Startup Ramai-Ramai Lakukan PHK! Dunia Digital Masuki Masa Suram?
Tanggal: 1 Jun 2025 09:57 wib.
Tampang.com | Dunia startup teknologi kembali terguncang. Dalam tiga bulan terakhir, sejumlah nama besar di sektor digital melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah era keemasan startup digital telah usai?
PHK Datang Bertubi-Tubi, Karyawan Cemas
Ribuan karyawan dari berbagai perusahaan rintisan teknologi resmi kehilangan pekerjaan sejak awal tahun. Mulai dari startup e-commerce, edutech, hingga layanan keuangan digital, hampir semua lini terdampak efisiensi besar-besaran.
“Tidak ada tanda-tanda sebelumnya. Dalam satu minggu, kami langsung dapat surat PHK,” ujar Rizal, mantan karyawan salah satu startup dompet digital. Ia mengaku kecewa karena tidak ada komunikasi transparan dari manajemen sebelum keputusan diambil.
Tekanan Modal dan Model Bisnis Tak Sehat
Banyak pengamat menyebut penyebab utama gelombang PHK ini adalah menurunnya aliran investasi ke sektor startup. Para investor kini lebih hati-hati menaruh dana setelah melihat banyak model bisnis startup yang ternyata belum menguntungkan.
“Selama ini banyak startup hidup dari bakar uang, bukan dari keuntungan nyata. Begitu pendanaan tersendat, bisnisnya limbung,” ungkap Silvia Wulandari, analis ekonomi digital.
Startup yang dulunya dianggap “unicorn masa depan” kini harus merestrukturisasi operasional karena tak mampu menutupi biaya tinggi, terutama untuk sumber daya manusia.
Pasar Mulai Jenuh, Persaingan Tak Lagi Sehat
Industri digital yang semula terbuka dan kompetitif kini mulai menunjukkan tanda-tanda kejenuhan. Produk dan layanan yang ditawarkan sebagian besar bersifat serupa, hanya dibedakan oleh strategi promosi dan gimmick pemasaran.
“Ketika semua aplikasi menawarkan hal yang mirip, pasar tidak bisa menyerap semuanya. Yang bertahan hanya yang benar-benar punya nilai tambah,” jelas Silvia.
Kondisi ini membuat persaingan antar startup jadi tidak sehat. Potongan harga berlebihan dan promo tanpa henti bukan hanya membakar modal, tapi juga merusak struktur pasar yang sehat.
Ekosistem Digital Harus Direformasi
Para pelaku industri dan akademisi sepakat bahwa ekosistem startup di Indonesia harus mengalami perombakan. Ketergantungan terhadap pendanaan eksternal harus diganti dengan strategi keberlanjutan yang berbasis profitabilitas dan efisiensi.
“Sudah saatnya startup fokus membangun nilai, bukan sekadar valuasi. Tanpa arah jelas, mereka hanya jadi bubble yang menunggu meledak,” tambah Silvia.
Karyawan Harus Adaptif dan Siap Reskilling
Bagi para pekerja yang terdampak, gelombang PHK ini jadi alarm keras untuk memperkuat keterampilan baru. Dunia digital yang cepat berubah menuntut adaptasi tinggi dan kemampuan untuk pindah lintas sektor.
“Reskilling dan diversifikasi keahlian sangat penting, karena landscape kerja di sektor digital akan terus bergeser,” pesan Silvia kepada generasi muda yang berminat terjun ke industri teknologi.