Sejarah Kota Jakarta dan Peran Para Ulama
Tanggal: 25 Mei 2017 04:43 wib.
Oleh: Muhammad Sirod
Koordinator Forum Alumni Peduli NKRI
Berbeda dengan penjajah Katolik Portugis pimpinan Alburgerque yg berhasil diusir oleh rakyat sunda kelapa pimpinan Fatahillah alias Faletehan / Fadhillah Khan/ Wong Agung Pasai/ Tubagus Pasai, penjajah Kristen - Belanda menggunakan taktik adu domba dalam perebutan kota dagang ini, mirip yang terjadi dengan masa sekarang yg dilakukan Ahoker. Lucunya kok seperti kebetulan, Ahok yang kristen justru bertalian kerjasama dengan Belanda untuk proyek reklamasinya, dan mereka marah ketika Ahok dihukum pengadilan negeri karena penistaan agama. Berarti ummat Islam dan kaum nasionalis Indonesia berhasil 2x mengusir penjajahan di bumi Jakarta ini, pengulangan sejarah. Padahal adu domba yg dahsyat dan kekuatan materil kita tidak kuasai. Jika dulu kita berjuang dengan kekuatan senjata dan sekarang dengan kekuatan media dan penggalangan opini, titik persamaannya sama-sama melawan politik adu domba dan pecah belah, specialis Kristen Belanda.
Perlawanan pada penjajahan oleh Kristen Belanda ini dilakukan pula oleh para ulama-ulama. Di antaranya adalah Junayd Al-Batawi, Guru Manshur Jembatan Lima, Guru Marzuki Cipinang Muara yang memiliki murid K.H. Abdullah Syafi'i yg kita kenal mendirikan perguruan Syafi'iyah dan K.H. Noer Ali dari Bekasi yg kemudian dijadikan nama jalan di samping kali malang. Ada juga ulama keturunan arab yaitu Habib Husein Al-Idrus kawasan luar Batang.
Penduduk Jakarta yang super toleran terhadap perbedaan SARA itu dimanfaatkan oleh Kafir Belanda tsb untuk berbuat kurang ajar. Ulama-ulama tsb tidak tinggal diam, mereka melakukan dakwah dan advokasi agar rakyat bangkit melawan. Persis kondisi sekarang di mana ada politik adu domba antara ormas, parpol, bahkan sekelas organisasi olahraga seperti PSSI pun di-adu domba untuk pembusukan dari dalam.
Demikianlah, sejarah berulang di negeri ini. Kejadian ini akan menjadi tanda-tanda bagi orang yang berfikir.
Rujukan:
Video Peran Ulama dalam sejarah kota Jakarta
Berbeda dengan penjajah Katolik Portugis pimpinan Alburgerque yg berhasil diusir oleh rakyat sunda kelapa pimpinan Fatahillah alias Faletehan / Fadhillah Khan/ Wong Agung Pasai/ Tubagus Pasai, penjajah Kristen - Belanda menggunakan taktik adu domba dalam perebutan kota dagang ini, mirip yang terjadi dengan masa sekarang yg dilakukan Ahoker. Lucunya kok seperti kebetulan, Ahok yang kristen justru bertalian kerjasama dengan Belanda untuk proyek reklamasinya, dan mereka marah ketika Ahok dihukum pengadilan negeri karena penistaan agama. Berarti ummat Islam dan kaum nasionalis Indonesia berhasil 2x mengusir penjajahan di bumi Jakarta ini, pengulangan sejarah. Padahal adu domba yg dahsyat dan kekuatan materil kita tidak kuasai. Jika dulu kita berjuang dengan kekuatan senjata dan sekarang dengan kekuatan media dan penggalangan opini, titik persamaannya sama-sama melawan politik adu domba dan pecah belah, specialis Kristen Belanda.
Perlawanan pada penjajahan oleh Kristen Belanda ini dilakukan pula oleh para ulama-ulama. Di antaranya adalah Junayd Al-Batawi, Guru Manshur Jembatan Lima, Guru Marzuki Cipinang Muara yang memiliki murid K.H. Abdullah Syafi'i yg kita kenal mendirikan perguruan Syafi'iyah dan K.H. Noer Ali dari Bekasi yg kemudian dijadikan nama jalan di samping kali malang. Ada juga ulama keturunan arab yaitu Habib Husein Al-Idrus kawasan luar Batang.
Penduduk Jakarta yang super toleran terhadap perbedaan SARA itu dimanfaatkan oleh Kafir Belanda tsb untuk berbuat kurang ajar. Ulama-ulama tsb tidak tinggal diam, mereka melakukan dakwah dan advokasi agar rakyat bangkit melawan. Persis kondisi sekarang di mana ada politik adu domba antara ormas, parpol, bahkan sekelas organisasi olahraga seperti PSSI pun di-adu domba untuk pembusukan dari dalam.
Demikianlah, sejarah berulang di negeri ini. Kejadian ini akan menjadi tanda-tanda bagi orang yang berfikir.