Sumber foto: iStock

Yen Jatuh ke Level Terendah 38 Tahun, RI Ikut Untung Apa Buntung?

Tanggal: 30 Jun 2024 21:14 wib.
Yen Jepang telah lama tidak berdaya terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini memberikan dampak yang signifikan bagi Indonesia, sebagai mitra dagang, serta Jepang, sebagai destinasi pariwisata yang menarik. Menurut laporan dari Definitiv, pada Jumat (28/6/2024), yen ditutup dengan posisi 160,83/US$1. Posisi ini merupakan yang terlemah dalam 38 tahun terakhir sejak 24 Desember 1986.

Selama seminggu terakhir, yen mengalami penurunan sebesar 0,65%, yang artinya telah terus melemah dalam tiga pekan berturut-turut. Dalam rentang satu bulan, yen mengalami penurunan sebesar 2024 sementara dalam setahun terperosok 14,02%, menjadi yang terendah sejak 2013.

Tidak hanya tertekan oleh dolar AS, yen juga mengalami pelemahan terhadap rupiah. Saat ini, nilai tukar yen terhadap rupiah berada pada angka 101,73, yang merupakan yang terendah sejak Desember 2014 atau hampir 10 tahun terakhir.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelemahan Yen

Pelemahan yen terus terjadi sejak Bank of Japan (BoJ) menghentikan kebijakan suku bunga negatif dan membatalkan kebijakan pengendalian kurva imbal hasil pada bulan Maret. Untuk menjaga nilai tukar, Kementerian Keuangan Jepang telah melakukan intervensi sebesar JPY 9.7885 triliun (sekitar $62.25 miliar) dari tanggal 26 April hingga 29 Mei.

Dong Chen, strategis Asia utama dan kepala riset Asia di bank swasta Swiss Pictet, menyatakan bahwa dia masih mengharapkan yen tetap "cukup lemah" meskipun ada peringatan intervensi dari pejabat Jepang. Dia menjelaskan bahwa selisih suku bunga antara AS dan Jepang yang tetap besar menjadi salah satu alasan utama pelemahan yen. Menurutnya, hal ini akan membuat yen tetap lemah kecuali selisih ini menurun lebih signifikan.

Dampak Pelemahan Yen bagi RI

Pelemahan yen ini dapat berdampak bagi negara lain, termasuk Indonesia. Meskipun pelemahan yen ini memberikan keuntungan bagi impor barang-barang dari Jepang ke Indonesia karena menjadi lebih murah, secara ekonomi juga membawa dampak negatif, yaitu lonjakan kunjungan turis asal Indonesia ke Jepang yang dapat memicu arus keluar devisa dari Indonesia ke Jepang.

Sebagai ilustrasi, impor nonmigas dari Jepang pada Mei 2024 tercatat sebesar US$1,03 miliar. Secara kumulatif, impor nonmigas dari Jepang pada periode Januari-Mei 2024 sebesar US$5,34 miliar. Dengan pelemahan yen, total nilai impor ini akan lebih kecil ketika nilai tukar yen terdepresiasi. Beberapa barang yang diimpor dari Jepang meliputi mesin dan peralatan mekanik, kendaraan besi dan baja, kendaraan, optic, fotografi, dan peralatan elektronik.

Tren Kunjungan Turis Asal Indonesia ke Jepang

Kendati pelemahan yen dapat memicu lonjakan kunjungan turis asal Indonesia ke Jepang, secara ekonomi hal ini tetap membawa dampak negatif. Jumlah kunjungan turis ke Jepang meningkat secara signifikan pasca pelemahan yen. Selama Januari-Mei 2024, jumlah kunjungan turis asal Indonesia ke Jepang mencapai 220.800 orang atau meningkat sebesar 32,5% dibandingkan periode yang sama pada 2019. Kota favorit yang dikunjungi oleh turis asal Indonesia di Jepang antara lain Tokyo, Osaka, Chiba Prefecture, Kyoto, dan Yamanashi Prefecture.

Hal ini menunjukkan bahwa pelemahan yen dapat mempengaruhi arus keuangan dalam negeri, terutama dalam hal pengeluaran devisa. Sementara kelebihan nilai tukar yen memberikan keuntungan bagi impor barang-barang dari Jepang, lonjakan kunjungan wisatawan asal Indonesia ke Jepang justru dapat memicu arus keluar devisa dari Indonesia.

Tentu saja, dampak pelemahan yen ini akan terus terasa dalam perdagangan dan pariwisata antara Indonesia dan Jepang. Perubahan situasi ini juga memerlukan penyesuaian strategi bagi kedua negara untuk tetap memperkuat kerjasama ekonomi dan memitigasi dampak negatif yang mungkin timbul akibat fluktuasi nilai tukar mata uang.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved