10 Negara dengan Harga Rumah Termahal di Dunia, Indonesia Termasuk
Tanggal: 2 Jan 2025 04:59 wib.
Harga properti semakin tidak terjangkau dan KPR adalah salah satu pertimbangan saat akan membeli rumah.
Menurut laporaA terbaru dari Bestbrokers.com pada 2024, hasil perbandingan harga rumah di 62 negara menunjukkan hal menarik. Data tersebut mengungkapkan bahwa harga rumah per meter persegi dalam dolar AS per 10 September yang diterbitkan oleh Numbeo digunakan untuk menyandingkan dengan data pendapatan rata-rata, guna mengidentifikasi negara dengan harga rumah yang paling terjangkau dibandingkan dengan gaji rata-rata pekerja.
Ternyata, negara-negara dengan harga rumah paling mahal tidak semua berasal dari negara maju dengan standar hidup yang tinggi. Sebaliknya, laporan itu mengungkap bahwa harga rumah termahal baru terletak di negara-negara dengan perekonomian yang cenderung lebih rendah.
Dilansir dari laporan Best Brokers.com, Turki merupakan negara yang paling tidak terjangkau untuk membeli rumah pada tahun 2024. Rasio harga rumah di Turki terhadap pendapatan rata-rata warganya mencapai 81,45%, menunjukkan ketidakseimbangan yang signifikan antara harga rumah dan pendapatan rata-rata.
Indonesia juga masuk dalam daftar negara dengan harga rumah yang termasuk tinggi. Rasio harga rumah di Indonesia terhadap pendapatan rata-rata warganya tercatat sebesar 48,35%, mencerminkan tantangan ketersediaan rumah yang terjangkau di Indonesia.
Permasalahan ini tak hanya terjadi di Turki dan Indonesia. Kondisi serupa juga terlihat di beberapa negara lainnya. Nepal, misalnya, memiliki rasio harga rumah terhadap rata-rata pendapatannya sebesar 59,04%. Sementara itu, negara-negara seperti India, Armenia, Korea Selatan, Peru, Republik Dominika, Brazil, dan Chili juga mengalami tantangan serupa dalam hal ketersediaan rumah yang terjangkau.
Faktor inflasi dan pendapatan rata-rata penduduk juga menjadi faktor penentu dalam peringkat tersebut. Turki menduduki posisi tertinggi karena tingkat inflasi yang diproyeksikan sangat tinggi, mencapai 55% dari tahun ke tahun. Hal ini memberikan dampak yang signifikan terhadap daya beli masyarakat dalam membeli properti.
Sementara itu, Korea Selatan, sebagai negara maju di Asia, juga masuk dalam daftar ini bukan karena inflasi yang tinggi, namun karena harga riil properti yang cukup tinggi. Dengan harga properti mencapai US$10.318,46 per meter persegi, dibandingkan dengan pendapatan rata-rata penduduk yang hanya US$2.221 per bulan atau US$26.653 per tahun, hal ini mencerminkan ketidakseimbangan dalam akses terhadap rumah yang terjangkau bagi masyarakatnya.
Kondisi ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah setempat dan lembaga terkait dalam upaya memperbaiki akses terhadap hunian yang layak bagi masyarakat. Ketersediaan rumah yang terjangkau bagi masyarakat merupakan faktor penting dalam memastikan kesejahteraan sosial dan stabilitas ekonomi sebuah negara.
Dari sini, dapat disimpulkan bahwa harga rumah yang tinggi tidak hanya menjadi masalah pada negara maju, namun juga pada negara berkembang. Oleh karena itu, langkah-langkah konkret dalam pembangunan perumahan yang terjangkau harus segera diambil oleh pemerintah dan pihak terkait guna mendukung kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Meningkatkan kerjasama antara sektor publik, swasta, dan masyarakat sipil dalam menciptakan kebijakan yang mendukung akses terhadap hunian yang terjangkau menjadi sangat penting untuk dilakukan.
Hal ini juga akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, mengingat kondisi ketidakpastian ekonomi global yang terus berlangsung. Penanganan dan perbaikan atas masalah harga rumah yang tinggi menjadi bagian integral dalam upaya menciptakan kondisi perekonomian yang stabil dan dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat pada umumnya.