Wah! Mulai Ramai Toko Tolak Pembayaran Pakai Uang Tunai
Tanggal: 21 Jun 2024 18:04 wib.
Seiring dengan perkembangan era digital, masyarakat nontunai atau cashless society di Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat. Mereka lebih cenderung melakukan transaksi secara digital tanpa menggunakan uang tunai sebagai metode pembayaran, baik melalui kartu debit, kartu kredit, e-wallet, QR code, maupun metode transaksi lainnya yang terhubung dengan internet. Hal ini juga didukung oleh hasil studi yang menunjukkan bahwa konsumen Indonesia membawa uang tunai dalam jumlah yang lebih sedikit.
Menurut studi Visa Consumer Payment Attitudes, sebanyak 63% konsumen Indonesia membawa lebih sedikit uang tunai, sedangkan laporan Center for Digital Society Universitas Gadjah Mada yang mengutip Visa mencatat bahwa 65% masyarakat mengaku transaksi nontunai lebih mudah, 55% menilai tidak ribet, dan 51% mengaku pembayaran nontunai diterima dimana saja. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat cenderung lebih memilih transaksi nontunai daripada menggunakan uang tunai.
Selain itu, perkembangan teknologi pembayaran nontunai juga dinilai telah dipengaruhi oleh pandemi Covid-19. Ketika Bank Indonesia (BI) meluncurkan QRIS pada tahun 2019, masyarakat awalnya kurang akrab dengan teknologi QR code. Namun, pandemi Covid-19 membawa berkah bagi perkembangan QRIS, karena kebijakan menjaga jarak aman selama pandemi mendorong penggunaan QRIS sebagai metode pembayaran yang efektif. Hal ini membantu mengurangi penggunaan uang tunai dan meminimalkan risiko penularan virus melalui benda-benda fisik.
Data yang dikeluarkan oleh BI juga menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dalam penggunaan QRIS. Pada April 2024, transaksi QRIS tumbuh 175,44% secara tahunan, dengan jumlah pengguna mencapai 48,12 juta dan jumlah merchant 31,61 juta, yang sebagian besar adalah merchant UMKM. Selain itu, nilai transaksi uang elektronik (UE) juga meningkat 41,70% menjadi Rp253,39 triliun pada periode yang sama.
Dampak dari pertumbuhan penggunaan QRIS ini juga terlihat dari kebijakan beberapa toko, restoran, dan kafe di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Bali yang mulai tidak menerima pembayaran dengan uang tunai. Kebijakan ini diterapkan oleh sejumlah merchant ternama seperti Rejuve, Titik Temu Jenggala, Shilin, Ismaya Group, Donut & Drinks, Nagara Coffee, dan Animo Bakery. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat dan pengusaha di Indonesia semakin mengarah ke arus non-tunai.
Namun, disisi lain, masih ada individu yang menghadapi kendala dalam transisi ke pembayaran non-tunai. Imo Effendi, seorang make up artist, mengungkapkan bahwa meskipun dia mendukung gerakan cashless di Tanah Air, dia masih harus mengambil uang cash secara rutin karena pedagang kaki lima dan pasar tradisional yang dia kunjungi belum menerapkan pembayaran non-tunai. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada sebagian masyarakat yang belum sepenuhnya mengadopsi pembayaran nontunai.