Sumber foto: google image

Semangat Bersama Bulog dan Rakyat Bergandeng Tangan Stabilkan Harga Beras demi Ketahanan Pangan Indonesia

Tanggal: 21 Okt 2025 08:50 wib.
Ketika Nasi Menjadi Barang Mewah

Mencari beras kini menjadi perjuangan tersendiri bagi banyak keluarga di Indonesia. Rak-rak di ritel modern sering kali kosong, membuat para pembeli pulang dengan tangan hampa. Kondisi ini bukan hanya sekedar kelangkaan beras biasa.

Di berbagai daerah, warga mengeluhkan sulitnya menemukan beras jenis medium maupun premium. Kelangkaan ini diikuti kenaikan harga yang sangat signifikan. Situasi ini memaksa masyarakat mengubah pola konsumsi dan bahkan menghentikan usaha kecil mereka. Sebagian terpaksa mengurangi porsi nasi, menggantinya dengan umbi-umbian yang lebih terjangkau.

Dampak Nyata di Meja Makan Keluarga

Kelangkaan beras yang meluas menciptakan kesulitan besar bagi masyarakat. Kondisi ini berdampak langsung pada kemampuan mereka memenuhi kebutuhan pokok harian. Seorang ibu rumah tangga di Jakarta bercerita, “Saya sudah mendatangi tiga minimarket berbeda. Semuanya kehabisan stok beras."

Harga beras pun melambung drastis di pasar. Di Jawa, harga beras medium mencapai Rp13.000 per kilogram. Beras premium bahkan menembus Rp16.000 per kilogram. Kemasan 5 kg yang semula Rp64.000, kini bisa mencapai Rp74.500. Bahkan di Bogor, harganya sempat menyentuh Rp130.000. Kenaikan harga beras ini memukul ekonomi rumah tangga.

Pedagang warung nasi kecil juga merasakan dampaknya. "Keuntungan kami menurun drastis," ujar salah satu pemilik warung makan. Beberapa warga terpaksa berhemat ekstrim, mengurangi belanja lauk, atau bahkan menghentikan usaha jualan nasi kuning yang sudah lama mereka jalankan.

Jalan Keluar dari Krisis Pangan

Para pengamat dan pemerintah mulai mengusulkan berbagai solusi. Tujuannya adalah meredakan krisis kelangkaan beras ini secepat mungkin. Fokus utama adalah intervensi pemerintah untuk stabilisasi pasokan dan harga.

Pengamat menyarankan Bulog agar menggelontorkan beras SPHP secara masif ke pasar. Langkah ini diharapkan menjenuhkan pasar dan menekan harga. Melanjutkan program Bantuan Sosial (Bansos) Beras juga dinilai penting hingga akhir tahun. Hal ini membantu meringankan beban masyarakat. Selain itu, pendekatan keamanan terhadap produsen harus dihentikan, karena menimbulkan ketakutan.

Pemerintah, melalui Satgas Pangan, mengakui adanya ketakutan di kalangan produsen. Mereka menjanjikan Bulog akan segera memenuhi stok beras SPHP di pasar ritel. Ini menjadi langkah krusial untuk mengatasi kekosongan di etalase toko.

Manfaat Strategi Penyelamat Beras

Intervensi masif Bulog dengan beras SPHP membawa harapan besar. Harapannya adalah pasar akan kembali jenuh, dan harga beras dapat distabilkan. Ketersediaan beras di ritel modern juga akan terjamin, memudahkan Anda berbelanja tanpa rasa cemas.

Program Bantuan Sosial Beras juga memiliki peran penting. Program ini secara langsung meringankan beban ekonomi masyarakat rentan. Bantuan ini memastikan mereka tetap dapat memenuhi kebutuhan beras dasar di tengah gejolak harga. Ini adalah jaring pengaman sosial yang vital.

Menghentikan pendekatan keamanan yang ketat pada produsen pun berpotensi mengembalikan kepercayaan mereka. Penggilingan padi akan didorong untuk kembali berproduksi. Peningkatan pasokan dari hulu ini sangat penting untuk menstabilkan pasar dalam jangka panjang.

Menguak Akar Masalah Kelangkaan Beras

Kelangkaan beras dan kenaikan harga yang terjadi bukanlah masalah tunggal. Ada kombinasi faktor yang memicunya. Produksi padi memang menurun drastis karena musim kemarau (gadu) yang berkepanjangan. Banyak persediaan gabah menipis. Akibatnya, hanya sekitar 50% penggilingan padi yang masih beroperasi.

Ketakutan produsen pasca isu beras oplosan juga menjadi penyebab signifikan. Banyak penggilingan menghentikan produksi, bahkan lebih dari 40% diantaranya tutup sementara. Ritel pun terpaksa menarik stok yang ada. Kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) gabah/beras juga dinilai tidak realistis oleh pengamat. Hal ini membuat penggilingan enggan membeli gabah dari petani. Bahkan, kendala administrasi menghambat Bulog dalam memasok beras SPHP ke ritel modern.

Kondisi stok di ritel modern masih menipis. Pasokan dari produsen masih sangat lambat dan belum stabil. Meskipun di pasar tradisional stok diklaim lebih aman oleh Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), harga beras tetap tinggi. Beberapa pedagang bahkan sempat kesulitan atau berhenti jualan karena pasokan yang tidak menentu.

Masa Depan Beras di Tangan Kita

Kelangkaan dan kenaikan harga beras adalah masalah fundamental. Ini berdampak luas pada kehidupan sehari-hari masyarakat dan stabilitas ekonomi nasional. Krisis pangan ini membutuhkan respons cepat dan terkoordinasi.

Solusi berupa intervensi Bulog dengan beras SPHP sangat krusial. Program bansos serta peninjauan ulang regulasi juga penting untuk menstabilkan pasar. Kita perlu mengamankan ketersediaan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Diperlukan upaya kolektif dari semua pihak terkait. Pemerintah, produsen, distributor, dan ritel harus bekerja sama. Tujuannya adalah memastikan ketersediaan beras yang stabil dan harga yang wajar bagi setiap lapisan masyarakat. Mari kita jaga ketersediaan pangan sebagai fondasi ketahanan nasional.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved