Sumber foto: JPNN.com

Sri Mulyani Memasang Mode ‘Waspada’ Memantau Ketat 3 Masalah Ini!

Tanggal: 24 Jun 2024 18:53 wib.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa resiliensi ekonomi Indonesia tidak terlepas dari ujian global. Dalam pengamatan Kementerian Keuangan, terdapat tiga indikator yang terus dipantau saat ini.

Sri Mulyani menjelaskan bahwa ketiga indikator tersebut merupakan fokus pemantauan karena dapat berpengaruh pada kinerja APBN pada tahun ini, 2024.

Pertama, Sri Mulyani menyoroti bahwa pasar keuangan global sedang mengalami turbulensi sebagai akibat dari kebijakan the Fed atau bank sentral AS yang mempertahankan suku bunga acuannya, Fed Fund Rate, di level 5,5%.

"Dalam 24 bulan, suku bunga acuan ini telah meningkat secara signifikan dari kurang dari 1% pada 2022 dan dipertahankan dalam jangka waktu yang cukup lama," ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers pada Senin (24/6/2024).

Menurut Sri Mulyani, pasar memiliki harapan bahwa Fed Fund Rate (FFR) akan turun. Namun, dalam komunikasi terakhir dari FOMC, suku bunga the Fed ini akan dipertahankan tinggi hingga akhir tahun. "Jika pun turun, hanya akan terjadi sekali," tegasnya. Pasar telah memproyeksikan penurunan FFR sebanyak 4-6 kali, namun hal ini ternyata tidak terjadi.

Kedua, dengan FFR yang tetap tinggi, indeks dolar AS (DXY) juga menguat. Bahkan, nilai DXY mencapai 102,18. Akibatnya, sebagian besar mata uang mengalami depresiasi, termasuk rupiah. "Indeks Indonesia mencapai 95,22, dan banyak negara Amerika Latin mengalami penurunan yang lebih signifikan," tambahnya.

Menurut Sri Mulyani, Indonesia berupaya untuk tidak terjerat dalam stigma 'emerging yang rentan' atau negara berkembang yang lemah. Oleh karena itu, penting untuk memperkuat komunikasi dan menjaga kebijakan fiskal serta moneter guna memelihara kestabilan ekonomi makro Indonesia.

Terakhir, pada tahun ini, Bank Indonesia (BI) telah merilis SRBI. Sri Mulyani menilai bahwa instrumen ini dapat menarik masuknya modal asing karena imbal hasil dari SBN masih tetap relatif stabil.

"Kita dan BI akan berfokus pada pengelolaan stabilitas harga nilai tukar dan imbal hasil dari SBN," tegas Sri Mulyani. "Ketiga faktor ini sama-sama penting dan kita terus berupaya untuk menjaga ketiganya agar tetap stabil, mengingat bahwa lingkungan ekonomi memiliki dinamika dan tekanan yang tak terduga namun perlu dikelola dengan baik," jelasnya.

Perkembangan terkini dalam ekonomi global telah menunjukkan dinamika yang signifikan. Manuver kebijakan yang diambil oleh bank sentral AS telah menciptakan dampak yang kuat pada pasar keuangan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dengan kenaikan suku bunga acuan AS, banyak mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, mengalami tekanan pelemahan.

Sementara itu, pengelolaan kebijakan fiskal dan moneter menjadi semakin penting dalam menjaga stabilitas ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global. Sri Mulyani menekankan bahwa pemerintah dan bank sentral sedang melakukan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk mengatasi tantangan tersebut. Menjaga stabilitas nilai tukar, imbal hasil surat utang, dan memitigasi dampak dari perubahan kondisi global menjadi prioritas utama yang terus diawasi.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved