Sumber foto: Google

UMKM Menjerit! Modal Sulit, Pajak Jalan Terus, Siapa Peduli Nasib Penggerak Ekonomi Ini?

Tanggal: 1 Jun 2025 09:35 wib.
Tampang.com | Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang selama ini disebut sebagai tulang punggung ekonomi nasional, kini sedang menghadapi ujian berat. Minimnya akses permodalan, tekanan pajak, hingga sepinya pasar membuat banyak pelaku usaha menjerit. Alih-alih mendapat insentif, sebagian justru dibebani regulasi yang tidak berpihak.

Permodalan Tersendat, Bank Enggan Ambil Risiko

Masalah klasik seperti sulitnya akses ke pinjaman bank masih menjadi momok. Banyak pelaku UMKM mengaku hanya bisa mengandalkan pinjaman pribadi atau modal keluarga karena prosedur perbankan yang terlalu rumit dan tidak fleksibel.

“Bank selalu bilang program kredit untuk UMKM terbuka, tapi kenyataannya, syarat-syaratnya mustahil kami penuhi,” keluh seorang pengusaha keripik di Yogyakarta. Ia mengaku sudah tiga kali ditolak pengajuan modal meski usahanya berjalan cukup stabil.

Pajak Tak Kenal Ampun, Walau Usaha Masih Bertahan Hidup

Di saat para pelaku UMKM masih mencoba bertahan dari tekanan ekonomi, kewajiban pajak tetap berjalan. Banyak di antaranya merasa diberatkan oleh sistem perpajakan yang tidak menyesuaikan dengan kondisi real di lapangan. Beberapa bahkan mengaku baru tahu bahwa mereka terdaftar sebagai wajib pajak tanpa pernah mendapat sosialisasi yang jelas.

“Buat bayar karyawan saja sudah susah, masa masih disuruh bayar pajak segini besar?” ungkap pemilik warung makan kecil di Jakarta Timur yang mengaku omzetnya justru menurun drastis sejak awal tahun.

Pasar Lesu, Daya Beli Lemah, Usaha Macet

Daya beli masyarakat yang menurun akibat tekanan inflasi membuat UMKM kesulitan menjual produk mereka. Beberapa bahkan terpaksa tutup sementara atau beralih ke pekerjaan serabutan untuk bertahan. Sementara itu, bantuan langsung dari pemerintah dinilai belum menyentuh pelaku usaha mikro secara merata.

“Katanya UMKM prioritas, tapi mana bukti nyatanya?” tanya seorang pelaku usaha jasa sablon yang sudah dua tahun tak tersentuh bantuan apapun.

Digitalisasi Tak Sederhana Bagi Semua Pelaku Usaha

Mendorong UMKM masuk ke ekosistem digital memang penting, tapi tidak bisa dijadikan solusi tunggal. Banyak pelaku usaha yang kesulitan beradaptasi dengan platform daring karena keterbatasan teknologi, sumber daya, maupun literasi digital. Belum lagi potongan dari aplikasi atau e-commerce yang makin memangkas keuntungan kecil mereka.

“Jualan online bukan berarti untung. Kita masih kena potongan, ongkir mahal, saingan juga gila-gilaan,” kata pelaku usaha fashion lokal yang telah mencoba bertahan lewat platform daring.

Perlu Kebijakan Khusus dan Pendekatan Humanis

UMKM tidak hanya soal ekonomi, tapi juga soal keberlangsungan hidup jutaan keluarga. Kebijakan yang bersifat formal dan satu arah justru menyulitkan pelaku usaha di level bawah. Perlu pendekatan yang lebih humanis: mempermudah pinjaman tanpa jaminan, pembinaan berkelanjutan, dan restrukturisasi pajak yang lebih adil.

“Kalau UMKM mati satu per satu, siapa yang akan menampung jutaan tenaga kerja informal di negeri ini?” tegas seorang pengamat ekonomi rakyat.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved