Sumber foto: Google

Sikong Impor Banjiri Pasar Bikin Harga Ambyar, Mentan: Ini Menzalimi Masyarakat

Tanggal: 29 Jan 2025 09:59 wib.
Tampang.com | Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan akan menindak tegas importir singkong yang lebih memilih produk impor daripada mendukung hasil panen petani lokal. Hal ini disampaikan Amran sebagai respons atas protes ribuan petani di Lampung yang mengeluhkan rendahnya harga singkong akibat membanjirnya impor.

“Ini kami dengar di Lampung terkait harga singkong. Kami akan undang industri, petani, dan para importir. Kami minta tegas kepada importir, jangan zalimi petani,” ujar Amran pada Jumat (24/1/2025).


Harga Singkong Anjlok, Petani Lampung Teriak


Aksi protes yang dilakukan ribuan petani di Lampung mengungkapkan keresahan mereka terhadap harga singkong yang terus merosot. Harga singkong yang biasanya menjadi sumber penghasilan utama banyak petani, kini jatuh ke level yang tidak menguntungkan. Salah satu penyebab utama adalah masuknya singkong impor yang membanjiri pasar, sehingga menekan harga komoditas lokal.

Para petani bahkan turun langsung ke pabrik pengolahan tepung tapioka untuk menyampaikan aspirasi mereka. Namun, hingga kini, belum ada solusi konkret yang memuaskan bagi petani.

“Kami sudah capek bekerja keras di ladang, tapi hasil panen dihargai sangat rendah. Kami seperti tidak dianggap,” kata seorang petani yang ikut dalam aksi protes.


Mentan: Jangan Jadi Penjajah di Negeri Sendiri


Amran mengecam keras para importir yang lebih memilih mengimpor singkong daripada membeli hasil panen lokal. Ia menilai, tindakan tersebut tidak hanya merugikan petani, tetapi juga menzalimi masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

“Mengimpor produk pangan dari negara lain lebih banyak daripada mendukung produk lokal itu tandanya mereka lebih sayang petani luar negeri. Kita ini bangsa besar, jangan sampai kita sendiri menjadi penjajah bagi masyarakat kita,” tegasnya.

Amran menambahkan bahwa pemerintah akan segera memanggil semua pihak yang terlibat, termasuk para pelaku industri dan importir, untuk mencari solusi agar masalah ini tidak berlarut-larut.


Patriotisme dalam Dunia Pertanian


Mentan juga menyoroti pentingnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri sebagai bentuk patriotisme. Ia menyayangkan jika ada pihak-pihak yang lebih memilih mendukung produk luar negeri daripada hasil jerih payah petani lokal.

“Patriotisme itu bukan cuma soal perang atau angkat senjata. Ini soal keberpihakan kepada rakyat kita, petani kita. Jangan sampai kita menzalimi mereka yang sudah bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan pangan bangsa ini,” ujarnya.


Dampak Sosial dan Ekonomi


Masalah harga singkong yang anjlok bukan hanya berdampak pada penghasilan petani, tetapi juga berpengaruh terhadap perekonomian daerah. Lampung sebagai salah satu sentra penghasil singkong terbesar di Indonesia, kini menghadapi tantangan besar dalam menjaga keseimbangan pasar.

Jika masalah ini tidak segera diatasi, dikhawatirkan banyak petani akan meninggalkan profesi mereka, yang pada akhirnya mengancam ketahanan pangan nasional.


Solusi yang Ditawarkan Pemerintah


Amran menyatakan bahwa pemerintah akan melakukan evaluasi terhadap kebijakan impor komoditas pangan, termasuk singkong. Ia juga berencana mengadakan dialog dengan para petani dan industri pengolahan agar bisa menciptakan solusi yang saling menguntungkan.

“Kami tidak akan tinggal diam. Ini menyangkut masa depan petani dan ketahanan pangan kita. Impor harus dikendalikan, dan produk lokal harus jadi prioritas,” tegasnya.

Rendahnya harga singkong akibat impor menjadi peringatan bagi pemerintah dan masyarakat untuk lebih menghargai hasil pertanian dalam negeri. Langkah tegas Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman diharapkan mampu mengembalikan harga singkong ke level yang layak, sekaligus memberikan keadilan bagi petani lokal.

Patriotisme dalam dunia pertanian adalah kunci untuk menjaga ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat. Dengan mendukung produk dalam negeri, kita tidak hanya membantu petani, tetapi juga membangun kedaulatan bangsa di tengah persaingan global.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved