Tanda Baru Muncul, Ekonomi RI Benar Dalam Masalah!
Tanggal: 20 Jun 2024 18:32 wib.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja impor Indonesia terkontraksi 8,83% secara year-on-year pada Mei 2024. Kinerja impor ini menimbulkan pertanyaan: Apakah ekonomi Indonesia tengah melemah? Secara umum, angka impor yang menurun sangat mempengaruhi kestabilan ekonomi suatu negara.
Menurut Esther Sri Astuti, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), penurunan angka ekspor ini bisa menjadi pertanda awal bahwa ekonomi Indonesia mulai melemah. "Kondisi impor turun dan ekspor turun, artinya ekonomi Indonesia mengalami perlambatan," kata Esther. Dia menilai pelemahan ekonomi ini terjadi karena faktor internal maupun global. Menurutnya, ekspor Indonesia masih didominasi komoditas mentah, sehingga nilai tambah pada ekspor masih minim. Dari sisi global, konflik geopolitik juga turut mengakibatkan permintaan global terhadap produk-produk Indonesia menjadi berkurang.
Namun, pandangan berbeda datang dari ekonom senior dan associate Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Ryan Kiryanto. Menurutnya, masih terlalu dini untuk menilai perekonomian Indonesia mulai melemah. Dia menjelaskan bahwa penurunan angka impor sebesar 8,83% pada Mei masih dalam batas wajar. Dia juga menilai penurunan nilai impor justru dapat dilihat sebagai hal yang bagus, mengingat tingginya nilai tukar dolar terhadap rupiah.
Dalam hal ini, terdapat banyak pihak yang memiliki pandangan berbeda terkait dengan penurunan impor dan dampaknya terhadap ekonomi Indonesia. M. Habibullah, Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, menuturkan bahwa penurunan impor terutama terjadi pada sektor kendaraan, besi dan baja, serta mesin dan peralatan. Namun, dibutuhkan analisis lebih lanjut untuk menentukan apakah pelemahan impor ini menjadi tanda ekonomi RI sedang melemah.
Surplus neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2024 mencapai US$2,93 miliar, yang berasal dari selisih ekspor US$ 22,33 miliar dan impor US$ 19,40 miliar. Meskipun begitu, nilai impor pada bulan yang sama naik secara bulanan sebesar 14,40%, namun menurun secara year-on-year sebesar 8,83%. Jika dilihat dari perspektif tahun kalender, nilai impor Januari-Mei juga mengalami penurunan sebesar 0,42%. Sementara itu, ekspor Indonesia secara kumulatif mengalami penurunan sebesar 3,52%, namun secara year-on-year masih positif 2,86%.
Dari hasil data tersebut, terlihat bahwa kinerja ekspor dan impor memang sedang mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini tentu akan berdampak pada perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Oleh karena itu, diperlukan perhatian ekstra dari para pihak terkait, baik pemerintah maupun pelaku ekonomi, untuk mengambil langkah-langkah yang tepat guna menjaga stabilitas ekonomi Indonesia kedepannya. Semua pihak harus bersinergi untuk memastikan bahwa penurunan impor tidak berdampak negatif terlalu dalam terhadap kestabilan ekonomi Indonesia.
Sebagai catatan, sektor impor yang mengalami penurunan pada awal tahun 2024 ini antara lain kendaraan, besi dan baja, serta mesin dan peralatan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut perlu mendapatkan perhatian lebih secara mendalam agar tidak berdampak buruk pada perekonomian. Diperlukan koordinasi yang baik antar berbagai pihak terkait agar potensi masalah ekonomi ini dapat diatasi dengan baik.
Dalam menyikapi kondisi ini, penting untuk meninjau kembali kebijakan ekonomi yang diterapkan dan melakukan evaluasi mendalam terhadap sektor-sektor ekonomi yang terdampak. Jangan lupa, data ekspor-impor hingga 6 bulan ke depan perlu dimonitor dengan cermat agar penurunan impor dapat diantisipasi dengan tepat. Dengan demikian, diharapkan ekonomi Indonesia tetap dapat bergerak maju meskipun dihadapkan pada tekanan impor yangturun.