Sumber foto: Google

Salah Paham soal Paylater: Banyak yang Terjebak Cicilan karena Minim Literasi Keuangan

Tanggal: 7 Mei 2025 05:52 wib.
Tampang.com | Mudahnya akses ke fitur cicilan tanpa kartu kredit atau paylater ternyata tidak selalu berdampak positif. Banyak masyarakat — termasuk yang sudah berpenghasilan tetap — justru terjebak dalam skema utang konsumtif karena belum memahami cara kerja sistem ini secara menyeluruh.

Angka Penggunaan Naik, Tapi Tak Disertai Pemahaman
Menurut data OJK, tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia pada 2024 baru mencapai 49,68%. Sementara, penggunaan fitur paylater di platform e-commerce dan dompet digital naik drastis hingga 180% dalam setahun terakhir. Celakanya, banyak yang menganggap cicilan ini sebagai “uang tambahan”, bukan hutang yang wajib dikembalikan dengan bunga.

“Orang sering kali cuma lihat cicilan per bulan yang kecil, tanpa hitung total kewajiban jangka panjang,” jelas Dita Amanda, perencana keuangan independen.

Dampak: Gali Lubang, Tutup Lubang Digital
Fenomena ini memicu gaya hidup konsumtif digital: membeli lebih banyak dari kemampuan, lalu menyicil tanpa strategi. Akibatnya, beberapa pengguna justru terjebak dalam pola gali lubang-tutup lubang dengan mengandalkan paylater lain untuk menutup cicilan sebelumnya.

Pentingnya Edukasi Finansial sejak Dini
Pakar keuangan mendorong perlunya edukasi literasi keuangan sejak usia produktif — tidak hanya soal menabung, tetapi juga soal membaca syarat dan ketentuan layanan finansial. Beberapa komunitas bahkan mulai rutin menggelar webinar gratis soal manajemen utang sehat.

Langkah Bijak Sebelum Klik "Bayar Nanti"
Sebelum memanfaatkan fitur paylater, masyarakat disarankan mempertimbangkan 3 hal:



Apakah barang tersebut kebutuhan atau keinginan?


Berapa total bunga dan biaya layanan selama masa cicilan?


Apakah pembayaran per bulan masih masuk dalam rasio ideal (maks. 30% dari pendapatan)?

Copyright © Tampang.com
All rights reserved