10 Indikator Seseorang Terlihat Sukses Secara Luaran, Namun Rapuh di Dalam

Tanggal: 3 Jul 2025 12:18 wib.
Masyarakat modern yang penuh tekanan dan ekspektasi tinggi mengenai kesuksesan, kita sering kali terjebak dalam penilaian sepintas terhadap kehidupan orang lain. Senyuman manis, pencapaian luar biasa, dan gaya hidup glamor menjadi parameter yang umum kita gunakan untuk menilai seberapa sukses seseorang. Namun, sulit untuk menduga bahwa di balik kesan gagah tersebut, terdapat sisi rapuh yang tersembunyi—luka, kelelahan, dan keraguan yang tidak terlihat oleh orang lain.

Seseorang yang tampak sangat berhasil bisa saja tengah berjuang di dalam diri mereka. Terdapat sepuluh kebiasaan yang bisa menjadi indikasi bahwa seseorang—mungkin juga diri kita sendiri—sedang menyembunyikan perasaan dan pergulatan batin yang mendalam, seperti yang dilansir dari laman Geediting.com.

1. Selalu Sibuk dengan Aktivitas
Memiliki kesibukan bisa terdengar sangat positif dan ambisius. Namun bagi beberapa orang, kesibukan adalah cara untuk menghindari keheningan dan refleksi diri. Saat hening itulah, perasaan sakit, kesepian, dan kekecewaan bisa muncul. Oleh karena itu, mereka mengisi setiap jam dengan pekerjaan, menyelesaikan urusan rumah tangga, atau berpartisipasi dalam berbagai kegiatan. Namun, di balik semua itu, mereka merasakan kelelahan yang dalam, merasa terputus dari diri sendiri, dan takut menghadapi perasaan yang mungkin muncul saat kesunyian melanda.

2. Merendahkan Diri dan Menghindari Apresiasi* 
Pada pandangan pertama, sikap merendah ini terlihat sebagai tindakan yang baik, di mana mereka tidak suka untuk pamer. Namun, kenyataannya mereka sering kali merasa tidak pantas mendapatkan pujian. Sejak lama, mereka mungkin membentuk identitas diri berdasarkan pencapaian dan bukan pada penerimaan dari orang lain. Jadi ketika pujian diberikan, rasanya seolah melenting kembali seperti bola yang menempel pada dinding tak terlihat.

3. Ahli dalam Basa-Basi Namun Takut Obrolan yang Mendalam
Saat bersosialisasi, mereka mungkin tampak sangat menyenangkan dan pandai berkomunikasi. Mampu membawa tawa dan ceria. Namun, ketika seseorang bertanya tentang kondisi sebenarnya, mereka cenderung menarik diri. Bukan karena tidak ingin berbagi, tetapi karena membuka diri bagi mereka berarti harus menghadapi luka-luka yang telah lama tersembunyi dalam diri.

4. Kurang Memperhatikan Diri Sendiri dalam Hubungan
Mereka adalah sosok yang selalu siap sedia. Si pemberi dan penyokong yang selalu ada di saat orang lain membutuhkan. Namun ketika ditanya tentang kebutuhan diri mereka sendiri, biasanya mereka tidak memiliki jawaban yang pasti. Orang yang merasa lemah akan berusaha menunjukkan nilai diri mereka dengan cara membantu orang lain. Namun di balik sikap altruistik ini, ada kekosongan yang sulit diisi dalam diri mereka.

5. Mengolok-olok Luka, Tetapi Tak Pernah Membicarakannya Secara Serius
Seseorang yang selalu tampak ceria dan lucu bisa jadi memiliki beban yang berat. Mereka mungkin dapat menertawakan isu serius, tetapi ketika ajakan untuk berdiskusi tentang perasaan dan kehilangan muncul, mereka akan berusaha untuk mengalihkan perhatian. Dengan cara ini, mereka melindungi diri dari pertanyaan yang lebih dalam, meskipun sebenarnya mereka membawa luka emosional yang tak terucapkan.

6. Enggan Meminta Bantuan
Dilihat dari luar, mereka tampak sangat kuat dan mandiri. Mereka cenderung menyelesaikan segala sesuatunya sendiri dan tidak ingin merepotkan orang lain. Namun yang terjadi sebenarnya adalah suatu ketakutan untuk terlihat lemah. Kaum ini yakin bahwa diterima dan dicintai hanyalah bisa diraih melalui penampilan yang selalu "baik-baik saja,” dan akibatnya mereka menderita dalam kesunyian, meskipun banyak orang bersedia membantu mereka jika diminta.

7. Rutinitas yang Tidak Memperbaiki Kualitas Hidup
Malam dengan secangkir anggur dan terus-menerus menggali informasi di media sosial sampai larut mengenakan citra kehidupan yang normal. Banyak yang melakukan rutinitas semacam ini sebagai pelarian dari perasaan tidak nyaman. Sementara aktivitas itu memang tampak biasa, ketika dilakukan untuk melepas beban yang seharusnya ditangani, itu patut dipertanyakan.

8. Tidak Pernah Merayakan Kesuksesan Pribadi
Mereka senang merayakan pencapaian orang lain. Namun pencapaian diri sendiri sering dinyatakan rendah, “Oh, itu hanya hal kecil.” Padahal, orang yang mengalami kerentanan emosional sering kali merasa tidak layak merasakan kebahagiaan. Saat meraih kemenangan, mereka lebih banyak mengabaikan perasaan itu dibandingkan merasakannya secara utuh, seolah menganggapnya tidak pantas untuk dirayakan.

9. Perfeksionis dalam Segala Hal, Kecuali Kesejahteraan Diri
Di luar penampilan, meja kerja yang rapi, dan email yang cepat dibalas, mereka mungkin menyembunyikan kondisi emosional yang berantakan. Fokus pada hal-hal yang dapat dilihat secara fisik membantu mereka memberikan ilusi kendali atas kehidupan. Sementara itu, keadaan mental dan emosional mereka tetap terbengkalai.

10. Sering Mengatakan “Aku Baik-Baik Saja
Pernyataan “Aku baik-baik saja” adalah respons yang sangat umum dan sering diulang. Menyatakan bahwa diri mereka dalam keadaan baik terasa lebih mudah dibandingkan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya. Terkadang, mereka sendiri tidak tahu bagaimana cara menjelaskan apa yang mereka rasakan, tetapi mereka cenderung menyembunyikan emosi tersebut di balik senyuman dan sikap positif.

Dalam kehidupan sehari-hari, semua tampak baik-baik saja. Namun, penting untuk diingat bahwa bukan semua orang yang terlihat sukses benar-benar merasakannya. Banyak di antara mereka yang tengah berjuang dengan ketidakpastian dan keraguan di dalam diri. Jika kita menangkap sinyal-sinyal ini pada diri sendiri, itu bukanlah tanda kelemahan, melainkan sebuah kesempatan untuk mencapai pengertian dan kedalaman yang lebih dalam perjalanan hidup ini.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved