Upah Buruh Jalan di Tempat, Sementara Harga Kebutuhan Terus Melambung!
Tanggal: 13 Mei 2025 21:55 wib.
Tampang.com | Di tengah laju inflasi yang terus meningkat, upah minimum di banyak daerah Indonesia masih stagnan. Kenaikan yang diberikan sering kali tak sebanding dengan lonjakan harga kebutuhan pokok, transportasi, dan tempat tinggal. Akibatnya, jutaan buruh dan pekerja bergaji rendah makin terjepit dalam tekanan ekonomi.
Kenaikan Upah di Bawah Kenaikan Harga
Data BPS menunjukkan bahwa kenaikan UMK di mayoritas provinsi pada 2025 hanya berkisar 2–4 persen, sementara inflasi tahunan mencapai lebih dari 5 persen. Ini berarti daya beli buruh secara riil justru menurun.
“Kita diminta bersyukur saat upah naik Rp100 ribu, tapi harga beras naik Rp3.000 sekilo. Apa itu adil?” keluh Yani, buruh pabrik tekstil di Karawang.
Buruh Tuntut Formula Baru Penetapan UMK
Serikat buruh menyuarakan agar pemerintah tak lagi memakai formula PP Nomor 36 Tahun 2021 yang dianggap hanya menguntungkan pengusaha. Mereka mendorong adanya penyesuaian berdasarkan kebutuhan hidup layak dan standar inflasi lokal.
“Selama ini rumus upah hanya akuntansi, tidak manusiawi. Kami bukan angka, kami butuh makan dan tinggal layak,” ujar Rinaldi, juru bicara Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI).
Ketimpangan Upah dan Beban Hidup Kota Besar
Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, banyak pekerja terpaksa tinggal di pinggiran kota karena tidak mampu membayar sewa tempat tinggal di pusat kota. Ongkos transportasi pun ikut menyedot penghasilan mereka.
“Pendapatan kami langsung habis untuk bertahan hidup. Tidak ada sisa untuk tabungan, apalagi pendidikan anak,” tambah Yani.
Solusi: Revisi Regulasi dan Perluasan Jaminan Sosial
Pemerintah didorong untuk merevisi regulasi pengupahan dan memperluas perlindungan sosial seperti bantuan pangan langsung, subsidi transportasi, dan fasilitas tempat tinggal layak bagi buruh berpenghasilan rendah.
Kesejahteraan Buruh Menentukan Kesehatan Ekonomi Bangsa
Jika buruh tidak sejahtera, maka roda produksi dan konsumsi juga akan melemah. Negara harus memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya dinikmati oleh segelintir elit, tapi dirasakan oleh para pekerja yang menjadi tulang punggung industri nasional.