UMKM Tertekan Biaya Produksi, Banyak yang Kurangi Karyawan demi Bertahan
Tanggal: 23 Mei 2025 08:26 wib.
Tampang.com | Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) kembali menghadapi tekanan berat akibat melonjaknya biaya produksi. Kenaikan harga bahan baku, logistik, dan energi membuat banyak pelaku UMKM kewalahan menjaga operasional. Dampaknya, tak sedikit yang terpaksa mengurangi jumlah karyawan atau memotong jam kerja demi bertahan.
Bahan Baku dan Ongkos Kirim Melonjak
Kondisi ini dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari fluktuasi harga global, kenaikan tarif transportasi, hingga kelangkaan pasokan bahan baku lokal.
“Dulu beli bahan bisa langsung dari supplier besar. Sekarang harus cari alternatif yang lebih murah meskipun kualitasnya turun,” kata pemilik usaha kerajinan kulit di Yogyakarta.
Efisiensi Jadi Pilihan Pahit
Banyak pelaku UMKM mengaku tidak punya pilihan selain melakukan efisiensi. Mulai dari pengurangan tenaga kerja, penyesuaian jam operasional, hingga menyederhanakan produk agar biaya produksi bisa ditekan.
Menurut data dari asosiasi UMKM, sekitar 27% pelaku usaha kecil mengalami penurunan kapasitas produksi karena keterbatasan dana operasional dan beban biaya yang meningkat drastis dalam tiga bulan terakhir.
Kekhawatiran Terhadap Daya Saing
Situasi ini memunculkan kekhawatiran bahwa UMKM Indonesia akan kalah bersaing dengan produk impor atau industri besar yang memiliki daya tahan lebih kuat terhadap tekanan biaya.
Selain itu, penurunan jumlah tenaga kerja di sektor ini bisa berdampak pada meningkatnya pengangguran, terutama di wilayah-wilayah yang ekonominya sangat bergantung pada UMKM.
Harapan Dukungan dari Pemerintah
Pelaku usaha berharap ada insentif nyata dari pemerintah seperti subsidi bahan baku, keringanan pajak, hingga bantuan promosi digital agar UMKM bisa kembali bangkit.
Beberapa program pelatihan dan pendampingan memang sudah berjalan, namun banyak yang menilai implementasinya belum menjangkau pelaku usaha secara merata.