Sri Mulyani Ramal Nilai Tukar Rupiah atas Dolar AS, Bisa Tembus Segini
Tanggal: 15 Jul 2024 01:06 wib.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati baru-baru ini memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR. Dalam kesempatan tersebut, Sri Mulyani membahas proyeksi asumsi makro Indonesia pada Semester II-2024. Ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi berkisar antara 5,0% hingga 5,2% hingga akhir tahun.
Menurut Sri Mulyani, proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut masih mendekati asumsi APBN yang sebesar 5,2%. Selain itu, ia juga memperkirakan inflasi akan bergerak di kisaran 2,7% hingga 3,2%, mendekati target dalam APBN 2024 sebesar 2,8%. Sementara itu, Suku Bunga SBN 10 Tahun diperkirakan akan berada pada kisaran 6,9% hingga 7,1%, mendekati asumsi makro APBN 2024 sebesar 6,7%.
Namun, yang paling mencuri perhatian adalah prediksi Sri Mulyani terkait nilai tukar rupiah. Ia memperkirakan nilai tukar rupiah akan berada pada kisaran Rp 16.000 hingga Rp 16.200, sehingga sampai akhir tahun diperkirakan akan bergerak di kisaran Rp 15.900 hingga Rp 16.100. Hal ini jelas lebih tinggi dari asumsi makro APBN 2024 sebesar Rp 15.000.
Sri Mulyani juga memberikan proyeksi harga minyak yang diperkirakan berkisar antara US$ 79 hingga US$ 85 per barel secara rata-rata. Batas bawahnya bahkan bergerak di bawah asumsi makro dalam APBN 2024 yang telah ditetapkan sebesar US$ 82 per barel. Sementara lifting minyak diperkirakan hanya mencapai 580-609 ribu barel per hari, jauh di bawah target lifting minyak dalam APBN 2024 sebesar 645 ribu barel per hari.
Sri Mulyani juga memberikan proyeksi terkait lifting gas yang diperkirakan bergerak di kisaran 943-1.007 ribu barel setara minyak per hari. Angka tersebut juga di bawah asumsi makro APBN 2024 sebesar 1.033 ribu barel setara minyak per hari.
Dalam konteks ini, prediksi Sri Mulyani terhadap nilai tukar rupiah patut diperhatikan oleh para pelaku pasar. Pasalnya, seiring dengan naiknya nilai tukar rupiah, maka beragam aspek perekonomian akan mengalami dampak. Naiknya nilai tukar rupiah dapat membuat impor menjadi lebih murah namun ekspor menjadi lebih mahal. Dalam hal ini, Sri Mulyani juga perlu memperhatikan kondisi perdagangan luar negeri serta berbagai faktor makroekonomi lainnya yang dapat mempengaruhi realisasi dari prediksinya.
Salah satu faktor yang juga perlu diperhatikan adalah sentimen pasar global terkait dengan kebijakan moneter, geopolitik, dan masalah-masalah eksternal lainnya. Faktor-faktor tersebut dapat memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah, serta dalam pengembangan prediksi Sri Mulyani, faktor-faktor ini juga seharusnya menjadi perhatian serius.
Sarana yang bisa digunakan untuk memantau nilai tukar rupiah antara lain melalui data dan informasi yang dikeluarkan oleh bank sentral, serta melalui analisis dari lembaga-lembaga riset ekonomi terkemuka. Dalam konteks dalam negeri, peningkatan nilai tukar rupiah juga membutuhkan koordinasi dengan berbagai lembaga terkait untuk memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan mendukung stabilitas ekonomi dalam jangka panjang.
Semua pihak perlu memperhatikan prediksi Sri Mulyani ini dengan serius, terutama para pelaku pasar, investor, dan pengambil keputusan ekonomi. Dengan memahami dan memantau dengan cermat pergerakan nilai tukar rupiah, diharapkan dapat mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menghadapi potensi perubahan kondisi ekonomi yang dapat terjadi akibat dari perubahan nilai tukar tersebut.