Tak Punya Bibit Unggul, Indonesia Gandeng China untuk Pengembangan Tanaman
Tanggal: 23 Jul 2024 12:04 wib.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marinvest) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa Indonesia telah menjalin kerja sama dengan China untuk pengembangan bibit unggul tanaman, antara lain kentang, cabai, dan bawang. Kolaborasi ini melibatkan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan Beijing Genomics Institute. Hal ini dituangkan dalam unggahan video di akun Instagram resmi miliknya pada Selasa (16/7/2024). Menurut Luhut, dengan pengembangan bibit unggul tersebut, petani di Indonesia akan dapat menikmati hasil panen yang lebih baik dan menghasilkan nilai tambah.
Saat Luhut mengunjungi food estate Humbang Hasundutan dan Taman Sains Teknologi Herbal dan Hortikultura (TSTH), ia menemui petani yang mengaku bahwa kondisi pertanian saat ini jauh lebih baik daripada sebelumnya, karena selain memiliki lahan, mereka juga mendapat bantuan dari mahasiswa Institut Teknologi DEL. Mahasiswa tersebut sedang mengembangkan proyek rekayasa bibit menggunakan teknologi genomik/rekayasa genetika yang diterapkan pada bibit tanaman di TSTH.
Luhut mengungkapkan bahwa hari ini kita menyaksikan hasil bumi yang kualitasnya rendah akibat bibit tanaman yang sudah jauh dari aslinya. Oleh karena itu, rekayasa genetika ini akan diterapkan pada tanaman cabai, bawang, dan beberapa komoditas pangan lainnya agar memiliki kualitas panen yang baik. Teknologi ini juga direncanakan akan diimplementasikan melalui kerja sama dengan berbagai universitas ternama di Indonesia, bekerjasama dengan BRIN dan Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemendikbudristek) .
Menurutnya, proyek food estate Humbang Hasundutan, yang telah dikembangkan sejak 3 tahun lalu, akan menyediakan panen bawang putih, bawang, dan cabai. Hasil pertanian tersebut berasal dari bibit yang baik yang dikembangkan di TSTH. Presiden nanti diharapkan akan dapat memanen hasil pertanian setelah 3 tahun berjalan. Menariknya, Luhut menyatakan bahwa Indonesia saat ini kekurangan bibit yang baik. Oleh karena itu, sudah dilakukan kolaborasi dengan Beijing Genomic Institute, bekerja-sama dengan IPB, BRIN. Mereka telah mulai melakukan teknologi genomik.
Selain itu, Luhut juga menyoroti cabai dan bawang. Mereka akan dibuat sehingga dapat dipanen setiap dua minggu, sehingga petani bisa menikmati nilai tambah yang optimal. Dengan bibit yang unggul ini, panen akan menjadi lebih baik. Melalui Kemendikbudristek, Indonesia akan bekerjasama dengan universitas-universitas untuk melakukan genomik di berbagai daerah. Sehingga, di bulan Mei tahun depan, akan terdapat bibit kentang, bawang, dan lainnya.
Hal ini membuktikan bahwa teknologi genomik memiliki manfaat yang besar. Teknologi ini telah mampu memberikan nilai tambah bagi komoditas Indonesia sekaligus meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar. Luhut menuturkan bahwa pengembangan teknologi genomik selama tiga tahun terakhir menjadi upaya untuk menghadapi tantangan krisis pangan yang masih menghantui dunia. Dengan terjaminnya ketahanan pangan nasional, maka kesejahteraan masyarakat Indonesia juga akan meningkat.