Sumber foto: Google

Survei: Gelar Magister Tak Jamin Kinerja, tapi Tetap Digaji Lebih Tinggi

Tanggal: 1 Jun 2025 09:51 wib.
Jakarta, Tampang.com – Memiliki gelar magister (S2) belum tentu membuat seseorang menjadi pekerja yang lebih baik. Namun, sebuah survei terbaru dari Resume Genius terhadap 1.000 manajer perekrutan di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa para perekrut masih bersedia membayar lebih bagi kandidat yang menyandang gelar tersebut. Dalam survei tersebut, 62 persen manajer mengatakan bahwa karyawan dengan gelar magister menunjukkan performa kerja yang setara—bahkan lebih rendah—dibandingkan mereka yang hanya bergelar sarjana (S1) namun memiliki pengalaman kerja dua tahun.

Meskipun demikian, sebanyak 72 persen manajer tetap mengaku akan menawarkan gaji yang lebih tinggi kepada kandidat dengan gelar magister dibandingkan yang tidak memilikinya. Dari kelompok tersebut, 64 persen menyatakan akan memberikan kenaikan gaji sebesar 10 persen, 20 persen akan memberikan kenaikan 15 persen, dan 23 persen bahkan akan menawarkan kenaikan gaji 20 persen atau lebih.

Nilai Simbolik Masih Berpengaruh Lantas, mengapa gelar magister tetap dihargai lebih tinggi? Menurut Eva Chan, pakar hubungan masyarakat senior di Resume Genius, fenomena ini mencerminkan masa transisi dalam dunia kerja. "Kita sedang berada di masa peralihan, di mana nilai simbolik dari sebuah gelar masih memengaruhi keputusan soal gaji, meski kinerja pemegang gelar magister belum tentu mencerminkan kualitas tersebut," ujar Eva Chan, dilansir dari CNBC, Sabtu (31/5/2025).

Chan menambahkan, memiliki gelar magister sering dipandang sebagai indikator potensi oleh para perekrut. “Meski tidak menjamin performa yang lebih baik, gelar ini menunjukkan bahwa seseorang memiliki motivasi tinggi, disiplin, komitmen, dan telah menginvestasikan waktu, uang, serta tenaga untuk mencapai suatu tujuan,” katanya. Namun, ia juga menekankan bahwa semakin banyak perusahaan mulai menyadari bahwa pengalaman kerja juga mencerminkan kualitas-kualitas tersebut.

Tren Rekrutmen Berbasis Keterampilan Tren rekrutmen berbasis keterampilan (skills-based hiring) kini kian populer. Bank besar seperti JPMorgan Chase, misalnya, telah menghapus persyaratan gelar untuk sebagian besar posisi dan lebih mengutamakan pengalaman kerja. Langkah serupa juga diambil oleh Walmart, yang mulai menyesuaikan deskripsi pekerjaan korporat agar mempertimbangkan keterampilan pelamar, bukan sekadar gelar akademik.

Menariknya, survei juga menemukan bahwa manajer rekrutmen dari generasi Z dua kali lebih mungkin dibandingkan manajer dari generasi baby boomer dalam menilai pemegang gelar magister sebagai pekerja yang lebih unggul. “Bisa jadi karena mereka lebih akrab dengan dunia pendidikan dibanding dunia kerja,” kata Chan. “Sebagian dari mereka mungkin baru saja menyelesaikan studi, sehingga gelar lanjutan masih terasa relevan atau bahkan menjadi sesuatu yang aspiratif.”

Biaya dan Manfaat Gelar Magister Saat ini, diperkirakan ada sekitar 25 juta orang dewasa di AS yang memiliki gelar magister. Menurut data Education Data Initiative, jumlah tersebut meningkat dua kali lipat antara tahun 2000 hingga 2019. Selain potensi gaji yang lebih tinggi, gelar magister juga bisa membuka peluang jenjang karier lebih luas. Namun, manfaat tersebut datang dengan harga yang tidak murah. Rata-rata biaya menempuh pendidikan magister di AS lebih dari 62.000 dollar AS, sementara utang pinjaman pendidikan federal untuk mahasiswa pascasarjana rata-rata mencapai lebih dari 94.000 dollar AS.

Menurut Chan, dampak gelar magister terhadap karier sangat bergantung pada situasi masing-masing individu. “Gelar magister sangat membantu dalam bidang-bidang seperti pendidikan dan perencanaan kota yang erat kaitannya dengan skala gaji, promosi, atau sertifikasi profesional,” jelasnya. Namun, di sektor yang bergerak cepat seperti teknologi, media, dan pemasaran, pengalaman kerja di lapangan bisa jadi jauh lebih bernilai.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved