Sumber foto: iStock

Potensi Rp33 Triliun dari Industri Game Indonesia: Mengapa Developer Lokal Masih Tertinggal?

Tanggal: 29 Apr 2025 10:17 wib.
Indonesia dikenal memiliki pasar game yang sangat besar, dengan potensi nilai yang diperkirakan mencapai US$2 miliar atau sekitar Rp33 triliun. Namun, di balik angka fantastis tersebut, masih ada ironi besar: sebagian besar "harta karun" ekonomi ini justru dinikmati oleh developer asing, bukan oleh talenta lokal.

Menteri Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya, mengungkapkan bahwa saat ini 95% pangsa pasar game di Indonesia dikuasai oleh pengembang dari luar negeri, sementara developer lokal baru mampu mengambil bagian sebesar 5% saja.

"Nilai pasar game di Indonesia mencapai US$2 miliar, tetapi 95% dikuasai oleh developer luar. Kita baru menikmati 5% saja," kata Riefky dalam acara peluncuran program Google Play x Unity 2025.

Mendorong Peningkatan Game Lokal di Platform Digital

Melihat kondisi tersebut, Riefky menekankan pentingnya mendorong pengembangan industri game lokal secara lebih serius. Produk game buatan anak bangsa diharapkan bisa semakin banyak mengisi platform global seperti Google Play, sehingga potensi ekonomi yang besar ini tidak terus-menerus mengalir ke pihak luar.

Pemerintah, lanjut Riefky, berkomitmen untuk hadir di setiap tahapan pengembangan industri game nasional. Mulai dari proses ideasi, produksi, hingga distribusi, pemerintah ingin memastikan bahwa game-game lokal mendapatkan dukungan maksimal agar bisa bersaing di pasar global.

"Salah satu langkah konkret kami adalah memperkuat kurasi karya, memberikan pendampingan, dan mendorong produk yang berkualitas agar bisa mendominasi pasar lebih besar lagi," jelas Riefky.

Tak hanya itu, aspek kekayaan intelektual juga menjadi fokus penting. Pemerintah ingin memastikan bahwa karya-karya developer lokal mendapatkan perlindungan hukum yang kuat, sehingga dapat menghindari pembajakan dan meningkatkan kepercayaan diri untuk go international.

Capaian yang Sudah Diraih Developer Lokal

Dalam acara yang sama, Karen Teo, Vice President, Platforms & Devices Partnerships Asia Pacific Google, juga memberikan pandangannya. Ia mengungkapkan bahwa pengembang asal Indonesia berhasil menghasilkan Rp2,14 triliun dari industri aplikasi dan game hanya dalam tahun 2023.

Namun, angka ini pun masih menunjukkan tantangan besar: dari Rp2,14 triliun tersebut, Rp682 miliar di antaranya berasal dari pasar luar negeri. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada prestasi, potensi ekspor produk digital lokal masih jauh dari maksimal.

Indonesia di Mata Dunia: Pemain Penting di Google Play

Meskipun tantangan masih besar, laporan Google Play memberikan sedikit kabar baik. Indonesia kini tercatat sebagai negara ke-12 terbesar di platform tersebut, dengan 10.400 pengembang aktif dan 33.800 aplikasi yang tersedia.

Lebih dari itu, ekosistem pengembang di Indonesia telah menciptakan sekitar 170 ribu lapangan pekerjaan, baik secara langsung, tidak langsung, maupun yang terkait dengan industri ini. Jumlah ini mencerminkan peran penting sektor game dan aplikasi digital dalam mendukung perekonomian nasional.

Sepanjang tahun 2023, tercatat 7.100 aplikasi baru diluncurkan oleh developer Indonesia, dengan 60 di antaranya telah mengadopsi teknologi kecerdasan buatan (AI) terbaru. Ini menunjukkan bahwa inovasi mulai berkembang di kalangan pengembang lokal.

Upaya Melatih Generasi Baru Developer

Salah satu kunci untuk memperkuat industri game Indonesia adalah melalui pelatihan berkelanjutan. Sejak 2018, program Google Play telah berhasil melatih sekitar 200 ribu pengembang di Indonesia, memberikan mereka bekal keterampilan untuk menghadapi persaingan global.

Menurut Karen Teo, upaya ini sejalan dengan tujuan strategis Indonesia dalam mengembangkan sumber daya manusia di bidang ekonomi digital. "Kami ingin membantu mengenali talenta lokal dan membangun kontribusi yang bermakna bagi masa depan industri kreatif Indonesia," ujar Karen.

Salah satu inisiatif besar yang sedang berjalan adalah kolaborasi Google Play dengan Unity, yang telah dimulai sejak tahun 2022. Program ini melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga Asosiasi Game Indonesia (AGI).

Sejak dimulai, sudah ada 1.300 pengembang yang mendapatkan pelatihan pada periode 2023–2024. Tahun ini, program tersebut menargetkan melatih 500 pengembang tambahan. Fokus pelatihan kini diperluas ke dua segmen baru, yakni teknologi kecerdasan buatan (AI) dan program magang industri.

Menyiapkan Talenta untuk Pasar Global

Tak hanya melatih secara teori, program ini juga memberikan dukungan nyata dalam bentuk penempatan magang di perusahaan-perusahaan industri game. AGI berperan aktif dalam menjembatani para peserta pelatihan dengan dunia kerja nyata, memastikan bahwa lulusan program tidak hanya siap secara teknis, tetapi juga berpengalaman dalam industri.

Langkah ini penting agar developer Indonesia bisa mengukir prestasi bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga di pasar global. Dengan inovasi berkelanjutan, dukungan pemerintah, dan kolaborasi dari sektor swasta, masa depan industri game Indonesia bisa lebih cerah.

Kesimpulan: Waktunya Developer Lokal Menguasai Pasar Sendiri

Dengan potensi Rp33 triliun yang sebagian besar masih dinikmati oleh pihak luar, sudah saatnya Indonesia memperkuat ekosistem pengembang lokal. Dukungan pemerintah, pelatihan intensif, dan adopsi teknologi mutakhir seperti AI menjadi kunci untuk mengangkat developer lokal menjadi pemain utama di pasar nasional maupun global.

Jika upaya ini terus dilanjutkan dengan konsisten, bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan, game buatan Indonesia akan menjadi kekuatan besar yang diakui dunia.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved