Sumber foto: iStock

Warga Indonesia Semakin Gemar Berbelanja Online Namun dengan Biaya Lebih Efisien

Tanggal: 14 Nov 2024 18:24 wib.
Di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, pengguna e-commerce semakin sering melakukan belanja online. Namun, menariknya, uang yang mereka keluarkan setiap kali berbelanja malah semakin sedikit.

Menurut laporan e-Conomy SEA 2024 yang diterbitkan oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, 60-70 persen dari pertumbuhan pendapatan e-commerce berasal dari para "pengguna lama" daripada dari pengguna baru. Hal ini menunjukkan bahwa pola pertumbuhan sebelumnya yang mengandalkan tambahan pendapatan dari pengguna baru sudah mulai berubah.

Data yang dihimpun oleh Google, Temasek, dan Bain menunjukkan bahwa frekuensi belanja para pengguna e-commerce naik secara signifikan dari 3-4 kali per tahun pada tahun 2012 menjadi 27-32 kali per tahun pada tahun 2024. Ini menandakan bahwa semakin banyak orang yang melakukan pembelian secara online dan bahwa aktivitas belanja online sudah menjadi bagian rutin dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, para konsumen e-commerce juga lebih percaya diri dalam membeli barang sehari-hari melalui platform e-commerce. Hal ini tercermin dari turunnya nilai transaksi per belanja (basket size) dari sekitar US$ 18-23 pada tahun 2012 menjadi US$ 13-15 pada tahun 2024. Hal ini menandakan bahwa meskipun frekuensi belanja meningkat, namun nilai transaksi per belanja menurun.

Menurut laporan, "Konsumen belanja online 8 kali lebih banyak dibandingkan dengan dekade lalu, tetapi bertransaksi lebih kecil tiap berbelanja karena pergeseran dalam kategori dan kompetisi yang makin intens."

Perkiraan dari Google dan mitra menunjukkan bahwa nilai transaksi e-commerce di Asia Tenggara pada tahun 2024 diperkirakan akan meningkat sekitar 15 persen melebihi angka US$ 159 miliar dengan pendapatan naik sekitar 13 persen mencapai angka US$ 35 miliar. Meskipun terjadi peningkatan pendapatan, namun upaya untuk memangkas kerugian membuat margin EBITDA industri e-commerce di Asia Tenggara menyusut menjadi sekitar 10 persen.

Salah satu upaya perusahaan e-commerce untuk meningkatkan pendapatan adalah dengan menaikkan komisi yang mereka pungut dari penjual di platform masing-masing. Data dari laporan Google menunjukkan bahwa besaran komisi yang dikenakan oleh platform e-commerce di Asia Tenggara terus meningkat dan mendekati "batas atas" yang terbentuk di pasar e-commerce China.

Selain dari pendapatan transaksi, pendapatan iklan juga menjadi sumber tambahan pendapatan e-commerce, terutama dari iklan yang terkait dengan "video commerce." Namun, di sisi lain, biaya pemasaran dan penjualan masih terus meningkat karena persaingan yang semakin intens dengan kehadiran platform e-commerce baru.

Dari data yang disajikan dalam laporan e-Conomy SEA 2024, dapat disimpulkan bahwa meskipun jumlah transaksi e-commerce meningkat, namun nilai transaksi per belanja menurun. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen cenderung lebih hemat dan cerdas dalam berbelanja online, sedangkan perusahaan e-commerce berupaya untuk meningkatkan pendapatannya dengan strategi komisi daniklan.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved