Tak Diduga, Impor Avtur dan Diesel RI di Semester I 2024 Melesat!
Tanggal: 16 Jul 2024 19:07 wib.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya peningkatan impor produk Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia, terutama bahan bakar pesawat seperti avtur dan juga diesel, dalam Semester I 2024.
Data yang dirilis oleh BPS menunjukkan bahwa impor hasil minyak Indonesia selama Januari-Juni 2024 mencapai 17,41 juta ton, mengalami kenaikan sebesar 7,27% dari periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu sebesar 16,23 juta ton. Selain itu, nilai impor hasil minyak juga melonjak menjadi US$ 12,81 miliar dari US$ 11,69 miliar pada Semester I 2023.
BPS juga mengungkapkan bahwa impor hasil minyak tersebut mencakup impor BBM jenis bensin (RON 90 ke atas), avtur, diesel, dan hasil minyak lainnya. Dari produk impor hasil minyak tersebut, terpantau adanya lonjakan signifikan pada impor bahan bakar pesawat dan diesel.
BPS mencatat bahwa impor bahan bakar pesawat di Indonesia periode Januari-Juni 2024 mencapai 627 ribu ton dengan nilai CIF sebesar US$ 507,89 juta atau setara dengan Rp 8,21 triliun dengan asumsi kurs Rp 16.176 per US$. Detailnya, impor avtur mencapai 626 ribu ton dengan nilai CIF US$ 507,04 juta setara Rp 8,20 triliun, sementara impor avgas mencapai 497 ton dengan nilai CIF US$ 847 ribu setara Rp 13,6 miliar.
Perbandingan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya menunjukkan lonjakan yang signifikan, dengan impor bahan bakar pesawat pada Januari-Juni 2023 hanya sebesar 117 ribu ton dengan nilai CIF sebesar US$ 96,67 juta atau setara dengan Rp 1,5 triliun. Ini menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan dalam impor bahan bakar pesawat pada Semester I 2024 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sementara itu, impor BBM jenis diesel di Indonesia pada periode yang sama mencapai 3,91 juta ton dengan nilai CIF US$ 2,88 miliar setara dengan Rp 46,58 triliun. Dari jumlah tersebut, produk High Speed Diesel (HSD) menjadi produk diesel dengan jumlah impor terbesar. Nilai impor HSD pada Januari-Juni 2024 mencapai US$ 2,70 miliar, naik dari US$ 1,35 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah impor HSD dalam periode yang sama tahun sebelumnya hanya sebesar 1,79 juta ton.