa karyawan akan menghargai kompensasi alternatif selain kenaikan gaji, seperti bonus, waktu libur tambahan, atau voucher. Hal ini menunjukkan bahwa ada beragam metode kompensasi yang bisa dijajaki oleh perusahaan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan karyawan yang tidak terpenuhi terkait dengan gaji mereka.
Data-data terbaru ini menjadi momentum penting bagi pemerintah dan pengusaha di Singapura untuk melakukan kajian mendalam terkait dengan permasalahan gaji yang dihadapi oleh karyawan. Tingkat ketidakpuasan yang tinggi terhadap gaji secara langsung dapat berdampak negatif terhadap produktivitas tenaga kerja, motivasi karyawan, dan kesejahteraan secara keseluruhan. Oleh karena itu, langkah-langkah konkrit perlu segera diambil untuk menangani masalah ini agar tidak berdampak lebih luas bagi ekonomi dan stabilitas ketenagakerjaan di Singapura.