Sumber foto: iStock

Terungkap Alasan Harga Barang di E-commerce Makin Mahal

Tanggal: 14 Nov 2024 18:33 wib.
Riset yang dilakukan oleh Google, Temasek, dan Bain & Company merilis sebuah laporan mengenai e-Conomy SEA 2024. Laporan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan e-commerce di Asia Tenggara telah meningkatkan pendapatan mereka dengan menaikkan komisi yang mereka kenakan kepada para penjual di platform masing-masing.

Menurut Google, besaran komisi yang dikenakan oleh platform-platform e-commerce di kawasan ini terus meningkat dan kini hampir menyentuh "batas atas" yang terbentuk di pasar e-commerce China. Hal ini sejalan dengan strategi monetisasi yang dilakukan oleh perusahaan e-commerce.

Salah satu aspek yang masuk dalam perhitungan dalam laporan tersebut adalah core commission rate, yang mana pasar China digunakan sebagai benchmark. Menurut Aadarsh Baijal, seorang Partner di Bain & Company, core commission rate pada e-commerce di Asia Tenggara tidak akan sebesar di China, namun dinamika dan model bisnis yang berbeda tentu memengaruhi penetapan tarif komisi "batas atas".

Baijal juga menjelaskan bahwa China dan tarif komisinya cukup relevan untuk dijadikan perbandingan jika pasar di Asia Tenggara berkembang sebagaimana China. Dalam peluncuran e-Conomy SEA Report di Jakarta, Baijal menyatakan bahwa laporan ini dapat memberikan wawasan tentang seberapa jauh para pemain e-commerce dapat menetapkan komisi, sehingga dapat dikatakan bahwa komisi di Asia Tenggara tidak perlu dinaikkan.

Di Indonesia, dua e-commerce besar yakni Shopee dan Tokopedia, baru-baru ini menaikkan komisi yang mereka kenakan kepada para penjual. Tokopedia misalnya, menyesuaikan besaran biaya layanan yang dibebankan kepada para penjual, termasuk untuk para penjual yang telah berubah status keanggotaannya dan memiliki lebih dari 50 pesanan.

Perubahan tersebut berlaku untuk para penjual dengan status Power Merchant dan Power Merchant Pro dengan penyesuaian biaya layanan mulai dari 1% hingga 10% sesuai kategori produk yang dijual. Sementara itu, Shopee juga menerapkan biaya admin yang dibagi menjadi beberapa jenis, tergantung pada status dan kategori produk yang dijual.

Data dari Tokopedia menunjukkan berbagai kategori produk yang dikenakan biaya layanan dengan besaran yang bervariasi, seperti untuk kategori elektronik, fashion, FMCG, gaya hidup, serta kategori lainnya. Sementara itu, biaya admin dari Shopee juga ditentukan oleh kategori produk dan tingkat keanggotaan penjual, seperti penjual Non-Star, Shopee Mall, dan penjual program Star/Star+.

Menaikkan komisi ini tentu akan berdampak pada harga barang yang dijual di platform e-commerce, karena para penjual kemungkinan akan menaikkan harga jual mereka untuk menutupi biaya tambahan yang dikenakan. Hal ini dapat menjadi salah satu alasan mengapa harga barang di e-commerce semakin mahal, karena biaya tambahan yang dikenakan kepada penjual akhirnya memengaruhi harga jual yang diberlakukan kepada konsumen.

Dari riset yang dilakukan oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, dapat disimpulkan bahwa strategi monetisasi yang diterapkan oleh perusahaan e-commerce di Asia Tenggara telah memberikan kontribusi pada peningkatan pendapatan mereka, namun hal ini juga berdampak pada harga barang yang semakin mahal bagi konsumen.

Bagaimana hal ini akan berdampak pada dinamika perdagangan dan belanja online di masa mendatang, masih perlu terus dipantau dan dianalisis. Tidak menutup kemungkinan bahwa perubahan dalam strategi monetisasi ini juga dapat memengaruhi perilaku konsumen dan struktur pasar e-commerce di kawasan Asia Tenggara.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved