Thrift Shop Laris Manis, Tapi UMKM Fashion Lokal Kian Tersingkir?
Tanggal: 17 Mei 2025 14:14 wib.
Tampang.com | Bisnis thrift shop atau penjualan pakaian bekas impor tengah naik daun, terutama di kalangan Gen Z dan milenial. Di satu sisi, gaya hidup ini dinilai ramah lingkungan dan ekonomis. Namun di sisi lain, UMKM fashion lokal justru menjerit karena kehilangan pasar.
Gaya Hidup Hemat dan Unik, Tapi Konsekuensinya Tak Sederhana
Pakaian thrift menawarkan harga murah dan model unik, bahkan bermerek internasional. Tak heran banyak anak muda lebih memilih belanja di toko thrift daripada membeli produk baru dari brand lokal.
“Beli di thrift bisa dapat jaket branded asli cuma Rp70 ribu. Kalau beli lokal bisa dua kali lipat, tapi kualitas belum tentu lebih baik,” kata Yana, mahasiswa di Bandung.
UMKM Lokal Kian Sulit Bersaing
Para pelaku UMKM fashion lokal merasa semakin sulit menjual produknya. Mereka menghadapi tantangan harga, daya beli, serta selera konsumen yang mulai bergeser ke produk secondhand impor.
“Pasar kami makin sepi. Produk handmade kalah pamor sama jaket bekas luar negeri,” ujar Lilis, pemilik usaha fesyen lokal di Yogyakarta.
Masalah Hukum dan Regulasi yang Abu-Abu
Impor pakaian bekas sebenarnya dilarang dalam Peraturan Menteri Perdagangan, karena dinilai dapat merusak industri tekstil dalam negeri. Namun, maraknya thrift justru menunjukkan lemahnya pengawasan dan celah dalam praktik impor ilegal.
“Banyak thrift shop besar yang barangnya berasal dari luar negeri secara tidak resmi. Ini jelas merugikan produsen lokal yang bayar pajak dan ikut regulasi,” ujar Hadi Santoso, analis ekonomi industri.
Solusi: Perlu Regulasi Tegas dan Penguatan UMKM Lokal
Pemerintah perlu menertibkan impor ilegal pakaian bekas tanpa harus mematikan semangat kreativitas anak muda. Sementara itu, UMKM fashion lokal perlu mendapat dukungan akses modal, pelatihan branding, hingga digitalisasi penjualan agar lebih kompetitif.
“Kita tidak bisa sekadar melarang, tapi juga harus bantu pelaku lokal naik kelas dan menyesuaikan dengan tren pasar,” tambah Hadi.
Konsumen Harus Sadar Dampaknya
Gaya hidup thrift memang menarik, tapi konsumen juga perlu sadar bahwa setiap keputusan belanja memiliki dampak terhadap ekosistem ekonomi. Membeli dari UMKM lokal berarti turut menyokong lapangan kerja dan pertumbuhan industri kreatif dalam negeri.