Sumber foto: Google

Strategi Tommy, Karyawan Swasta di Tangerang, Hadapi Lonjakan Cicilan KPR Bunga Floating

Tanggal: 30 Mei 2025 22:29 wib.
Tampang.com,Tangerang, Indonesia – Tommy (35), seorang karyawan swasta di Tangerang, kini menghadapi tantangan finansial baru setelah masa cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan bunga tetapnya berakhir. Ia mengambil KPR pada tahun 2019 dengan skema bunga flat selama lima tahun. Memasuki Januari 2025, cicilannya berubah menjadi sistem floating dengan bunga yang jauh lebih tinggi, menyebabkan kenaikan signifikan pada pengeluaran rumah tangganya.

Tommy, yang awalnya mempertimbangkan rumah baru dari pengembang, akhirnya memilih rumah tangan kedua karena merasa harga dan lokasinya lebih sesuai. “Ternyata harganya lebih cocok dan lokasinya juga pas,” ujar Tommy saat berbincang dengan Kompas.com, Jumat (30/5/2025).

Ia memilih bank yang menawarkan bunga flat 8 persen selama lima tahun dengan tenor cicilan 20 tahun. Keyakinannya saat itu didasari pada potensi kenaikan gaji di masa depan. “Saya ambil yang 5 tahun karena saya pikir nanti gaji saya juga naik,” katanya.

Selama masa bunga tetap, cicilan per bulan Tommy stabil di angka sekitar Rp 2,6 juta. Namun, setelah masuk sistem bunga floating, suku bunga melonjak tajam menjadi 13,5 persen, yang membuat cicilan bulanannya ikut membengkak menjadi sekitar Rp 3,4 juta.


Strategi Hadapi Kenaikan Cicilan: Side Job hingga Opsi Pindah Bank

Tommy, yang kini sudah berkeluarga dengan satu anak berusia lima tahun, mengaku telah mengantisipasi lonjakan cicilan ini. Ia mulai mencari penghasilan tambahan sebelum bunga floating berlaku. "Jadi sebelum naik itu, saya udah jaga-jaga untuk mencari penghasilan yang lain supaya bisa memenuhi kebutuhan," ujarnya.

Meskipun saat ini cicilan masih bisa dibayar, Tommy menyadari bahwa kenaikan bunga di masa mendatang bisa semakin menekan keuangannya. Ia mulai mempertimbangkan beberapa opsi untuk meringankan beban finansialnya:


Pelunasan Sebagian (Partial Payment): Tommy berencana untuk melakukan pelunasan sebagian (partial payment) jika ia memiliki dana lebih. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi sisa pokok pinjaman dan, pada gilirannya, mengurangi jumlah cicilan bulanan.
Pindah Bank (Refinancing): Opsi lain yang ia pertimbangkan adalah pindah ke bank lain yang menawarkan bunga lebih ringan. Ia mengetahui ada teman yang berhasil melakukan hal serupa. Namun, Tommy juga menyadari bahwa proses ini cukup merepotkan dan membutuhkan biaya tambahan. "Kalau memang belum ada duitnya ya cuma bisa ikutin alurnya dulu. Memang saya rencana kalau ada duit bisa pindah ke bank lain yang kayaknya lebih miring bunganya," ucapnya. "Dan memang sudah lihat ada teman yang pindah-pindah bank seperti itu, tapi minusnya kita juga harus siap repot buat ngurusnya," tambah Tommy.


Meskipun kini harus menghadapi cicilan yang membengkak, Tommy tetap menilai keputusan mengambil KPR adalah langkah penting demi masa depan keluarganya. “Kalau saya masih bujang, mungkin saya nggak akan ambil KPR dulu. Tapi ini memang untuk kebutuhan keluarga, makanya ambil KPR,” pungkasnya. Kisah Tommy ini merefleksikan tantangan yang dihadapi banyak pemilik KPR di Indonesia saat memasuki masa bunga floating, dan bagaimana mereka berupaya mencari solusi finansial kreatif
Copyright © Tampang.com
All rights reserved